Jumat, 29 Juli 2011

DISTORSI ' KITABULLAH WA SUNNATURRASUL ' = Al - Qalam

Kalimat Kitabullah wa Sunnaturrasul mengacu pada pesan nabi muhammad SAW : " an abi hurairah r.a, an nabiyyi kola: Taraktu fiikum amraini lan tadillu ma in tamassaktum bihima: kitab allah wa sunnah nabiyyi...

redaksi lain dari hadits tersebut, taroktu fiikum amraini lan tadhilluu abadan ma in tamassaktum bihimaa kitaaballahi wa sunnata rasuulihi.

redaksi lainnya sbb:


تَرَكْتُ فِيْكُمْ اَمْرَيْنِ مَا لَنْ تَضِلُّ بَعْدَهُ اِنْ اعْتَصَمْتُمْ بِهِ كَتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ رَسُوْلِهِ. -taroktu fiikum amraini maa lan tadhilla ba`dahuu maa ini` tashomtum bihii kitaaballaahi wa sunnata rasuulihi. H/R Muslim (2137) Al-Haj. Abu Daud (1628). Al-Mnasik, Ibn Mahaj (3060) al-manasik. dalam hadits lain tertulis تركت فيكم أمرين لن تضلوا ما تمسكتم بهما: كتاب الله، وسنة نبيه - taroktu fiikum amraini lan tadhilluu ma tamassaktum bihimaa kitaaballaahi wa sunnata rasuulihi.

Yah, Matan boleh berbeda, Tapi prinsipnya sama saja. Sekarang kita kutip kalimat كَتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ رَسُوْلِهِ -kitaaballaahi wa sunnata rasuulihii. Dan kita lihat huruf وَ -wa.
harfu waw berfungsi sebagai kata penghubung/pengait satuan bahasa yang mengapitnya (kata benda, kata kerja, dan kalimat) yg setara, yg termasuk tipe yg sama atau yang memiliki fungsi berbeda.

Adapun وَ -wa karena jatuh sebelum kata سُنَّةَ رَسُوْلِهِ sunnata rasuulihi, Maka jangan dilepas kaitannya dengan ayat ayat seperti laqad kaana lakum fiii rasuulillaahi uswatun hasatun dan ayat قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي qul in kuntum tuhibbuunallaahi fattabi`uunii.

Selanjutnya perhatikan kalimat فَاتَّبِعُونِي -fattabi`uunii = maka ikutilah aku. Kalimat ini bentuk kata kerja perintah mengikuti aku dan aku disini ke rasul Muhammad. Disini tentu bukan disuruh mengikuti jasad badannya, kalau di lihat dari ayat diatas. Melainkan kepada uswatun hasanahnya. Nah, "mengikuti" disini kata kerja. Sedangkan وَسُنَّةَ رَسُوْلِهِ - "wa sunnata rasuulihii" kata benda. Bagaimana agar maknanya sepadan??? . Maka وَ -wa kita terjemahkan "menurut" (harf) dalam arti bukan kata kerja karena yang namanya kata kerja harus selalu ada subjectnya dimana وَسُنَّةَ رَسُوْلِهِ - "wa sunnata rasuulihii"

. Hal ini persis seperti hubungan gula dengan manisnya. Berbeda fungsi tapi sebagai satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Itulah yang dimaksud dengan kata "amraini". Buktinya rasul menandai hal tersebut dengan penggunaan kalimatnya yang terkadang menyebutnya dalam jumlah satu kesatuan yakni majrur tertulis هِ -hi dalam kalimat اِنْ اعْتَصَمْتُمْ بِهِ -ini`tashomtum bi hii dan terkadang juga menyebutnya بهما -bihimaa sebagai dua fungsi yang berbeda. Jadi "amraini" adalah dua buah urusan hidup yang berbeda fungsi tapi sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan, Yakni urusan kitabullah sebagai satu pilihan konsepnya atau ilmunya menurut teladan aplikatif sunnah rasulNya

Sebenarnya maknanya tergantung dari sudut mana kita memandangnya. Kalau saya memandang kata كَتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ رَسُوْلِهِ -kitaaballaahi wa sunnata rasuulihi dari sudut: 1. كَتَابَ اللهِ -kitaaballahi berisi konsep hidup nur dan zdulumat. 2. Point 1 dilihat dari sudut ayat laqad kaana....uswatun hasanah, dan ayat innaa arsalnaa sysyayaathina `alal kaafiriina..,menunjukkan ada tokoh tokoh pengembannya yakni rasul dan syethan. 3. Hubungan point 1dan2 = hukum sebagai isi kitab, tetap berisi dua rancangan yakni kitabullah menurut sunnah rasul dan atau menurut sunnah syethan. Bukan berisi tiga rancangan hukum->kitabullah dan sunnah rasul dan sunnah syethan. 4. سُنَّةَ رَسُوْلِهِ sunnata rasuulih seperti yang sudah saya beberkan sistematiknya diatas menjadi dalam arti khusus=menurut sunnah rasulNya.

Pendalaman maknanya:

" Benar - benar telah kuwariskan pegangan hidup ilmiah secara paripurna  untuk kebudayaan / peradaban  kalian ( yg telah / sedang / akan beriman ) yaitu alternatif perkara hidup amraini (  si dua satu ) dua pandangan dan sikap hidup yg bertolak belakang dalam satu kesatuan ( Nur menurut sunnah rasul dan atau Zhulumad menurut sunnah syayathiin ) jika kalian berpegang teguh terhadap  yg demikian, pasti kalian ( yg beriman ) tak akan menyimpang selamanya ; yaitu hakekatnya terkandung dalam Kitabullah wa Sunnaturrasul  ( Al- Quran menurut Sunnah rasul = Al-Quran yg dipraktekkan dg Sunnah  rasulNya )

Sekilas analitika sejarahnya:

 Rasulullah dengan suara lemah memberikan kutbah terakhirnya, “Wahai umatku, kita semua sedang berada dalam penguasaan tatanan kehidupan ( dienul Islam ) sesuai ajaran Allah yg paling menghamburkan kasih sayang. Maka taatilah yaitu bertakwalah sesuai ajarannya tsb. Kuwariskan methodelogy Amraini  pada kalian yg termaktub dalam Kitabullah wa Sunnaturrasul. Barang siapa mencintai sunnahku, berarti mencintai aku dan kelak suatu saat kembali orang-orang yang mencintai sunnahku, akan masuk kedalam tatanan hidup jannah kembali beserta sunnah rasulku.” Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasul yang tenang menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya.Usman menghela nafas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. “Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. Rasulullah akan meninggalkan kita semua,” keluh hati semua sahabat kala itu Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam “Bolehkah saya masuk?” tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk. Kemudian ia kembali menemani Rasulullah yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah “Tak tahulah ayahku, sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,” tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. “Ketahuilah, dialah yang akan menghapuskan kemantapan hidup duniawi sementara, dialah yang memisahkan pertemuan  di dunia. Dialah malakul maut,” kata Rasulullah. kemudian Fatimah menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut telah datang menghampiri. Rasulullah pun menanyakan kenapa Jibril tidak menyertainya. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di alam semesta menyambut ruh kekasih Allah sebagai rasul di dunia ini. “Jibril, jelaskan apa  obyektif ilmiah  sunnah rasul ku menurut ajaran Allah?” tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. “ Islam sebagai solusi dari langit / samawi ( Allah )  telah terbuka sebagai jawaban, para malaikat telah menanti ruh kebudayaan / peradaban sunnahmu. Semua tatanan hidup jannah terbuka lebar menanti kembali kedatanganmu di qurun ke - 2, ” kata Jibril. Tapi, semua penjelasan Jibril itu tidak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan dan tanda tanya. “Engkau tidak senang mendengar kabar ini?” tanya Jibril. “Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak, sepeninggalanku?” tanya Rasulullah “Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah Swt berfirman kepadaku: ‘Kuharamkan tatanan hidup Islam ( jannah ) bagi siapa saja, kecuali umat yg mendukung sunnah rasul Muhammad yg berada di dalamnya,” kata Jibril meyakinkan. Detik-detik kian dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan-lahan ruh biologis Rasulullah ditarik sebagai lambang mulai ditariknya ruh kebudayaan / peradaban muslim sehasta demi sehasta dst. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. “Jibril, betapa sakitnya, sakaratul maut ini.” Perlahan terdengar desisan suara Rasulullah mengaduh. Fatimah hanya mampu memejamkan matanya. Sementara Ali yang duduk di sampingnya hanya menundukan kepalanya semakin dalam. Jibril pun memalingkan muka. “Jijikkah engkau melihatku, hingga engkau palingkan wajahmu Jibril?” tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. “Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal,” kata Jibril sambil terus berpaling. “Ya Allah, dahsyat sekali maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku,” pinta Rasul pada Allah. Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu. Ali pun segera mendekatkan telinganya. “Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku", Jagalah pandangan dan sikap hidup kalian dg shalat  yaitu jagalah  orang-orang lemah imannya di antaramu.” Rasulullah berpesan kpd Ali. ( yg lemah imannya itu adalah  ) “Ummatii, ummatii, ummatiii?” Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran kemuliaan itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa baarik wa salim ‘alaihi.


TANTANGAN

Yang jadi persoalan pokok disini adalah arti  / makna ' Kitabullah wa Sunnaturrasul ' yg sebenarnya bagaimana ?!. oleh karena itu mari kita lakukan studi perbandingan sbb:

Sudah dimaklum,  bahwa hampir semua referensi muslimisme yg mengklaim pemeluk 'Agama Islam' ( Islamisme = Arabisme  )  mengartikan / memahami  ' Kitabullah wa Sunnaturrasul ' menjadi Alquran dan Hadist,  kadang diartikan  Alquran dan Sunnah. Pemahaman tsb disebabkan memahami kata sambung ' wa ' = dan. Akibatnya  bermakna pengkotak - kotakan / pembagian yg bertolak belakang. alias dikotomi ( Eng; dichotomy ). menurut kamus, ' dikotomi ' bermakna pembagian dua kelompok yg saling bertentangan.

Jika kita kaji secara mendalam pengalihan makna Kitabullah wa Sunnaturrasul menjadi Alquran dan hadist kadang disebut  Alquran dan sunnah adalah bukti upaya tuk melogiskan  dikotomi atas peristilahan - peristilahan tsb. Selanjutnya menjadi pembagian dua kelompok yg saling bertentangan. yaitu kelompok Alquran dan kelompok hadist. kelompok hadist kadang disinonimkan dg kelompok sunnah dengan berbagai variasi aliran / firqah / millah . Yg ujungnya adalah perpecahan, pengelompokan pandangan dan sikap hidup yg bertolak belakang baik secara teoritis, praktis maupun dalam wujud kebudayaan dan peradaban khususnya di kalangan internal ummat islam sendiri.

Padahal sebenarnya atau seharusnya mmg bisa dibedakan antara kitabullah sebagai pure science dg  Sunnaturrasul  sebagai tekhnologiNya tapi tak boleh terpisah karena faktanya saling menyatu / berkaitan / mendukung. jika kita perhatikan lebih jauh dikotomi tsb merupakan distorsi yg sangat fatal selama ini. Sebagaimana sudah disinyalir oleh nabi sbb:.

لَتَتَّبِعُنَّ سُنَّةَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بَاعًا بِبَاعٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ وَشِبْرًا بِشِبْرٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِي جُحْرِ ضَبٍّ لَدَخَلْتُمْ فِيهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ إِذًا

"Sungguh, benar - benar kalian akan mengikuti sunnah (cara hidup) orang-orang sebelum kalian sedepa demi sedepa, sehasta demi sehasta dan sejengkal demi sejengkal, sehingga sekiranya mereka masuk ke lubang biawak, sungguh kalian juga akan mengikuti mereka." Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah mereka orang-orang Yahudi dan Nahsrani?" beliau menjawab: "Siapa lagi kalau bukan mereka."

(HR. Bukhari)...

Distorsi makna tsb ( Al-quran dan hadist ) sudah  dianggap baku dan mapan serta dianggap wajar karena telah berlangsung berabad - abad lamanya. Sudah dimaklum bahwa suatu kebiasaan yg salah karah yg berjalan semakin lama akan semakin dianggap baik yg  menjadi kebutuhan / ketergantungan. Dianggap baik  berdasarkan pada rasa yg terbius dogma, sehingga Karl mark pun mencapnya sebagai agama itu candu. Ada benarnya juga walau mereka sendiri juga dg Atheisme terlibat candu.  Candu Distorsi makna wahyu  bukan persoalan yg gampang tuk dilempangkan / disembuhkan. Ya, kecanduan  atas distorsi makna ' Kitabullah wa Sunnaturrasul ',. yg  kebanyakan manusia berkepentingan atas distorsi tsb . Tidak sedikit mereka hidup  bagaikan pelacur yg terjerat kehidupan prostitusi. bagaimana persamaannya mereka dengan pelacur ?.  Pelacur bersetubuh dengan pasangan yg haram tanpa nikah, mereka juga mengaplikasikan ilmu dengan pasangan yg haram yaitu ilmu zhulumad yg la'natullah 'alaihi. walau tahu itu menyimpang tapi jika nilai2 hidup murahan yg ingin mereka capai dibandingkan norma-norma sosial yg luhur, itulah akar masalah setiap prilaku menyimpang manusia yg ironisnya jika mengklaim beragama Islam ! .

Ironis sekali, ketika akhirnya klaim itu hanya sebatas mengaku - ngaku Muslim. Tegaskanlah ! bahwa kalian tidak hidup sesuai Dinul Islam, tapi katakan saja bahwa kalian hanya menyerahkan diri saja. ini juga akibat salah paham tentang makna Islam yg dianggap berserah diri begitu saja. dalam arti penyerahan diri tapi Iman tak mantap di hati kalian karena kalian tak memahami konsepsi Kitabullah wa Sunnaturrasul dengan totalitas, tulus dan jujur.





Untuk itu pula, jika anda menuntut kebenaran Alquran wa Sunnaturrasul tuk tampil  dalam pentas kehidupan pribadi menuju kehidupan rumah tangga yg bisa menuju kehidupan berbangsa dan bernegara selanjutnya kehidupan antar bangsa / antar negara sesuai cakupan makna sebenarnya  dari ' Kitabullah wa Sunnaturrasul ' maka Allah juga telah menuntut  pada diri kita yg mau beriman bukan hy yg mengklaim sbb:  kejujuran ilmiah ( shiddiq ) sama dengan motif bersih tanpa reserve ( hanifan muslimaa ). dan  syaja'ah = keberanian ilmiah. dan tabligh ( panyampaian tujuan ilmiah Alquran yg komunikatif ) serta amanah ( kredibilitas ilmiah ) Tanpa itu semua didayagunakan secara  totalitas atau dg kesungguhan hati, maka berarti kita cuma berangan - angan yg melayang2 di dalam selaput otak .

Sebenarnya Kitabullah wa Sunnaturrasul tak pernah kehilangan daya revolusionernya, hanya saja manusialah melepaskan diri dari pegangan hidup tangguh dari Allah menurut sunnah rasulnya, karena manusia bagaikan berbalik  memandang dan menyikapi kehidupan  dari sudut pantul terangNya otomatis hanya memandang bayangan gelapnya. sehingga otomatis berpegang rapuh dengan pegangan hidup selain ajaran Allah ! lucunya, mereka juga yuhibbuunahum kahubbil lillah ( mereka mencintainya seolah2 mencintai ajaran Allah sebenarnya ). padahal yg benar2 beriman asyaddu hubban lillah = dipuncak kerinduan tuk hidup sesuai ajaran Allah menurut sunnah rasulNYA, akibat mereka terlanjur terdoktrin dg dogma warisan nenek moyangnya yg berpaham yahudisme, nasranisme majusisme yg bersifat takhyul; mistik; klenik; sihrun; bid-ah yg inti ajarannya adalah jibti ( idealisme platonisme ) = anti pembuktian data dan fakta ! itulah TAUHID , FIQH , AQIDAH AHLAK, TASAWWUF bukti wujud distorsi 'KITABULLAH wa SUNNATURRASUL', yg kemunculannya justru saat muhammad wafat dan direalisasikan saat khalifah Ali dibunuh, konsep itu pula yg disebut konsep utopia = angan - angan / amaniyya . sehingga mereka terhipnotis menjadi hidup dengan iman = percaya yg bersikap percaya begitu saja warisan yg sudah terdistorsi tsb, apa akibatnya mereka yg mendukung dogma tsb? apakah kalian tak melihat dari sudut pandang Kitabullah wa Sunnaturrasul org2 yg tertimpa nasib sial dari ahli kitab dengan Kitab2 rekayasanya.?

Hal yg demikian tidak lain adalah wujud perangkap yahudisme yg dalam pembuktian sejarah sebagai penentu yg diutus ( duta iblis ) tuk melakukan Distorsi makna  wahyu. Hal ini sangat jelas tersurat dalam Ayat Alquran. pola kerja yahudisme yaitu tawalla ( memaling ; menyalahgunakan obyektifita wahyu dan  kadzaba ( mencampur aduk obyektifita wahyu )  dalam lalu lintas ilmiah, tawalla dikenal sebagai revolusi balik nama, sehingga ilmu dari Allah ditawalla menjadi temuan ilmuan seperti Aristoteles, anaximandros, kal marx dll. selanjutnya pola yahudisme kadzaba dikenal sebagai yaktubuunal kitabi bi 'aidihim tsumma yaquuluuna khadzaa min 'indillah. atau akulturasi process, adaptasi = pantaree = ajaran waris mewarisi tradisi nenek moyang yg kesasdar zhulumad menurut sunnah syayathiin yg mengalir dari hulu ke hilir. dimana tesis NUR dan anti tesis Zhulumad di hulu dari Allah demikian jernih bisa dibedakan, tapi setelah diaduk dari generasi sebelumnya dengan generasi selanjutnya saat dia hidup sehingga menghasilkan konsep campur aduk yaitu sintesa = bid-ah ! tapi ironisnya mereka klaim khadaza min indillah = ajaran bid-ah ini dari Allah !. padahal tiadalah Allah ciptakan wujud kehidupan ini berdasarkan ajaran  bathil ! .

Distorsi tsb adalah  konsep pelacuran, penyelewengan / penyimpangan ( dhalliin ) dan konsep gado - gado, tipu daya ( jibtii / mukadzibiin  /  maghdub ) =  itulah  Arabisme dan islamisme pecahan 73 Firqah Islam yg inti dogmanya iman = percaya !. Kitabullah wa Sunnaturrasul menjadi Alquran dan hadist.  yg seharusnya Al-Quran menurut Sunnah Rasul adalah satu paket harmonis. Baik konsep maling / tawalla / penyalahgunaan zhulumad maupun konsep kadzaba ( tukang acak2 NUR lawan ZHULUMAD ) satu juga benang merahnya yaitu Khutuwatsy- syayathiin dimana jahudi sebagai duta Iblis yg tugas dan fungsinya sebagai yuharrifuunal kalima 'an wadi'ihi ( memutarbalikkan kalimatullah dari kedudukan / fungsi yg sebenarnya ) sehingga sepenjuru massal manusia terputar balik pandangan dan sikap hidupnya sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta itulah hakekat distorsi sebagaimana yg disinyalir dan dikhawatirkan rasulullah sebelumnya.

Akhirnya kita saksikan ummat jadi tukmin bi ba'dhin wa takfur bi ba'dhin.  itulah kenyataan hidup yg pahit tuk kita saksikan saat ini. oleh karena itu pula kata nabi siapa yg nyaman dengan zaman maka zaman akan menghancurkannya. siapa yg bersandar pada pembuktian ilmiah ttg zaman, maka akan selamat dg Islam satu2nya penataan hidupNya

obyektif ilmiah  ayat Allah sebagai solusi bagi kita yg berpola fikir dan bertingkah kebarat2an dan ketimur2an sbb: " laisal birraa an tuwalluu wujuu hakum qibalal masyriqi wal maghribi wa lakinnal birraa man amana billah ". Artinya bukanlah tatanan hidup bahagia kalian hidup kebarat - baratan dan ketimur2an, akan tetapi tatanan hidup bahagia adalah amana billah ( berpandangan dan bersikap hidup seuai kitabullah wa Sunnaturrasul ) berarti adakah kaitan iman dg kitab ?,  Ya ! yaitu maa kunta tadrimal kitabi wa lal imaan = anda tak menguasai konsep kitabullah niscaya tak ada iman ( pandangan dan sikap hidup sesuai kitabullah wa sunnturrasul.

Fainna ashdaqal hadiits kitabullah, wa khairul hadyu hadyi muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Wa sarral umuuri muhdatsaatuhaa, wa kulla muhdatsatin bid’ah, wa kulla bid’atin dhalaalah, wa kulla dhalaalatin fin naar.

" Kitabullah wa sunnaturrasul " selama ini dipandang dan disikapi  seolah dua hal yg parsial = terpisah. yaitu Seolah Alquran atau kitabullah adalah wahyu yg bukan hadist ( sistematik buku / kitab ) , begitu juga sunnah dianggap mereka bukan wahyu. seolah sunnah rasul adalah inisiatif subyektif muhammad ( hawahu ). Sehingga tidak sedikit yg menimbulkan pemikiran yg bertolak belakang ( paradoxal ) antara kitabullah wa sunnaturrasul dalam pemahaman dan dalam  prakteknya. Karena itu pula mereka menjadi mentok / buntu dalam menjawab setiap tantangan wujud hidup SEKULERISME selama ini .

 Atas dasar kebuntuan itu pula mereka berijtihad secara masing - masing pihak yg terpisah - pisah / terpecah - pecah / terkotak - kotak, sehingga obyektif ilmiah sinyalemen nabi bahwa ummatnya mengikuti pola - pola jahudisme / nasranisme sehasta demi sehasta, sedepak demi sedepak, sejengkal demi sejengkal yaitulah distorsi wahyu dalam pemahaman dan praktek ummat. Sebenarnya bukan Allah dg wahyunya yg bergeser / terdegradasi  tapi cara pandang merekalah yg terputarbalik sehingga memandang dari sudut pandang dari belakang atau bayangan !. Karena sudah demikian berurat berakar mentradisi turun temurun  berabad - abad maka dianggap lumrah / wajar. Salah paham menjadi salah kaprah yaitu sumber bencana !, akibatnya wujud sosial budaya adalah  tukminu biba'dhin wa takfuru bi ba'dhin. berpandangan dan bersikap hidup atas sebagian wahyu yg  mendukung nafsunya ( subyektivismenya )  dengan mengingkari sebagian wahyu lainnya yg mengancam nafsunya. Demikianlah   konsekuensi dari   alternatif makna pada kata sambung ' wa ' = dan, hal ini memang tidak salah jika mereka memandang dan menilai bahasa Al-quran = bahasa Arab. Akan tetapi  jika mereka paham bahwa bahasa Al- quran = lisanul 'Arabiyyan = bahasa 'arabyy maka lain lagi maknanya

Benarkah satu -satunya  alternatif makna ' wa ' = dan dalam tata bahasa 'Arabyy..?

 Secara tata  bahasa memberikan pilihan alternatifnya sbb:  ' wa ' memang bisa  bermakna dan, padahal, sedangkan,  sebaliknya. bisa juga bermakna sumpah atau janji ( misal : wa Allahi = demi Allah ). bisa juga bermakna ' wau li ta'yiin ' (  wau tuk penjelasan  yg selama ini disembunyikan ) = yakni = menurut = sesuai. Itulah beberapa alternatif makna dalam bahasa

Dalam hal ini celakalah jika makna pada kata / istilah Alquran ditentukan oleh bahasa berdasarkan  selera subyektif masing - masing. kaitkan dengan hadist sbb: ( man fasaral quran bira-yihi.. )  oleh karena selera subyektif manusia bersifat tak menentu, sehingga tolok ukur yg mau dipakai tuk menimbang jika berdasarkan subyektifisme manusia pasti menjadi tak menentu alias  ngawur. bukan hanya ngawur tapi juga subyektifisme manusia cendrung mendorong satu kehidupan jahat ( inna nafsa la-ammaratii bis-suu- ) dalam rangka mushaddiqallima baina ahadihim yaitu  melempangkan penyimpangan konsep subyektifisme mereka yg cendrung ngawur yaitu jahat,  maka Alquran adalah solusi satu - satunya subyek yg menentukan pandangan dan sikap hidup manusia dalam studi alquran. dengan demikian Alquran harus dipahami sebagai satu - satunya ilmu / informasi yg dibutuhkan oleh manusia sebagai  mahluk informatif ( yg tergantung pada informasi = khayawanu natiq = hewan berlogika ) demi  pencerahan kehidupan sosial budaya / peradaban melalui kegiatan studi Alquran.

Untuk menentukan alternatif makna mana yg benar atas alternatif bahasa yg ditawarkan, tentunya ditentukan oleh Alquran itu sendiri yg berperan juga dalam kedudukan / fungsi  sebagai AHSANU TAFSIRAN ( seindah - indah tafsir / tafsir yg paling jitu / ihsan / tepat ) yg sebenarnya  Al-Quran juga memiliki teori ilmu standard yg disebut ilmu tafsir ; METOSISNATIF ALQURAN. akronim dari nilai - nilai obyektif ilmiah Alquran yg memenuhi standard ilmiah yaitu METHODOLOGY AL-QURAN, SISTEMATIKA AL-QURAN, ANALITIKA DAN OBYEKTIVITA AL-QURAN.

Inilah tolok ukur standard suatu penafsiran Al-quran apakah bernilai obyektif ilmiah ( haq ) atau bernilai subyektif ( bathil ) sehingga Alquran itu sendirilah yg harus dijadikan subyek ( penentu ) studi Alquran. Apa bisa tanpa kehadiran lahiriyah muhammad..? harusnya bisa. karena bicara muhammad bukan bicara pribadi / kultus pribadinya kecuali bicara sunnah rasul muhammad ! apalagi sunnah rasul muhammad itu penguasa dua zaman ( muhammadun dzul qarnaiin ) karena yg demikian adalah satu janji pasti sesuai ajaran Allah, malaikat dan rasul sesuai konsep kitabullah wa sunnaturrasul ( wa'dan 'alainaa ) juga rasul sendiri menyatakan diri "... in lamassakum bi hi lan tadhilluu abadaa. jika kalian ( yg telah beriman ) berpegang teguh terhadap kitabullah wa sunnturrasul pasti tak akan menyimpang selamanya. dalam hal ini Alquran harus jadi subyek dalam studi dan perwujudannya yaitu menurut sunnah rasul. Bisakah alquran sebagai subyek ? kalau rasul saja sebagai contoh pelaku khasanah bisa kenapa kita tidak..?

Kata rasul sbb: bahwa Al- Quranu imaamii = Alquran itu adalah imam / subyek / penentu pandangan dan sikap hidup ( sunnah ) ku. Oleh karena itu pula tidak benar subyektivisme manusia jika dijadikan subyek studi. karena hanya akan menghasilkan paham bayangan. Tapi faktanya massal ummat yg mengklaim Muslim sejak terbunuhnya khalifah Ali ra. sampai saat ini sudah terlanjur memahami ' wa ' = dan ( tuk menterjemahkan ' kitabullah wa sunnaturrasul ' ).

hal ini bukan hanya merusak sisi tata bahasa Alquran yg identik dengan lisanul 'Araby ( bahasa Alquran yg serumpun dengan Arab ) menjadi terdistorsi lisanul 'Arabun ( bahasa Arab ) tapi juga merusak makna / substansi ' Kitabullah wa Sunnaturrasul ' yg sastranya paling tinggi .

Sunnah rasul juga wahyu sebagai pasangan Alquran dalam arti wahyu dari sisi praktis. hal ini sangat jelas dinyatakan bahwa wa maa yantiqu 'anil hawaa- in huwa illa wahyuu yuuhaa = Tiadalah sunnah ( praktek ) yg diwujudkan dia ( muhammad ) berdasarkan hawaa ( egoisme / subyektivisme ) kecuali pasti dia berdasarkan wahyu yg telah diwahyukan / diajarkan pada sunnahnya. Bicara muhammad bukan bicara pribadi subyektifnya. wa maa muhammadun illa rasuulun.. = tiadalah bicara muhammad dalam pembuktian Alquran secara pribadi ( subyektif ) kecuali sebagai sunnah rasul !. dengan demikian semakin jelas bahwa bicara kitabullah adalah bicara komperhensif ilmu ( wahyu ) yaitu gagasan ilmiah dari Allah ( kitabullah ) harus dipraktekkan dalam pemahaman dan perwujudannya menurut sunnah ( praktis ) rasulullah.

Tak ada satu persoalan pun yg luput dari sorotan kitabullah wa sunnturrasul. termasuk persoalan penafsirannya yg juga harus menurut sunnah rasul ! kalau tidak mau menurut sunnah rasul mau menurut sunnah siapa lagi ?! karena sunnah rasul = uswatun khasanah ( contoh pola kehidupan paling khasanah  ) sebagai paduan harmonis dari kitabullah yaitu sebagai khusnul ma-ab ( gagasan hidup paling khasanah ).

itu sebabnya 'ati'ullah wa 'atiur-rasul = ta'atilah Allah sesuai gagasan Kitabullah dengan cara menta'ati sunnah rasulNya. ! padahal sudah paham bahwa  Allah dengan kitabullah dan  rasul dengan sunnahNya selaras tapi tidak setara, karena rasul adalah utusan Allah. tapi alternatif makna ' wa ' = dan, telah mendudukkan kesetaraan yg terpisah, padahal seharusnya kedudukan kitabullah dg  sunnaturrasul adalah keselarasan yg saling mendukung secara struktural. yaitu antara teori dengan prakteknya. boleh tidak dipisah teori Allah ( Al-quran ) dengan praktek ( sunnah ) rasulNya..?.

 tapi faktanya bagaimana selama ini ? adakah Alquran ditegakkan menurut sunnah rasul dalam kehidupan pribadi menuju kehidupan rumah tangga menuju kehidupan berbangsa dan bernegara dan antar bangsa / antar negara..?! kenapa kenyataan hidup tidak menurut yg demikian, malah kebalikannya.?!.

لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّأُوْلِي الأَلْبَابِ مَا كَانَ حَدِيثاً يُفْتَرَى وَلَـكِن تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ....

12.111. Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat ibarat / kiasan ilmiah bagi orang-orang yang berhati mantap sesuai wahyu. Al Qur'an itu bukanlah hadist ( sistematik buku )  yang dibuat-buat, akan tetapi mengajarkan ajaran dg  obyektif ilmiah terhadap ajaran bathil sebagai pegangan hidup yaitu menspesialisasi  segala sesuatu, yaitu sebagai petunjuk berupa rahmat ( kehidupan saling kasih sayang ) bagi kaum yang mau  beriman.

perhatikan istilah hadist pada ayat di atas ! bahwa Alquran itu = hadist ( sistematik buku ) yg berfungsi sebagai hudan wa rahmat liqaumin yukminuun. Alquran itu bukan hadist rekayasa !

Itulah  selayang pandang perihal data / fakta adanya distorsi serius dalam pemahaman dan sikap hidup ummat. Kalau mau diusut lebih jauh itu akan di bahas dalam pendataan Sejarah Iman. Namun kesempatan ini hanya tuk memperkenalkan gambaran umum bahwa Kitabullah wa Sunnaturrasul  itu bukan dogma yg hanya bisa diterima oleh daya khayal, tapi sebuah ilmu yg obyektif ilmiah lagi tangguh yg harus bisa diterima oleh daya aqal ( a fa laa ta'qiluun  ) maka kajian berikutnya kita buktikan bahwa Kitabullah wa Sunnaturrasul bukan hanya berupa rumusan - rumusan di atas kertas tapi juga adalah Al- Qalam yg berwawasan luas dan agung.



AL - QALAM

Judul Al-Qalam ini diangkat untuk memberi wawasan kepada kita tentang isi yang terkandung pada ayat 4 surat Al-‘Alaq Dia (Allah) yang mengajarkan Ilmu-Nya dengan perantaraan Al-Qalam, Ilmu menurut Allah dalam Al-Qur’an ialah Al-bayaan yaitu rangkaian keterang tentang sesuatu yang tergantung kepada fakta / kepastian data Allah, sedangkan Ilmu yang selama ini umumnya kita kenal sebagai Ilmu Pengetahuan dianggap sebagai karya manusia atau temuan ilmuwan , seolah tidak ada hubungan dengan Allah sebagai perancang ilmu / Penciptanya. Sejarah Ilmu Pengetahuan manusia berawal katanya dari hasil pengamatan, untuk memulai satu kegiatan pengamatan diperlukan gagasan,

pertanyaan bagi manusia,  mana duluan antara gagasan dan pengamatan yang menghasilkan Ilmu. Kata mereka berbicara antara gagasan dan Ilmu sama saja bicara mana yang lahir lebih dahulu antara telur dengan ayam. Pada awalnya Ilmu Filsafat dianggap sebagai jalan setapak untuk kemudian melahirkan Ilmu sebagai jalan Tol peradaban. Filsahat hanya memberi ruang lingkup untuk mencari jawaban atas pertanyaan, apabila pertanyaan sudah dapat dijawab dengan argumentasi yang dapat dipertanggung jawabkan, maka objek persoalan berpindah dari ruang Filsahat kedalam ruang lingkup Ilmu Pengetahuan, yang ditetapkan dengan cacatan, apabila dikemudian hari ternyata rumusan keilmuan ini dapat dibantah dengan argumentasi yang lebih mesuk akal, maka yang terbarulah yang harus dijadikan pegangan dalam bidang keilmuan. Ilmu menurut mereka harus memilki 4 unsur untuk bisa dbedakan dengan dongeng, yaitu Ilmu itu harus memilki Methode dimana cara berpikirnya harus methodis, Ilmu juga harus memilki sistematika sehingga uraiannya dapat dikatakan Sistematis, Ilmu juga harus mempunya objek yang dapat diselidiki ulang oleh siapa saja yang ingin mendalami Ilmu itu sehingga Ilmu itu harus Analitis, dan yang terakhir Ilmu itu antara keterangan dan objek harus sama dan sebangun sehingga Ilmu itu dinyatakan objektif.

Selama ini oleh kebanyakan Umat Islam, mereka membagi secara parsial ( sekulerisme ) ada Ilmu Pengetahuan tuk dunia dan Ilmu Agama tuk akhirat yang khusus membicarakan tentang kehidupan sesudah mati. Pembagian kekuasaan ini dapat kita lihat dengan adanya Pendidikan Pesantren dan Pendidikan Umum. Akan tetapi perkembangan terakhir ada Pesantren Plus, yang mulai kemasukan Ilmu Pengetahuan Umum. Inilah tantangan yang kita hadapi apabila kita berani mengatakan bahwa Al-Qur’an itu adalah ILMU,

maka pertanyaannya adalah apakah didalam Al-Qur’an itu ada 4 unsur nilai - nilai Ilmu yang telah mereka tetapkan. Kemudian dengan bahasa yang seakan-akan santun mereka mengatakan Al-Qur’an itu Wahyu yang tidak mungkin bisa disentuh dengan akal manusia, Ajaran Allah itu banar, dan karena sudah benar, sudahlah jangan dikorek-korek lagi, yang penting Al-Qur’an itu adalah Wahyu yang sudah pasti benarnya itu saja titik. Benar apanya, salah apanya mereka sambil membela diri mengatakan : Isi Al-Qur’an itu ada yang Muhkamat dan ada Yang Mutasyabihat, ada yang terang jelas, ada juga yang remang-remang, hanya Allah yang tau jawabnya.

Jika saudara tidak ingin dibohongi oleh kebodohan, marilah kita bahas lebih jauh tentang Qalam Allah sebagai Ilmu dengan mencari jawaban dari Allah dalam Al-Qur’an sebagai sumber kebenaran. Qalam Allah itu mencakup semua ajaran Allah dimulai dari ajaran kepada Nabi Adam (Al-asmaa) sampai kepada Nabi Ibrahim diteruskan kepada Nabi Musa (Taurat) Nabi Daud (Zabur) Nabi Isa (Injil) dan yang terakhir adalah Nabi Muhammad yaitu Al-Qur’an, kesemuanya itu dikatakan Qalam Allah.

Objek yang dibicarakan oleh Qalam Allah sebagai ILMU yang sebenarnya ada tiga, yaitu Qalam Allah atau Al-Qur’an membicarakan Pasti Alam sebagai ciptaan Allah yang akan dimatikan atau dihancurkan apabila waktunya telah habis untuk dibangun kembali menjadi kehidupan akhirat. Yang kedua Al-Qur’an membicarakan tentang peradaban/kebudayaan manusia dimulai dari Adam sampai dengan qiyamat nanti, dan akan selalu berjalan pada dua prinsip, NUR lawan Dzulumat, Hak lawan Bathil. Yang ketiga Al-Qalam atau Ilmu Allah yaitu Al-Qur’an itu membicarakan tentang dirinya sendiri ( wa bayyinatin minal hudaa wal furqan ) yang mempunya 4 nilai Ilmu yang sebenarnya. yaitu :

Methodologi Al-Qur’an mengajarkan kepada manusia tentang pandangan Nur menurut Sunah Rasul lawan Dzulumat menurut Sunnah Syayatin, inilah pilihan Ilmu yang di-izinkan Allah, dengan hasil Nur menurut Sunnah Rasul hasilnya hasanah di dunia dan di akhirat kelak, pilihan Dzulumat akan menghantar manusia kepada kehidupan materialistis yang membawa kepada kehidupan jahannam dan kebangkitan nanti kedalam laknatullah ini juga adalah izin Allah atas permintaan Syaithan.

Sistematika Al-Qur’an adalah jawaban yang selama ini ada sebagian orang yang mengatakan bahwa keterangan Al-Qur’an tidak sistematik, padahal Allah meletakkan Al-Fatihah sebagai Introduction sebagai Pandangan Umum, kemudian surat-surat panjang sebagai perinciannya atau Bab demi Bab, dan surat-sura pendek adalah kesimpulan, yang kini dicontek oleh manusia dan dikatakan bahwa Al-Qur’an non sistematik.

Analitic Al-Qur’an yang menjelaskan bahwa kehidupan social manusia yang tidak mau mengatur hidupnya menurut ajaran Allah, seperti laba-laba yang membuat sarang, pagi hari dibuat, sore sudah jebol, rapuh, nyamuk nyangkut, lewat kerbau hancurlah sarang laba-laba itu, orang kecil mencuri dijerat hukuma berat, orang besar korupsi lolos.

Nilai ilmu yang terakhir adalah objektivitas keterangan Ilmu dalam Al-Qur'an adalah tidak diragukan lagi dan berlaku pasti. menurut Allah dalam Al-Qur'an kehidupan yang berpangkal dari hasil nyolong Ilmu dari Al-Qur'an kemudian dinyatakan sebagai penemuan dia, tanpa mengikuti Uswah Nabi, hasilnya adalah Bathil alias batal yaitu tidak pernah menghasilkan sesuai dengan yang mereka cita-citakan.

Enam puluh empat tahun Indonesia Merdeka, Jurang antara yang miskin dan yang kaya semakin terbuka karena kita menganut paham persaingan bebas, sehingga siapa kuat diapun tujuh turunan akan kuat dalam menguasai ekonomi Bangsa. Beda halnya dengan konsepsi Ilmu dalam Al-Qur'an yang dikatakan oleh Allah "Kal-bunyan" atau hadits Nabi "Kal jasadil wahid" kehidupan sosial masyarakat Mukmin itu bagaikan "satu tubuh", yang apabila satu bagian merasa sakit maka semua akan merasa sakit. Inilah kehidupan yang Haq, objektiv sesuai dengan hakekat penciptaan manusia itu sendiri.

Masih banyak yang akan kita bahas tentang ILMU Allah ini, hanya untuk perkenalan, Allah mengajarkan pada surat Qalam, Nun (lambang huruf akhir dari Al-Qur'an) Wal-Qalami wamaa yashturun Demi Qalam Allah yang (berisi konsep hidup Ilmiyah) menjadi jawaban atas semua konsep hidup karya manusia. Maa anta bini’mati Rabbika bimajnun. Anda (Muhammad dan orang-orang yang mengikuti anda) dengan Ilmu Allah ini bukan omongan orang sakit ingatan. Wa inna laka la-ajran gaira mamnun Sesungguhnya anda dengan da'wah Al-Qur'an menurut Sunnah Rasul ini akan mendapatkan imbalan yang tidak putus-putusnya Wa-innaka la'alaa khuluqin aziim Seterusnya anda (dengan Al-Qur'an menurut Sunnah Rasul-Nya ini) akan mengjudkan satu kehidupan agung. Fasatubshiru wa yubsiruun Kelak nanti anda akan menyaksikan dan merekapun akan menyaksikan Biayyikumul maftuunsiapa sebenarnya yang sakit konsepnya Ini adalah jawaban Allah, bahwa betapapun mereka dengan para ahli sekalipun tidak akan bisa mencapai kehidupan adil makmur bagi seluruh rakyat ini, jika mereka tidak mengindahkan Ilmu Allah yang bernama Al-Qur'an. Qalam Allah adalah rangkaian keterangan dari Allah terhadap Pasti Alam dan peradaban/kebudayaan manusia disebut juga Tanziilun minrabbil 'aalamiin Sebaliknya Ilmu pengetahuan hasil pengamatan manusia itu adalah tanziilun min 'aalamin atau turunan ilmu dari hasil melihat alam tanpa ada Allah dalam pandangan mereka. maka kabura 'alal musyrikiina 'alaa maa tad'uhum = bual besar  mereka yg hidup dualisme atas ilmu ( naturalisme ) yg mereka kampanyekan / dakwahkan. karena Alam sebenarnya tunduk terhadap bihusban ( ilmu matematisnya Allah ) yaitu Al- maqadir ( blue print Alam semesta ). Bersambung.



:

 hubungan amraini dgn kitabullahi wa sunnatu rasulihi klo kita buat persamaan adalah amraini = kitaaballahi wa sunnata rasuulihi, jd jika kita memahami amraini = Al Quran menurut Sunnah RasulNya (lihat kembali penjelasan sy diatas) sama saja mengatakan 2 = 1 tetapi jika kita memahami amraini = Al Quran dan/bersama Sunnah RasulNya maka sama saja 2 = 2, ok. Silahkan pilih yang mana!

sesuatu yang berhubungan belum tentu sama. dan sebuah kata harus dipandang dari sudut yang mengucapnya. kata "menurut"(bahasa indonesia), dalam kamus besar manapun tidak pernah bermakna =(sama dengan) melainkan alternatifnya bermakna "sesuai dng"(tidak melanggar, tidak bertentangan dng); selaras dng: contoh: tindakan itu sudah sesuai dengan/menurut peraturan yg berlakuhttp://artikata.com/arti-385944-menurut.html. Tapi kata "dan" walaupun juga kata penghubung, bermakna sebagai penghubung satuan bahasa (kata, frasa, klausa, dan kalimat) yg setara, yg termasuk tipe yg sama serta memiliki fungsi yg tidak berbeda: contoh: ayah -- ibu, bibi -- paman, serta para anak, cucu, -- kemenakan bersama-sama merayakan 50 tahun perkawinan nenek merekahttp://artikata.com/arti-230536-dan.html . Jadi bermakna "penambahan" apalagi dimaknai sebagai "bersama". Maka arti sesungguhnya adalah=berbareng;semua;seiring dng.Jadi bukan lagi 2=2 tapi 2+1=3

kata"sesuai dengan" memiliki arti yang berbeda dengan "mengikuti". Kalau "sesuai dengan", menghubungkan fungsi keduanya. contoh:1. perbuatan orang itu sesuai dengan teorinya(tidak menerangkan kerja berbuat ). 2. konsep alquran sesuai dengan praktek sunnah rasulNya(juga tidak menerangkan kerja berbuat). Lain soal dengan "mengikuti". Contoh: 1. perbuatan orang itu mengikuti teorinya(menerangkan kerja berbuat). 2. teorinya itu mengikuti perbuatan orang itu(juga menerangkan kerja berbuat). Disinilah pentingnya kita belajar tata bahasa Indonesia sebagai alat mencapai makna agar kita juga bisa membedakan mana kalimat yang menerangkan hubungan fungsinya dan atau menerangkan kerja berbuat.Kalau alatnya sudah rusak, Bagaimana bisa mencapai makna?. Sepertihalnya kita ingin makan durian tentu pakai alat bukan?? entah alat itu apa pokoknya alat. Memang sih yang mau kita makan isinya dan bukan kulitnya apalagi alatnya, Tapi kalau alatnya tidak ada atau rusak bagaimana??