Senin, 29 Agustus 2011

Dijadikan Indah Dalam Pandangan Manusia Kecendrungan Hidup yg Sulit Terkendali

QS Âli ‚’Imrân, 3: 14:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاء وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
1. lawan jenis ( sex )
2. keturunan / karyawan / anak buah
3. harta dan perhiasan emas dan perak
4. Transportasi
5 peternakan
6. pertanian
 demikianlah kemantapan hidup duniawi ( materialisme ). sedangkan Allah dg Alquranu wa sunnaturrasul adalah gagasan yg paling indah ( tuk hidup di dunia dan akhirat )


Minggu, 28 Agustus 2011

Lailatul-Qadr, Momentum Terbitnya Fajar Peradaban (revisi)



إنّا أنزلناه فى ليلة القدر – ومآ أدراك مآ ليلة القدر – ليلة القدر خير من ألف شهر – تنزّل الملائكة والروح فيها بإذن ربهم من كل أمر – سلام هي حتى مطلع الفجر

Sesungguhnya Kami (Allah) menurunkannya (Al-Qurãn) pada Malam Al-Qadr.
Tahukah anda apa itu Malam Al-Qadr?
(Nilai) Malam Al-Qadr itu lebih baik dari seribu bulan.  
Pada malam itu Malaikat turun membawa Ar-Rûh (yakni Al-Qurãn sebagai ruh budaya),
yang berisi perijinan (otorisasi) Rabb mereka atas segala urusan.
(Malam Al-Qadr ) itulah malam (proklamasi) keselamatan,
sehingga menjadi  titi mangsa (momentum) terbitnya fajar (peradaban)
 

إنّا أنزلناه فى ليلة القدر – ومآ أدراك مآ ليلة القدر – ليلة القدر خير من ألف شهر – تنزّل الملائكة والروح فيها بإذن ربهم من كل أمر – سلام هي حتى مطلع الفجر

Sesungguhnya Kami (Allah) menurunkannya (Al-Qurãn) pada Malam Al-Qadr.
Tahukah anda apa itu Malam Al-Qadr?
(Nilai) Malam Al-Qadr itu lebih baik dari seribu bulan.  
Pada malam itu Malaikat turun membawa Ar-Rûh (yakni Al-Qurãn sebagai ruh budaya),
yang berisi perijinan (otorisasi) Rabb mereka atas segala urusan.
(Malam Al-Qadr ) itulah malam (proklamasi) keselamatan,
sehingga menjadi  titi mangsa (momentum) terbitnya fajar (peradaban)
 
Butir-butir pelajaran
  1. Lailatul-Qadr adalah mathla’il-fajr.[1] Yaitu  sebuah “titi mangsa” (momentum) terbitnya fajar   peradaban baru, yang dalam sejarah kemudian disebut sebagai Peradaban Islam.
  2. Sebagai sebuah momentum – yakni momentum penujrunan Al-Qurãn , maka ia hanya terjadi satu kali dalam sejarah, dan tidak berulang di masa-masa setelahnya.
  3. Namun bila kita mengacu pada surat Al-Baqarah ayat 183 yang mengisyaratkan bahwa perintah shaum Ramadhan adalah perintah ulangan, dari perintah yang sama atas orang-orang (umat-umat para rasul sebelum Muhammad), dan surat Al-Baqarah ayat 185 yang menyebut bulan Ramadhan sebagai bulan penurunan Al-Qurãn, maka boleh jadi, lailatul-qadr itu adalah perulangan dari momen-momen sebelumnya, di masa lalu, seperti halnya perulangan munculnya rasul demi rasul, yang berhenti  pada Nabi Muhammad, yang merupakan rasul terakhir.
  4.  Berdasar logika (pertimbangan) di atas (butir 3), maka semakin tegas bahwa lailatul-qadr  pada umat Muhammad hanya terjadi sekali, yaitu sebagai titi mangsa penurunan Al-Qurãn.
  5. Titi mangsa itu memiliki keunggulan dibanding ‘seribu bulan’.
  6. “Seribu” adalah ungkapan sastrawi untuk menyebut jumlah tak terhingga; sedangkan “bulan” mengacu pada sistem kalenderisasi berdasar peredaran bulan (lunar system).
  7. Pada titi mangsa yang disebut Lailatul-Qadr itulah terjadi  pewahyuan Al-Qurãn (pertama kali), sebagai Ar-Rûh (ruh budaya), yang berisi  perijinan (otorisasi) Rabbul-‘Alamin, bagi  manusia (para mu’min, dengan pimpinan Rasulullah), untuk menata segala urusan kehidupan.
  8. Lailatul-Qadr, yang de facto (kenyataannya) merupakan saat penurunan Al-Qurãn, adalah sebuah titi mangsa dilakukannya proklamasi “keselamatan” atau “penyelamatan” (salãmun) umat manusia dari kegelapan ilmiah/budaya (zhulumãt); sehingga (hattã) resmilah Lailatul-Qadr  itu menjadi  mathla’il-fajr , alias titi mangsa terbitnya fajar peradaban baru. Yaitu peradaban yang bertumpu  pada Al-Qurãn sebagai  konsepnya.


[1] Mathla’(un) مطلع di sini adalah isim zaman (kata penunjuk waktu).

BAGAIMANA MENJADI MUSLIM KAFFAH ?


Ajakan untuk menjadi mu’min yang kãffah didengungkan Allah melalui surat Al-Baqarah yang 208:
UDKHULU
“Hai orang-orang (yang mengaku) mu’min, masuklah kalian ke dalam Islam secara kãffah, dalam arti janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan, karena dia (setan itu) adalah musuh yang nyata bagi kalian.”[1]
Pengertian harfiah dari istilah kãffah adalah keseluruhan atau totalitas (totality). Dengan demikian, menjadi mu’min yang kãffah berarti menjadi mu’min yang total. Dalam ayat di atas ada dua kata yang menarik. Yang pertama adalah kata perintah udkhulû (masuklah kalian), dan yang kedua adalah istilah as-silm(u), yang merupakan sinonim dari as-salãm(u) dan al-islmãm(u), alias agama Islam.
Perintah “masuk” yang dikaitkan dengan “agama Islam” tentu mengesankan bahwa agama Islam itu adalah sebuah “lembaga”, tepatnya sebuah “organisasi”. Kenyataannya, secara keseluruhan para pakar menyatakan bahwa Islam mempunyai sebuah kredo (creed) alias sistem kepercayaan, yaitu syahadat (kesaksian; ikrar) bahwa “tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah Rasulullah”.
Bila dikaji secara mendalam, syahadat ini bukan hanya pengakuan atas Allah sebagai pencipta dan penguasa serta Muhammad sebagai rasulNya tapi sekaligus juga pengakuan atas sebuah prosedur.
Prosedur tersebut mencakup dua hal. Pertama, dari sisi organisasi, syahadat pada hakikatnya adalah prosedur pendaftaran diri sebagai anggota komunitas muslim. Dilihat dari sisi ini, yang disebut syahadat itu tentu bukan sebuah pengakuan pribadi belaka, tapi harus dilakukan di hadapan orang lain, supaya orang yang bersangkutan bisa dituntut pertanggung-jawabannya, dan sebaliknya orang-orang yang menyaksi-kannya juga bisa diharapkan untuk memberikan dukungan dan bantuan yang dibutuh-kannya, karena pada hakikatnya menjadi muslim itu tidak bisa dilakukan sendirian, dan kenyataannya Islam adalah sebuah agama masyarakat, bukan agama perseorangan.
Kedua, dari sisi ilmiah – dan ini yang tersulit – syahadat tersebut mewakili “sudut pandang ilmu” (scientific approach). Yaitu bahwa untuk menjadi muslim itu seseorang harus menyadari bahwa Allah menurunkan ajaran Islam melalui Nabi Muhammad, yang bukan hanya berkedudukan sebagai penyampai risalah (missi; tesis) tapi juga sebagai prototipe alias teladan dari perwujudan pribadi muslim yang dimaksud oleh Allah.
Bahkan lebih lanjut, karena keislaman itu bukan sekadar “urusan pribadi” untuk menyatakan hubungan batin seseorang dengan Allah saja, maka keteladanan Rasulullah saw juga tidak terbatas hanya pada akhlak pribadinya, tapi juga meluas pada masyarakat yang dibentuknya. Tegasnya, setiap orang yang menyatakan diri sebagai muslim pada hakikatnya dituntut peran sertanya dalam membentuk sebuah masyarakat yang Islami, yang berpola pada masyarakat yang pernah dibentuk Rasulullah saw.
Aspek itulah yang harus digarisbawahi ketika berbicara tentang perintah “masuklah kalian ke dalam agama Islam secara kãffah“. Jadi ini bukan masalah sikap batin belaka, tapi masalah integritas setiap pribadi muslim terhadap komunitasnya.
Pertanyaan kita sekarang adalah: “Komunitas muslim yang mana yang harus kita masuki?”
Bila yang disebut komunitas (= jama’ah) muslim itu kita petakan berdasar negara-negara di dunia ini dengan penduduk muslim terbanyak, jelas komunitas muslim kita adalah komunitas muslim (negara) Indonesia. Tapi kenyataannya kaum muslimin Indonesia (dan begitu juga di negara-negara lain) bukanlah sebuah komunitas, tapi banyak komunitas. Jelasnya, kaum muslimin di seluruh dunia bukanlah sebuah kaum yang utuh, tapi terpecah-pecah menjadi banyak mazhab. Bila menurut sebuah Hadis pecahan-pecahan itu berjumlah “73″,[2] seorang peneliti konon menemukan data bahwa jumlah mazhab-mazhab itu mencapai 3000an!
Bila demikian, lantas ke dalam “Islam” yang mana diri ini hendak diceburkan?
Lenyapnya Islam warisan rasul
Ketika Allah menurunkan wahyu terakhirNya,[3] yang menegaskan bahwa agama yang diajarkanNya telah sempurna, dan dengan demikian anugerahNya telah dianggap cukup, dan Ia telah menyatakan Islam sebagai agama yang diridhaiNya, Islam yang manakah gerangan yang dimaksud?
Tentu Islam yang dimaksud adalah Islam yang dijalankan oleh Rasulullah saw, para sahabat beliau, dan umat yang menjadi warga negara Madinah.
Setelah Rasulullah wafat, tampil Abu Bakat sebagai pengganti beliau. Abu Bakar kemudian digantikan oleh Umar, Umar digantikan Utsman, dan Utsman digan-tikan oleh Ali bin Abu Thalib.
Suksesi (pergantian pemimpin) menjadi masalah terbesar yang timbul setelah ketiadaan Rasulullah. Para khalifah setelah Abu Bakar (Umar, Utsman, Ali), semua wafat karena dibunuh. Dan Khalifah Ali rupanya merupakan benteng terakhir yang berperan sebagai pengawal Islam warisan Rasulullah. Setelah Ali tiada, umat Islam terpecah menjadi tiga kelompok; yaitu kelompok pengikut Ali (Syi’ah), kelompok pendukung Mu’awiyyah (Murji’ah), dan kelompok yang memisahkan diri dari kelompok Ali (Khawarij).
Perpecahan karena masalah politik itu mengawali timbulnya perpecahan teologis. Muncullah aliran-aliran Sunni, Syi’ah, Mu’tazilah, dan lain-lain. Pertemuan umat Islam dengan berbagai filsafat Yunani pun membawa pengaruh yang lain, yang semakin meramaikan khilafiyah (perbedaan pendapat) di kalangan umat Islam. Mazhab-mazhab pun tumbuh seperti jamur.
Islam warisan Rasulullah, ibarat sebidang tanah, telah dipecah menjadi kavling-kavling banyak mazhab, yang masing-masing membentengi kavling mereka dengan tembok-tembol yang tebal dan tinggi. Sejak saat itulah “bersyahadat” menjadi orang Islam tidak lagi menjadi tanda pengenal yang jelas, sebelum ditambahi dengan embel-embel nama mazhab. Dan bisa jadi dua muslim yang duduk sebangku dalam sebuah kendaraan tiba-tiba tidak lagi merasa bersaudara setelah keduanya sama-sama tahu bahwa mereka berbeda mazhab!
Islam Indonesia
Semula para ahli menyebutkan bahwa Islam masuk ke  Indonesia  pada  abad ke-13 M. Belakangan mereka menyatakan hal itu  terjadi pada abad ketujuh atau kedelapan Masehi. Ada pula yang memastikan  bahwa Islam mulai merambah Indonesia pada tahun 717 M.
Jangan  dilupakan bahwa Islam yang masuk ke  Indonesia  itu, bila terjadi pada tahun 717 M (abad ke-8) adalah Islam yang sudah diputar-balik  oleh Muawiyah dan antek-anteknya.  Korbannya  yang pertama adalah sebuah kerajaan Melayu Kuno yang berpusat di Jambi dan  Riau, yang semula beragama Buddha, alias sebagai  agen bagi dinasti yang berkuasa di Tiongkok.
Muawiyah  menyulap ajaran Islam menjadi madzhab Sunni  alias Ahlu Sunnah Wal-Jama’ah, yang pada hakikatnya melestarikan  adat-istiadat Arab. Masuknya Islam ke Indonesia bukanlah karena  motivasi  iman (yang haqq/benar), tapi demi kepentingan imperialisme,  yaitu untuk mengeruk keuntungan material dari bangsa-bangsa yang dikuasai. Perlu dicatat bahwa pada waktu itu perdagangan rempah-rempah Indonesia  dikuasai oleh Cina (Dinasti Tang).  Untuk  mengalahkan mereka, Muawiyah mengirim armadanya ke Indonesia melalui kerajaan Melayu Lama. Tujuannya adalah merampas dominasi Cina atas  bisnis rempah-rempah.  Selain mengutus tentara, Muawiyah  juga  mengirim ulama-ulamanya ke Jambi dan Riau. Hasilnya, raja Jambi masuk  Islam.  Kemudian, pada tahun 725 M Raja Jambi menundukkan  kerajaan Jepara, dan mulai saat itu Raja Jepara pun masuk Islam.
Penguasaan Arab atas Jambi membuat Cina marah, karena  lahan bisnis  mereka direbut. Maka pada tahun 727 M kerajaan Jambi  dihancurkan  tentara Cina, yang dibantu bajak laut Cina dari  Selat Malaka.
Di  atas puing-puing kerajaan Jambi itulah  Cina  mendirikan kerajaan baru yang kelak dikenal sebagai Sriwijaya, dengan ibukotanya  yang terletak di Palembang. Kerjaan Sriwijaya maju  pesat sehingga sempat tampil sebagai pusat agama Buddha.
Sisa pasukan Jambi melarikan diri ke Sumatera Barat, dan selanjutnya mendirikan kerajaan Pagar Ruyung. Di situ mereka melestarikan ‘ajaran Islam’.
Ketika  Dinasti Umayyah ditaklukkan Dinasti  Abbasiyah  pada pertengahan abad ke-11 M, Islam masuk ke Indonesia melalui  Aceh. Sementara Islam dari Cina pun masuk pula ke daerah Banten dan Jayakarta,  melalui  tentara yang dipimpin Jenderal  Samphobo  yang bermarkas di Ancol. Masjid yang dibangunnya sekarang menjadi  kelenteng Ancol. Perlu dicatat bahwa Islam yang masuk kali ini adalah  Islam versi Syi’ah, yang mengembangkan ajaran tentang  wali habib,  sayyid, dan sebagainya. Para da’i mereka umumnya  mengaku sebagai  keturunan  Nabi Muhammad. Merekalah  yang  mengembangkan ajaran Tasauf dengan berbagai versi tarekatnya. Namun pada dasarnya ajaran mereka tidak berbeda dengan ajaran Sunni.
Lengkaplah Islam dari berbagi aliran menyebar di  Indonesi berbaur dengan ajaran Animisme, Hindu, dan Buddha yang telah  lebih dulu masuk. Alhasil, agama Islam di Indonesia tumbuh  sebagai  Islam  yang  mempunyai warna tersendiri, yakni  gado-gadi  antara Arabisme  Sunni-Syi’ah, Animisme, Hindu, dan Buddha.  Selanjutnya lahirlah Islam Kejawen alias Aliran Kebatinan, yang mewakili  kelompok  ’netral’. Sedangkan kelompok yang menentang Islam  secara tegas, di timur membentuk agama Hindu Bali serta masyarakat Tengger, dan di barat melahirkan kelompok Baduy.
Kesimpulannya, Islam yang masuk ke Indonesia bukanlah  Islam yang berdasar Quran berpola Rasul, tapi merupakan Islam yang  sudah terkontaminasi (tercemar) oleh Arabisme (Sunni) dan  Iranisme (Syi’ah), yang selanjutnya berbaur dengan berbagai paham yang ada di Indonesia, yaitu Animisme, Javanisme, Hindu-isme, Buddhisme dan lain-lain.
Penutup
Nabi Muhammad diutus Allah – dengan membawa Al-Qurãn – untuk menyampaikan missi perdamaian ke tengah masyarakat Arab yang terpecah belah dan saling baku hantam satu sama lain. Pada saat yang sama, dunia di sekeliling tanah Arab juga diperebutkan oleh dua blok yang saling bermusuhan, yaitu Blok Barat (Romawi) dan Blok Timur (Persia).
Dalam perjuangan dakwah yang makan waktu sekitar 20 tahun, Nabi Muhammad berhasil mendamaikan dan mempersatukan bangsa Arab. Agama Islam kemudian berkembang ke seluruh dunia. Tapi di balik perkembangan itu rupanya ada kepentingan lain yang turut bermain. Semangat dakwah berbaur dengan syahwat politik, kepentingan dinasti, mazhab, dan lain-lain, yang pada akhirnya mengaburkan missi perdamaian itu sendiri. Karena itulah Islam tidak lagi tampil sebagai sebuah kekuatan yang membanggakan, dan yang disebut umat Islam menjadi identik dengan komunitas-komunitas atau bangsa-bangsa yang terpuruk dalam berbagai bidang kehidupan.
Keadaan itu tidak akan pernah bisa diperbaiki bila kita, yang mengaku umat Islam, tidak memiliki semangat perintis dan pejuang untuk merekonstruksi Islam ke dalam bentuk awalnya, yaitu Islam yang membuat kita bersatu dalam kedamaian.
Umat Islam yang bersatu tentu akan menjadi kekuatan yang mempunyai posisi tawar, dan karena itu akan bisa pula menyumbangkan peran aktifnya dalam menciptakan dunia yang damai.

[1] يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ [2] Menurut para ahli bahasa Arab angka tujuh dalam bahasa Arab sering digunakan untuk menyebut jumlah yang banyak.
[3] Bagian dari surat Al-Ma’idah ayat 3:  اليوم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم الإسلام دينا

Kamis, 25 Agustus 2011

Saya Percaya Allah. Selanjutnya, Terserah Saya!

Pernyataan Steven Hawking terbaru: Tidak ada Tuhan personal. Tuhan adalah dalil-dalil ilmiah! (lihat: http://id.news.yahoo.com/viva/20100903/twl-bagi-hawking-dalil-ilmiah-adalah-tuh-cfafc46.html)
Ya. Anda bisa mengatakan, “Saya percaya Allah. Selanjutnya, terserah saya!” karena “percaya adanya Allah”, atau “percaya kepada Allah” itu adalah perkataan yang lepas dari urusan teknis (cara).
Dengan kata lain, saya percaya Allah, titik. Tentang bagaimana cara saya membuktikannya, terserah saya!
Dengan demikian, tak ada orang yang berhak menuntut anda. Bahkan anda sendiri pun tidak harus menuntut diri anda untuk  membuktikannya dengan cara tertentu.
Cukup dengan mengikuti apa kata hati.
Ya, karena kepercayaan adalah urusan hati.
Tapi, ketika kita hidup, dengan menapakkan kaki di bumi, bisakah hanya bermodal kata hati?
Bukankah kita punya warisan pepatah yang berbunyi: Hasrat  ingin memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai! Bukankah pepatah ini adalah ungkapan bahwa ‘kata hati’ (hasrat) saja tidaklah cukup untuk melakukan pekerjaan besar?
Bahkan, untuk melakukan pekerjaan kecil pun, kata hati tidaklah cukup. Kita butuh tangan untuk menjangkau makanan dan minuman. Butuh pisau untuk mengupas mangga dan memotong roti. Butuh sendok untuk menyiduk gula dan garam. Butuh alat (sarana) untuk melakukan apa pun.
Bila alat atau sarana kita abaikan, kata hati hanya ‘berbunyi’ di alam mimpi!
Bila dipaksakan juga untuk berbunyi di alam nyata, jadilah ia sebuah dongeng atau fiksi. Sebuah kebohongan, yang menipu orang lain dan atau diri kita sendiri.
Kata hati bisa indah menjadi novel atau puisi. Tapi untuk menulis novel dan atau puisi, kita membutuhkan sedikitnya sebatang pensil dan setumpuk kertas. Dan, di atas segalanya, terlebih dahulu kita harus menguasai “ilmu” yang menyetir kita menulis novel atau puisi.
Hanya orang gila yang bisa mengandalkan kata hati; sebab ia bisa menyantap sampah dengan menganggapnya hidangan mewah!
Buat orang gila memang apa pun pantas. Layak. Normal. Natural.
Berkhayal, pantas.
Mengoceh sendiri, pantas.
Tertawa dengan tiang listrik, pantas.
Mengobral kemaluan, pantas.
Tak tahu aturan, pantas.
Maklum.
Dunia orang gila adalah dunia sungsang. Dunia jungkir balik!
Upside down.
Downside up.
That’s the realm of a mad man.
Kepala jadi kaki. (Otak turun ke dengkul).
Kaki jadi kepala. (Dasar otak udang; tak sadar kepala berlumur tinja!).
Tapi itulah alam orang gila.
Atau, bila tidak jadi orang gila, jadi Tuhan lah, sehingga anda bisa melakukan apa saja!
Tapi, bila anda benar-benar ingin jadi Tuhan, atau merasa jadi Tuhan, anda layak menjadi raja segala orang gila, karena anda bukan orang gila biasa. Bahkan, seperti Fir’aun dan Hitler, anda menjadi sangat berbahaya bagi kehidupan manusia.
Oh, tidak. Saya mau jadi Ferdinand Marcos saja.
Atau, jadi Suharto saja.
Atau, Ariel Peterpan saja!
Terserah.
Tapi, kalau begitu, seperti kata seorang anak penggembala kambing kepada Umar Al-Faruq, “Wahai Tuan, bila saya jual seekor kambing yang diamanahkan kepada saya, maka di manakah Allah?”
Fa ayanallahu?
Di mana Allah?
Apakah bocah angon itu bertanya tentang oknum (dzãt) Allah?
Bukan.
Sebenarnya ia bertanya, “Wahai Tuan, apakah Allah tidak mengajarkan apa-apa? Apakah Allah tidak melarang mencuri? Apakah Allah tidak mengharamkan korupsi?”
Bocah angon itu, bertanya “di mana Allah” karena di kepalanya ada “ajaran Allah”.
Ajaran Allah = wakil Allah
Siapakah yang berhak mengklaim dan atau diklaim sebagai wakil Allah di bumi ini?
Tidak ada!
Bila ada yang mengatakan bahwa Sang Khalîfah yang tercantum dalam surat Al-Baqarah sebagai Wakil Allah, suruh dia kumpulkan buku-buku ilmu tauhid, dan bakar sampai musnah!
Sobat!
Di masa Rasulullah masih hidup, Allah memang menegaskan dalam Al-Qurãn bahwa kepatuhan terhadapNya harus diwujudkan dengan mengikuti rasulNya. “Siapa yang mematuhi Rasul, berarti mematuhi Allah.”[1]
Hal itu berlaku, karena Al-Qurãn mewujud nyata dalam diri Rasulullah.
Tapi sekarang, setelah Rasulullah tiada, Al-Qurãn hanya tingal tulisannya. (Laysal-qurãnu illa rasmuhu).
Tapi, nyatanya, tulisan itulah kini yang menjadi satu-satunya wakil Sang Pencipta.
Dialah, tulisan (mushhaf) Al-Qurãn, yang disebut Ali As-Saifullah sebagai salah satu dari dua warisan Rasulullah.
Dialah, Al-Qurãn,  warisan yang berbicara dengan kata-kata Allah (ketika anda membaca dan mengerti bahasanya!).
Selainnya, warisan kedua, adalah maut! Yang tidak ngomong permisi atau maaf ketika datang menjemput.
Hamba Allah ikut ajaran Allah
Bila anda hanya percaya (adanya Allah) tapi hidup dengan “ikut kata hati” (walau sebenarnya tidak bisa!), maka jadilah anda seorang humanis, yang percaya bahwa Tuhan memang ada tapi tidak pernah menurunkan wahyu.
Tapi ketika anda mengaku beragama, maka konsekkuensi logisnya anda harus berpikir, merasa, berbicara, dan berperilaku – harus hidup! – dengan mengikuti ajaran Tuhan anda. Dan ketika anda menyatakan diri sebagai Muslim, otomatis anda harus menghayati (menghidupi; menghidupkan; merealisasikan) “ajaran Islam” alias “ajaran Allah”.
Bila tidak demikian, yakni tidak berpikir, merasa, berbicara, dan berperilaku dengan ajaran Allah, tapi anda ngotot mengaku sebagai hamba Allah, maka kenyataan sebenarnya adalah anda (dan mungkin juga saya!) hanyalah menjadi hamba dari kata hati sendiri.
Afa ra’ayta man-ittakhdza ilahu hawãhu?…
Tidakkah kamu perhatikan orang yang menjadikan ‘dirinya sendiri’ (kata hatinya) sebagai Tuhannya? Maka – karena sikapnya itu – Allah menyimpangkannya dari (nilai)  ilmu apa pun. Yakni Dia (Allah) – karena sikapnya itu – menutup daya tanggap dan daya pikirnya, serta memunculkan penghalang bagi daya wawasnya. Bila sudah demikian, siapa yang bakal memberinya petunjuk setelah (menolak petunjuk) Allah? Tidakkah hal itu kalian pikirkan dalam-dalam?[2]

Rabu, 24 Agustus 2011

Tujuan Penciptaan



Pernahkah anda memikirkan tentang sebab keberadaan kita? Pernahkah anda memikirkan mengapa kita mati, dan ke manakah kita pergi setelah mati? Apa, akhirnya, yang akan terjadi pada kita? Pernahkah anda bertanya pada diri sendiri mengapa Tuhan membuat bumi dan segala sesuatu yang berhubungan dengan manusia? Mengapa ada malam dan siang? Mengapa matahari dan bulan diciptakan? Apa yang selayaknya kita lakukan selama hidup kita? Apakah kita diciptakan hanya untuk makan, minum, dan bersenang-senang, sebelum kita mati? Seperti kata sebuah puisi:

Aku tak tahu mengapa aku hadir.
Aku melihat kakiku melangkah di jalan.
Mengkuti langkah kaki, aku berjalan dan diam.
Apa yang sedang kulakukan di sini?
Bagaimana jalan ini menemukan aku?
Aku tak tahu! Aku tak tahu! Aku tak tahu!


Allah menegaskan dalam banyak ayat Al-Qurãn bahwa Ia tidak menciptakan kita tanpa tujuan. FirmanNya dalam surat Al-Mu’minûn ayat 115:

Apakah kalian mengira bahwa Kami (Allah) menciptakan kalian secara main-main, dan kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami? (serta tidak disuruh merujuk ajaran Kami?).



Dan Allah juga menegaskan dalam surat Al-Qiyãmah ayat 36:

Apakah manusia beranggapan bahwa ia akan ditinggalkan (dibiarkan) begitu saja?



Bahkan dalam surat Al-‘Ankabût ayat 2 Allah menyindir begitu tajam:


Apakah manusia berpikir akan dibebaskan dengan mengatakan, “Kami beriman!” tanpa diberi ujian?



Sebenarnya, manusia memang diciptakan dengan suatu tujuan dan alasan, yaitu untuk hanya mengabdi kepadaNya, seperti firmanNya dalam surat Al-Dzariyat ayat 56-58:

“… Tidak Kuciptakan jin dan manusia selain agar mereka mengabdiKu. Aku tidak membutuhkan rejeki dari mereka, dan aku tidak meminta mereka memberiKu makan.” Sesungguhnya Allah, Dialah pemberi rejeki dan pemilik kekuatan yang mahatangguh.



Kenyataannya, semua Nabi berpesan kepada bangsa mereka agar hanya mengabdi Allah, dan melarang mereka memuja makhlukNya.

Hal itu juga ditegaskan Allah dalam surat An-Nahl ayat 36:

… Sungguh Kami mengutus pada setiap umat seorang rasul (yang mengajarkan), “Mengabdilah kepada Allah, dan jauhilah Thãghût. …”



Nabi Ibrahim (yang dianggap sebagai bapak monoteisme), misalnya, meyakini Allah yang tidak ber-partner (tak punya sekutu!). Siapa pun yang mempunyai pemahaman yang berbeda, berarti menentang agama Ibrahim dan mengikuti kepalsuan. Firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 130:

Siapa pun yang membenci agama Ibrahim, berarti membodohi dirinya sendiri…


Nabi Ya’qub juga menegaskan dalam surat Yusuf ayat 40:

(Siapa pun) yang kalian abdi selainNya, (sebenarnya) hanyalah nama-nama karangan kalian dan nenek-moyang kalian. Allah tidak memberikan wewenang (kepada kalian) untuk hal itu. Tidak ada hukum selain hukum Allah. Dia menyuruh agar kalian hanya mengabdi kepadaNya. Itulah agama (penata hidup) yang tangguh. Tapi kebanyakan manusia tak mau tahu.”

Selasa, 23 Agustus 2011

Khutbah ‘Idul-Fithri: Dominasi Ilmu Dalam Kehidupan



***Tulisan ini adalah inti khutbah ‘Idul-Fithri yang akan saya sampaikan di suatu tempat. Bila anda menyukainya, dan ingin menggunakannya untuk kepentingan yang sama, atau hanya sekadar ingin copy paste, atau hendak mencetaknya dan menyebar-luaskannya, silakan!

Karena hanya inti, tulisan ini langsung pada materi:

Saudara-saudara sekalian, yang berharap menjadi Ahlul-Jannah, penghuni sorga!
Ibnu Khuzaimah, dalam salah satu hadis shahihnya, mencatat bahwa Salman ra menceritakan sebuah khutbah Rasulullah di hari terakhir bulan Sya’ban.
Pada hari yang mulia ini kita hanya akan menggaris-bawahi sebagian kecil saja dari pidato beliau itu; yaitu bagian yang mengatakan bahwa Ramadhan adalah satu bulan yang sepuluh hari pertamanya adalah rahmat, sepuluh hari pertengahannya adalah maghfirah, dan sepuluh hari terakhirnya adalah itqun minan-nãr(i).
Dalam kesempatan ini, saya ingin membahas serba sedikit tentang pengertian istilah rahmat, maghfirah, dan itqun minan-nãr(i).
Rahmat sering diartikan pemberian atau anugerah, sering pula diartikan kasih-sayang. Sedangkan maghfirah sering diartikan sebagai pengampunan, dan itqun menan-nãr(i) diartikan pembebasan dari neraka.
Saudara-saudara sekalian!  Apakah anda yakin bahwa, setelah melewati sepuluh hari pertama Ramadhan, anda mendapatkan rahmat Allah? Apakah anda yakin mendapatkan anugerah Allah? Apakah anda yakin mendapatkan kasih-sayang Allah?
Kemudian, setelah melewati sepuluh hari kedua, apakah anda yakin mendapatkan ampunan Allah untuk semua dosa yang anda lakukan?
Akhirnya, setelah melampaui sepuluh (atau sembilan)[1] hari terakhir, apakah anda yakin  sudah dibebaskan Allah dari siksa neraka?
Saudara-saudara sekalian!  Saya mendengar sebagian dari anda mengatakan “yakin” dengan keras. Sebagian hanya pelan-pelan. Sebagian mungkin hanya dalam hati. Dan sebagian lagi mungkin tidak mendengar atau tidak memahami kata-kata saya. Namun bagaimana pun sikap anda pada hari ini; saya sendiri, secara pribadi dan untuk pribadi, saya tegaskan di hadapan saudara-saudara bahwa saya tidak, atau belum meyakini bahwa saya mendapatkan anugerah atau kasih sayang. Saya belum yakin bahwa saya mendapatkan ampunan Allah. Saya belum yakin bahwa saya mendapat jaminan pembebasan diri saya dari siksa neraka!
Anda kaget?
Saya memang ingin membuat anda kaget!
Tapi bila anda tidak kaget, saya tidak tahu mengapa. Mungkin anda memang tidak pernah mendengar hadis itu. Mungkin juga anda tidak atau kurang peduli. Mungkin karena anda datang ke tempat ini hanya karena ikut-ikutan. Dan bila anda datang ke tempat ini hanya karena ikut-ikutan, maka shaum anda, juga ibadah-ibadah anda yang lain, mungkin semua hanya ikut-ikutan!
Saudara-saudara sekalian! Saya bukan sedang mengejek anda yang ikut-ikutan. Perbuatan ikut-ikutan belum tentu merupakan kesalahan. Bukankah manusia adalah makhluk tukang tiru? Bukankah meniru itu adalah ikut-ikutan? Bukankah kita makan apa pun, minum apa pun, bicara apa pun, dalam bahasa apa pun, berbuat apa pun, dengan cara bagaimana pun… Bukankah semua hanya ikut-ikutan?
Yang menjadi masalah, yang saya ingin mengajak anda sekalian untuk memikirkannya adalah bahwa apa pun yang kita lakukan secara ikut-ikutan itu, secara tiru-tiruan itu… Semua berakar pada suatu ilmu.
Tepat seperti yang dikatakan Rasulullah saw: al-‘ilmu imãmul-‘amal wal-‘amalu tãbi’uh(u). Ilmu adalah imam amal dan amal adalah pengikutnya. Pengikut ilmu. Ilmu adalah pendorong, adalah penuntun, adalah pengarah bagi apa pun amal kita, tindakan kita, perilaku kita. Tidak ada amal apa pun, tidak ada tindakan apa pun, tidak ada perilaku apa pun, tidak ada gerak apa pun, yang tidak dipengaruhi ilmu.
Saudara-saudara sekalian! Dalam pertemuan kita yang pertama kali ini – yang mungkin akan merupakan pertemuan terakhir pula – saya ingin mengingatkan kepada diri saya dan anda sekalian, bahwa inti dari kehidupan manusia adalah ilmu. Karena itulah wahyu yang pertama disampaikan Allah kepada Nabi Muhammad adalah:

ù&tø%$# ÉOó™$$Î/ y7În/u‘ “Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ   t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ   ù&tø%$# y7š/u‘ur ãPtø.F{$# ÇÌÈ   “Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ   zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ

Saya ingin mengajak anda untuk memperhatikan ayat yang ke-5: ‘alamal-insãna mã lam ya’lam.  Dia (Allah) mengajarkan kepada manusia  segala apa pun yang tidak akan pernah diketahui oleh manusia (bila tidak diajarkan Allah).

Perhatikan wahai saudaraku! Ayat ini menegaskan bahwa nara sumber segala ilmu yang ada pada manusia adalah Allah. Bila Allah tidak pernah hadir, tidak pernah eksis sebagai nara sumber ilmu, maka manusia tidak akan mengetahui apa-apa.
Saudara perhatikan ayat ini:

ª!$#ur Nä3y_t÷zr& .`ÏiB ÈbqäÜç/ öNä3ÏF»yg¨Bé& Ÿw šcqßJn=÷ès? $\«ø‹x© Ÿ@yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noy‰Ï«øùF{$#ur   öNä3ª=yès9 šcrãä3ô±s? ÇÐÑÈ   óOs9r& (#÷rttƒ ’n<Î) ̍øŠ©Ü9$# ;Nºt¤‚|¡ãB †Îû Èhqy_ Ïä!$yJ¡¡9$# $tB £`ßgä3Å¡ôJムžwÎ) ª!$# 3 ¨bÎ) ’Îû y7Ï9ºsŒ ;M»tƒUy 5Qöqs)Ïj9 šcqãYÏB÷sムÇÐÒÈ

Sungguh Allah melahirkan kalian dari rahim ibu kalian dalam keadaan tidak tahu sesuatu apa pun. Namun (seiring dengan kelahiran itu) Dia (Allah) mengadakan alat pendengaran, alat penglihatan, dan alat pemahaman, dengan harapan agar kalian semua bersyukur (memfung-sikan semua alat itu secara tepat sesuai petunjuk Allah).
Tidakkah mereka (wahai Rasul) memperhatikan burung yang dibuat nyaman terbang di angkasa raya? Tidak ada siapa pun yang menahan mereka (sehingga tidak jatuh) selain Allah (melalui ilmuNya). Sesungguhnya di balik (kenyataan alam yang kasat mata itu) terdapat bukti-bukti (kehadiran Allah dan segala ilmuNya) bagi kaum yang beriman.

Saudara-saudara sekalian!
Bila anda mengenal komputer, dan merupakan pengguna yang aktif, anda pasti tahu bahwa salah satu unsur dari komputer yang membuat anda bisa melihat segala  file komputer – melalui layar monitor – adalah seperangkat alat bernama memory.
Secara harfiah, memory itu berarti ingatan.
Memory komputer hanya bekerja ketika komputer hidup. Dan begitu juga halnya ingatan manusia. Ingatan manusia tidak akan bekerja ketika manusia tidur. Apalagi bila dia mati. Ingatan manusia hanya bekerja ketika manusia bangun dan sadar diri.
Tahukah anda bagaimana cara kerja memory komputer? Dia mengangkut sedidkit demi sedikit segala file yang kita kehendaki untuk tampil di layar monitor. Karena itu, semakin kecil daya angkut memory, semakin lamban file-file ditampilan. Sebaliknya, semakin besar daya angkutnya, semakin cepat file-file ditampilkan.
Tahukah anda bahwa cara kerja komputer itu adalah tiruan dari cara kerja otak manusia? Tahukah anda bahwa memory dalam otak manusia itu amat sangat jauh lebih hebat dari memory komputer?
Tapi, sehebat apa pun otak manusia, bila di dalam otaknya tidak ada ilmu, dia tidak akan bisa mengingat apa-apa!
Karena itulah Allah menginformasikan dalam sebuah ayat Al-Qurãn:

ö@yd 4’tAr& ’n?tã Ç`»|¡SM}$# ×ûüÏm z`ÏiB ̍÷d¤$!$# öNs9 `ä3tƒ $\«ø‹x© #·‘qä.õ‹¨B ÇÊÈ
Bukankah pernah muncul dalam kehidupan manusia sepenggal waktu, yang di dalamnya tidak ada sesuatu (ilmu) apa pun yang (bisa) diingat (= mengisi ingatan)? (Surat Al-Insãn ayat 1).

Ayat ini menegaskan tentang adanya suatu hîn(un), yakni penggalan waktu atau periode, yang di dalamnya Allah belum mengajarkan ilmu, belum mengajarkan konsep peradaban, sehingga manusia hidup sebagai makhluk biadab. Namun sebiadab apa pun mereka pada waktu itu, Allah tidak mengazab mereka. Mengapa?
Allah menegaskan dalam ayat berikut ini:
3 $tBur $¨Zä. tûüÎ/Éj‹yèãB 4Ó®Lym y]yèö6tR Zwqß™u‘ ÇÊÎÈ

Sesungguhnya Kami (Allah) tidak akan bertindak sebagai pengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul. (Al-Isra ayat 15).


Melalui informasi ayat-ayat inilah kita bisa memahami mengapa Malaikat membantah Allah ketika Allah hendak menobatkan Adam sebagak khaîfah:

…( (#þqä9$s% ã@yèøgrBr& $pkŽÏù `tB ߉šøÿム$pkŽÏù à7Ïÿó¡o„ur uä!$tBÏe$!$# ß`øtwUur ßxÎm7|¡çR x8ωôJpt¿2 â¨Ïd‰s)çRur y7s9 ( …
Mereka membantah, “Apakah Anda hendak menjadikan di sana (bumi) seseorang yang akan melakukan perusakan dan pertumpahan darah? Sedangkan kami selalu giat beraktifitas dalam rangka menyanjung Anda, dan membersihkan diri sesuai ajaran Anda?

Kita tahu, melalui informasi Allah dalam Al-Qurãn, bahwa Adam menjadi khalifah dengan dibekali ilmu. Dan itulah awal dari kehadiran manusia sebagai makhluk berperadaban. Tegasnya, sejak Allah mengajarkan ilmuNya kepada Adam, maka dimulailah sejarah peradaban.
Saudara-saudara sekalian!
Saya ingin menegaskan sekali lagi bahwa berbicara tentang hidup manusia adalah bicara tentang keberadaan (eksistensi) ilmu. Dan ketika kita meningkat lebih jauh bicara tentang hidup manusia, yaitu bicara tentang peradabannya, maka pada titik ini kita bukan hanya bicara tentang keberadaan ilmu, tapi sudah bicara tentang kuatnya ‘cengkeraman’ atau dominasi ilmu dalam kehidupan manusia.
Maka sekarang, di saat kita sedang merasa bahwa kita hidup di abad cemerlangnya peradaban, dengan ciri utama hadirnya teknologi tingkat tinggi, mari kita bertanya, “Ilmu apakah gerangan yang dominan dalam peradaban dunia sekarang?”
Adakah kesamaan ilmu kita sekarang dengan ilmu yang pernah diajarkan Allah kepada Nabi Adam?
Bila ilmu yang diajarkan Allah kepada Nabi Adam diajarkanNya dalam rangka melumpuhkan naluri manusia untuk merusak segala, dan memadamkan nafsu untuk  saling membunuh, apakah ilmu yang dominan sekarang juga berfungsi demikian?
Tidak. Sama sekali tidak.
Tidak perlu saya urai panjang-lebar. Saudara melihat sendiri apa yang terjadi di Timur Tengah sekarang. Saudara menyaksikan kerusuhan liar di Inggris, di sebuah negeri yang mungkin dianggap jantung peradaban modern. Kita menyaksikan bahkan di negeri kita sendiri, di saat sudah memasuki bulan suci, orang orang bertawuran, saling bantai, saling bakar.
Ilmu apa yang sedang dominan sekarang?
Ilmu apa yang sedang dominan di istana negara? Di gedung DPR? Di tempat-tempat pengadilan? Di instansi-instansi negara kita? Ilmu apa?
Ilmu yang diajarkan Allah kepada para nabi kah? Atau … ilmu syetan?
Saudara-saudara sekalian!
Mari kembali kepada pernyataan Rasulullah saw bahwa sepuluh hari pertama dari Ramadhan adalah periode rahmat, sepuluh hari yang kedua adalah maghfirah, dan sepuluh hari yang ketiga adalah pembebasan dari neraka.
Sadarkah kita semua bahwa semua yang kita terima dalam kehidupan di dunia ini adalah rahmat Allah?
Sadarkah kita semua bahwa rahmat Allah yang hakiki dan paling istimewa adalah wahyuNya?
Sadarkah kita semua bahwa wahyu Allah yang masih hadir secara utuh di hadapan kita adalah Al-Qurãn?
Saudara-saudara sekalian, apakah anda yakin bahwa anda mendapatkan rahmat Allah, bila anda menolak atau cuek terhadap Al-Qurãn?
Selanjutnya, tentang maghfirah, saudaraku! Bila anda membuka kamus, anda akan tahu bahwa kata kerja dari maghfirah adalah ghafara, dan ghafara itu bisa berarti menutup (ghatha), dan bisa juga berarti memperbaiki (ashlaha).
Bila kita menolak Al-Qurãn, bisakah kita menutup (mengakhiri) sejarah kebiadaban? Bila kita menentang Al-Qurãn, bisakah kita memperbaiki sisi-sisi kehidupan pribadi dan sosial kita yang rusak seperti sekarang?
Tidak bisa!
Terakhir, saudaraku!
Tentang istilah neraka, yang kita gunakan untuk menerjemahkan an-nãr(u), secara bahasa adalah kebalikan dari sorga (al-jannah). Tapi, bila kita mengacu pada  Al-Baqarah ayat 201 – ربنا ءاتنا فى الدنيا حسنة و فى الآخرة حسنة و قنا عذاب النار maka kita dapati bahwa kebalikan dari an-nãr(u) adalah al-hasanah.
Secara harfiah, hasanah berarti kebaikan. Tapi, dalam kaitan dengan kebudayaan atau peradaban, hasanah itu berarti kehidupan yang baik, dalam arti kebudayaan yang baik, atau peradaban yang baik.
Kebudayaan atau peradaban yang baik, hanya bisa dihasilkan oleh ilmu yang baik, oleh ajaran yang baik.
Bagi kita yang hari ini berkumpul di sini merayakan yang disebut “hari kemenangan”, adakah ilmu yang baik selain dari ilmu Allah? Adakah ajaran yang baik selain dari ajaran Allah?
Tidak ada.
Penutup, saudaraku!
Bila hasanah berarti kehidupan yang baik, dalam arti kebudayaan yang baik, atau peradaban yang baik, maka sebaliknya an-nãr(u) adalah adalah kehidupan neraka, alias kehidupan yang buruk, di dunia ini, maupun di akhirat kelak.
Bila mau lebih ditegaskan tentang kehidupan neraka di dunia ini, misalnya, maka yang dimaksud adalah masalah-masalah sosial secara umum, yang membebani kehidupan kita sehari-hari di berbagai bidang; termasuk bidang politik, hukum, ekonomi, dan seterusnya. Di antaranya yang paling terasa oleh masyarakat luas, khususnya rakyat jelata, adalah masalah ekonomi; yaitu masalah sandang, pangan, dan papan. Anehnya, masalah-masalah ini semakin berat dan mencekik rakyat jelata justru pada saat mereka menghadapi ‘Idul-Fithri.
Jadi, apakah anda yakin bahwa anda sudah mempunyai jaminan untuk bebas dari azab neraka? Saya tidak yakin; karena kenyataannya kita masih belum bisa bebas dari masalah-masalah sosial tersebut.
Hanya Allah, dengan Al-QurãnNya, yang memberikan jaminan kebebasan itu.
Tapi bila kita tidak sudi, tidak kunjung peduli terhadapnya, maka neraka itu akan terus berjalin berkelindan dengan setiap gerak kehidupan kita di bumi ini. Dan akhirnya, neraka akhirat pun menunggu kita.
Terserah anda.
Terserah kita.
Mau hidup dengan ajaran Allah atau tidak.
Man syã’a fal-yu’min wa man syã’a fal-yakfur.
Siapa yang mau beriman, silakan beriman.
Siapa yang mau kafir, silakan kafir. ∆




[1] Dalam kalender Hijriah yang menggunakan hitungan berdasar peredaran bulan, jumlah hari dalam sebulan kadang 29, kadang 30.
nn

1 MILIAR ORANG TIDUR DALAM KELAPARAN

Direktur Pelaksana Bank Dunia Untuk Kawasan Asia, Sri Mulyani mengatakan, krisis pangan yang melanda dunia membuat gejolak harga pangan semakin tidak menentu dan menyebabkan sedikitnya 44 juta warga baru masuk ke dalam kelompok “orang miskin” tahun lalu. Bahkan lebih dari satu miliar orang kini terpaksa tidur dalam kondisi kelaparan setiap malam.
Sri Mulyani mengatakan, "Dunia saat ini dalam kondisi menghadapi krisis pangan yang membuat volatilitas atau gejolak harga pangan memang menyebabkan paling tidak 44 juta masyarakat sejak tahun lalu masuk ke dalam kelompok miskin dan lebih dari 1 milyar orang setiap hari tidur dalam kondisi kelaparan”.
Menurut Sri Mulyani data itu juga mencakup warga di kawasan Asia – termasuk Indonesia. Karenanya Bank Dunia sudah menghimbau negara-negara di kawasan Asia untuk melakukan investasi lebih besar pada sektor pertanian dan segera menyelesaikan kendala produksi yang ada sehingga produktivitas pangan bisa dimaksimalkan dan harga bisa stabil kembali.
“Yang dilakukan Bank Dunia adalah menaikkan atau memfokuskan kembali seluruh dukungan kepada negara-negara terutama negara berkembang untuk berinvestasi di sektor pertanian dan mengurangi kendala sisi produksi. Apakah dalam bentuk riset teknologi, produktifitas perlahan atau logistik dan konektivitas. Bank Dunia bersama-sama kelompok G-20 bekerjasa untuk memformulasikan langkah-langkah yang bisa meminimalkan kenaikan harga pangan dan volatilitas tadi," ujar Sri Mulyani.
Akibat semakin tingginya harga pangan secara global, rumah tangga keluarga miskin cenderung memilih makanan murah dan tidak bernutrisi atau terpaksa mengurangi biaya perawatan kesehatan dan pendidikan mereka. Data Bank Dunia menunjukkan di negara-negara miskin dimana orang rata-rata menghabiskan dua per tiga pengeluaran mereka sehari-hari untuk makan maka kenaikan harga pangan berpotensi menjadi tantangan pertumbuhan global dan stabilitas sosial.
Menurut Badan Urusan Logistik Indonesia beras – yang merupakan salah satu makanan pokok di Indonesia – mulai 11 Juli ini naik 25 persen dari 6.000 rupiah per liter ke kisaran 8.500 hingga 9.000 rupiah per liter. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari banyak warga Indonesia yang mulai beralih ke beras kualitas yang lebih rendah.

ALLAH AJARKAN TEORI PENCIPTAAN MANUSIA = ATH-THIEN SEHINGGA TERCIPTA KHALQAN AKHIR ( MAHLUK MUTAKHIR )

1. QS. AL-MU’MINUN :12-14
ولقد خلقنا الانسان من سللة من طين (12) ثم جعلناه نطفة في قرارمكين (13) ثم خلقنااالنطفة علقة فخلقناالعلقة مضغة فخلقنا المضغة عظاما فكسوناالعظام لحما ثم انشأناه خلقا اخر فتبارك الله احسن الخالقين (14) ( المؤمنون : 12 – 14 )

“Dan sesungguhnya, sepertihalnya kami telah menciptakan manusia dari rumusan ilmiah Allah yaitu ( sulalah min thiin ). seperti itulah kami telah menciptakan kehidupan sosial budaya manusia ( rusydu minal ghayyi ). Selanjutnya dari rumusan tsb kami menjadikannya NUTFAH (yang disimpan) dalam tempat yang kukuh (rahim). Kemudian, nutfah itu kami jadikan 'alaqah , lalu 'Alaqah itu kami jadikan mudhgah, dan seterusnya mudhgah kami jadikan 'Izhaman , lalu kami bungkus dengan lahman, kemudian, kami menjadikannya ( berdasarkan ilmu penciptaan manusia tsb ) makhluk mutakhir. maka demikianlah halnya Allah dengan pembuktian pilihan Alquranu wa sunnturrasul memberkahi sunnah anda ( muhammad ) = menumbuh kembangkan kehidupan Alquran menurut sunnah anda ( muhammad ) menjadi seindah - indah /  sebaik2 mahluk = uswathun khasanah = ahsanu khaaliqiin ) >  ( QS. Al Mu’minun : 12 – 14).




Imam Ahmad meriwaytkan sebuah hadits dari Abdulloh bin Mas’ud, bahwa Rasululloh mengatakan:
ان احدكم ليجمع خلقه في بطن امه اربعين يوما ثم يكون علقة مثل ذلك ثم يكون مضغة مثل ذلك ثم يرسل اليه الملك فينفخ فيه الروح ويؤمر باربعة كلمات رزقه واجله وعمله وهل هو شقي ام سعيد؟ فوالذي لااله غيره ان احدكم ليعمل بعمل اهل الجنة حتي ما يكون بينه وبينها الا ذراع, فيسبق عليه الكتاب فيختم له بعمل اهل النار فيدخلها, وان احدكم ليعمل بعمل اهل النار حتي ما يكون بينه وبينها الا ذراع فيسبق عليه الكتاب, فيختم له بعمل اهل الجنة فيدخلها (روه احمد)

“ bahwasanya seseorang diantara kamu (  rasulullah yg juga berasal dari manusia biasa secara biologis ) sepertihalnya dalam peristiwa biologis telah terorganisir / terintegrasi (  terklasifikasi dan terspesialisasi ) proses penciptaannya ( biologis )  melalui dalam perut ibunya dalam tempo empat puluh hari maka seperti itulah rasul ; seseorang diantara kalian dari sisi priodesasi sejarah berusia 40 tahun diutus menjadi rasul, kemudian sepertihalnya secara biologis dia terproses  menjadi ‘alaqah maka seperti itulah rasul juga terproses dalam sejarah kebudayaan menempuh garis iman haq ( periode makkiyah = SAMI'NAA ) , kemudian sepertihalnya dia secara biologis terproses menjadi mudgah ( gumpalan daging ) maka  seperti itulah dia rasul terproses dalam kehidupan sosial budaya ( periode madaniah = ATAH'NAA ) . Kemudian sepertihalnya malaikat diutus Allah kepadanya, selanjutnya meniupkan ruh padanya. maka seperti itulah halnya malaikat telah diutus Allah tuk merisalahkan  ilmu Allah ( alquranu wa sunnturrasul ) bagai ruh pembangkit KEHIDUPAN sosial budaya / peradaban yaitu ilmu yg telah mengurusi kepada empat kata kunci kehidupan yaitu , rizqinya (  fasilitas ADIL MAKMUR ), ajalnya ( kemungkinana gerak dalam ruang dan waktu tertentu = KESEMPATAN / PELUANG ) , amalnya ( tingkah lakunya = dalam arti kebudayaan dan peradabannya ) , yaitu apakah ia seorang yang akan celaka atas pilihan syar atau yg akan  bahagia atas pilihan khair. maka benar2 tidak ada pembina alternatif hidup selain-Nya ( Allah ) , sesungguhnya seseorang diantara kamu ( rasul )  benar - benar telah bersikap hidup sesuai pengamalan  / aplikasi ahli jannah ( penguasa kehidupan khasanah fiddunya wal akhirat ) , setelahnya adalah ajaran yg telah mereka wujudkan adalah berposisi di antara yg demikian ( bukan sesuai ahli jannah ) yaitu bukan diantara alternatif NUR lawan zhulumad walau hanya bergeser satu hasta saja menurut kitabullah wa sunnturrasul , maka dia sudah  menutup pandangan dan sikap hidup menurut yg demikian ( alternatif NUR dan atau  ZHULUMAD ) sehingga menjadi berdasarkan tingkah laku ahli nar ( penguasa kehidupan rusak ) , Akhirnya ia menjrumuskan diri dalam kehidupan nista bagai si jago merah memusnahkan segala. .“ (Riwayat Ahmad)






B. PERTUMBUHAN BAYI DARI BULAN KE BULAN
Bulan Pertama
Janin sudah mulai membentuk jantung, hati, dan sistem pencernaan. Bayi mendapat makanan dan mengeluarkan sisa-sisanya yang tidak diperlukan melalui plasenta dan tali pusar (struktur pembuluh darah yang menghubungkan bayi dengan dinding rahim). Panjang janin kurang lebih ½ cm.
Bulan kedua
Pada akhir minggu ke 8, tangan dan kaki bayi mulai terbentuk. Seluruh organ tubuh bagian dalam yang penting telah berkembang dan jantung kecilnya mulai bekerja. Bentuk muka menjadi lebih sempurna dan perkembangan otak mulai berjalan baik. Pada masa janin telah tumbuh hampir 5 cm panjangnya.
Bulan ketiga
Pada bulan ketiga kebanyakan wanita mulai melihat tanda-tanda kehamilan pada fisiknya. Sekarang bayi tumbuh dengan pesat, dan bertambah panjang beberapa millimeter setiap hari. Bentuknya mulai jelas, jari-jari tangan dan kaki, telinga, pelupuk mata telah terbentuk. Beratnya kurang lebih 28 gram dan panjangnya 8 cm (3 inci).
Bulan keempat
Seluruh organ-organ bayi terbentuk dan sekarang dia harus tumbuh dalam ukurannya. Pada bulan keempat, bayi menjadi aktif dan mulai mendorong-dorong dengan tangan dan kakinya di dalam rahim di mana dia berada. Panjangnya mungkin lebih dari 6 inci (15 cm)dan beratnya lebih dari ¼ pound (114 gr).
Bulan kelima
Sekarang denyut jantung bayi biasa terdengar dengan menggunakan stestoskop. Gerakannya kuat dan makin terasa. Panjangnya telah mencapai 10 inci (25 cm) dan beratnya kurang lebih ½ pound (227 gr)
Bulan keenam
Perut anda bagian bawah terus membesar, sementara gerakan bayi lebih terasa lagi. Kulit bayi merah dan berkerut. Panjangnya kira-kira 12 inci (30 cm) dan beratnya 1 ½ pound (628 gr)
Bulan ketujuh
Mata bayi kadang-kadang sebentar terbuka. Jika dia lahir pada saat ini, dianggap sebagai bayi premature dan memerlukan perawatan khusus. Beratnya kurang lebih 2 ½ pound (1,13 kg) dan panjangnya kira-kira 15 inci (38 cm).
Bulan kedelapan
Sekarang bayi telah tumbuh dengan sepenuhnya dan gerakan-gerakannya atau tendangannya cukup kuat sehingga sehingga terlihat dari luar. Kulitnya tak lagi berkerut dan biasanya ada dalam posisi kepala di bawah dan siap untuk lahir. Beratnya sekitar 4 pound (1,81 kg) dan panjangnya kurang lebih 16 ½ inci (42 cm).
Bulan kesembilan
Sekarang bayi sudah mencapai ukurannya dan sudah waktunya lahir serta dapat hidup di luar rahim ibunya. Rambutnya pun sudah tumbuh. Posisinya sudah rendah sekali karena dia telah siap untuk lahir. Beratnya sekitar 6 s/d 7 pound (2,7 s/d 3,2 kg) dan panjangnya 20 inci (50 cm) atau lebih.
· · Bagikan · Hapus


  • Aura Raja dan Haris Bahari menyukai ini.

    • Haris Bahari
      ‎.
      sesungguhnya seseorang
      diantara kamu beramal
      pengamalan penghuni
      surga, sehingga antara dia
      ...Lihat Selengkapnya

      17 Juli jam 17:25 · · 1 orang

    • Bruce Lee Panjaitan Sinaga sdh saya revisi lagi terjemahan islamisme tsb
      17 Juli jam 17:29 ·

    • Bruce Lee Panjaitan Sinaga coba cek lagi
      17 Juli jam 17:29 · · 1 orang

    • Bruce Lee Panjaitan Sinaga tapi masih ada yg kurang coba cek lagi yg mana...sdg saya kritisi
      17 Juli jam 17:31 ·

    • Bruce Lee Panjaitan Sinaga Sdh direvisi lagi sesuai teori ilmu Allah ( METHOSISNATIF ALQURAN )
      17 Juli jam 17:54 ·

    • Haris Bahari
      ‎.
      Untuk terjemahan hadits secara obyektif ilmiah dapat difahami sebagai analogi proses lahirnya budaya (Nur msr) yaitu dalam masa 9 priode = Sami'na.


      Peristiwa Pasti Alam adalah adalah analogi tentang budaya manusia.
      QS 11:07 huwal-ladzi kha...Lihat Selengkapnya

      17 Juli jam 21:12 ·

    • Bruce Lee Panjaitan Sinaga ‎6 yaum = 6000 tahun umur sejarah ( perjalanan ) kebudayaan / peradaban manusia dari adam awal kepastian sejarah sampai akhir kepastian sejarah
      18 Juli jam 11:46 · · 3 orang

    • Ahmad Fauzi Ihsan Hubungkan dengan surat AL ALAQ, Perintah Rattil dimodelkan oleh ALLAH dengan penciptaan manusia, terbukti sudah merupakan ;proses tanpa terhenti. jadi kalau kita rattil terhenti-henti yang lahir bukan BAYI MANIS (MUKMIN) tapi MONSTER
      18 Juli jam 12:44 · · 1 orang

    • Bruce Lee Panjaitan Sinaga ya sepertihalnya proses penciptaan manusia berdasarkan satu rumusan ilmiah hingga mencapai khalqan akhir maka demikianlah proses penciptaan / perwujudan sosial budaya mukmin juga berdasarkan satu rumusan ilmiah ( AQMSR ) sehingga mencapai ahsanul khaaliqiin. contoh teladan manusia mukmin adalah rasul ( uswathun khasanah )


      وَرَسُولاً إِلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنِّي قَدْ جِئْتُكُم بِآيَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ أَنِّي أَخْلُقُ لَكُم مِّنَ الطِّينِ كَهَيْئَةِ الطَّيْرِ فَأَنفُخُ فِيهِ فَيَكُونُ طَيْراً بِإِذْنِ اللّهِ وَأُبْرِئُ الأكْمَهَ والأَبْرَصَ وَأُحْيِـي الْمَوْتَى بِإِذْنِ اللّهِ وَأُنَبِّئُكُم بِمَا تَأْكُلُونَ وَمَا تَدَّخِرُونَ فِي بُيُوتِكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لَّكُمْ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ

      3.49. rasul ( dg sunnahnya ) didatangkan kepada Bani Israil yg menyatakan sebenarnya aku telah mewujudkan sunnahku kepada kalian berdasarkan ayat ( pembuktian ilmiah ) dari rab anda ( Allah )

      sepertihalnya aku telah menciptakan kalian dari rumusan thiin, maka aku menciptakan kebudayaan / peradaban kalian menjadi seolah mewujud dalam 3 dimensi bagaikan burung yg dihidupkan terbang mengudara seperti itulah ajaran Allah diciptakan berdasarkan satu rumusan ilmiah yg juga menghidupkan dan menerbangkan pandangan dan sikap hidup kalian berdasarkan perkenan alternatif ilmuNya, sepertihalnya juga aku telah menyembuhkan org buta yaitu yg berpenyakit, begitulah aku telah menyembuhkan pandangan hidup dan penyakit kehidupan manusia berdasarkan ilmuNya, sepertihalnya aku telah menghidupkan org yg telah mati dg perkenan ilmunya Allah begitulah kami akan menghidupkan kebudayaan / peradaban manusia yg telah mati dari nilai2 NUR msr dg pembuktian Alquranu wa Sunnaturrasul
nn

Minggu, 21 Agustus 2011

kutipan catatan : unsur penciptaan manusia


an Manusia menurut Al Qur’an

Al Qur’an menyebutkan bahwa asal kejadian manusia terdiri dari 7 (tujuh) macam unsur/tahapan.

Pertama : Di surat Ar Rahman ayat 14: “Dia (Allah) menjadikan manusia seperti tembikar, (tanah yang dibakar)”. Yang dimaksudkan dengan kata “Shal-shal” di ayat ini ialah : Tanah kering atau setengah kering yakni“Zat pembakar” atau Oksigen.

Kedua : Di ayat itu disebutkan juga kata “Fakhkhar”, yang maksudnya ialah “Zat Arang”atau Carbonium.
Ketiga : Di surat Al Hijr, ayat 28: “dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat; sesungguhnya Aku (Allah) hendak menciptakan seorang manusia (Adam) dari tanah kering dan lumpur hitam yang berbentuk (berupa)” . Kata “Hamaa-in” di ayat tersebut ialah “Zat Lemas” atau Nitrogenium.
Keempat : Di surat As Sajadah ayat 7: “Dan (Allah) membuat manusia berasal dari pada tanah”. Yang dimaksud dengan kata “Thien” (tanah) di ayat ini ialah “Atom zat air” atau Hidrogenium.
Kelima : Di Surat Ash Shaffaat ayat 11: “Sesungguhnya Aku (Allah) menjadikan manusia dari pada Tanah Liat”. Yang dimaksud dengan kata “Lazib” (tanah liat) di ayat ini ialah “Zat besi” atau ferrum.
Keenam : Di Surat Ali Imran ayat 59: “ Dia (Allah) menjadikan Adam daripada tanah kemudian Allah berfirman kepadanya “jadilah engkau, lalu berbentuk manusia”. Yang dimaksud dengan kata “Turab” (tanah) di ayat ini ialah: “Unsur-unsur zat asli yang terdapat di dalam tanah” yang dinamai “zat-zat anorganis”.
Ketujuh : Di surat Al Hijr ayat 28: “Maka setelah Aku (Allah) sempurnakan (bentuknya), lalu Kutiupkan ruh-Ku kepadanya (Ruh daripada-Ku)”

Dari tujuh ayat Al Qur’an ini Allah telah menunjukkan tentang proses kejadiannya Nabi Adam sehingga berbentuk manusia, lalu ditiupkan ruh kepadanya sehingga manusia bernyawa (bertubuh jasmani dan rohani). Sebagaimana disebutkan pada ayat yang keenam tentang kata Turab (tanah) ialah zat-zat asli yang terdapat didalam tanah yang dinamai zat anorganis. Zat Anorganis ini baru terjadi setelah melalui proses persenyawaan antara Fakhkhar yakni Carbonium (zat arang) dengan “shal-shal” yakni Oksigenium (zat pembakar) dan Hamaa-in yaitu Nitrogenium (zat lemas) dan Thien yakni Hidrogenium (Zat air).

Jelasnya adalah persenyawaan antara:

1 . Fakhkhar (Carbonium = zat arang) dalam surat Ar Rahman ayat 14.

2 . Shalshal (Oksigenium = zat pembakar) juga dalam surat Ar Rahman ayat 14.

3 . Hamaa-in (Nitrogenium = zat lemas) dalam surat Al Hijr ayat 28

4 . Thien (Hidrogenium = Zat Air) dalam surat As Sajadah, ayat 7.

Kemudian bersenyawa dengan zat besi (Ferrum), Yodium, Kalium, Silcum dan mangaan, yang disebut “laazib” (zat-zat anorganis) dalam surat As Shafaat ayat 11. Dalam proses persenyawaan tersebut, lalu terbentuklah zat yang dinamai protein. Inilah yang disebut “Turab” (zat-zat anorganis) dalam surat Ali Imran ayat 59.

Salah satu diantara zat-zat anorganis yang terpandang penting ialah “Zat Kalium”, yang banyak terdapat dalam jaringan tubuh, teristimewa di dalam otot-otot. Zat Kalium ini dipandang terpenting oleh karena mempunyai aktivitas dalam proses hayati, yakni dalam pembentukan badan halus.

Dengan berlangsungnya “Proteinisasi” , menjelmakan “proses penggantian” yang disebut “Substitusi” . Setelah selesai mengalami substitusi, lalu menggempurlah electron-electron cosmic yang mewujudkan sebab pembentukan (Formasi), dinamai juga “sebab ujud” atau Causa Formatis.

Adapun Sinar Cosmic itu ialah suatu sinar mempunyai kemampuan untuk merubah sifat-sifat zat yang berasal dari tanah. Maka dengan mudah sinar cosmic dapat mewujudkan pembentukan tubuh manusia (Adam) berupa badan kasar (jasmaniah), yang terdiri dari badan, kepala, tangan, mata, hidung telinga dan seterusnya.

Sampai disinilah ilmu pengetahuan exact dapat menganalisa tentang pembentukan tubuh kasar (jasmaniah, jasmani manusia/Adam). Sedangkan tentang rohani (abstract wetenschap) tentu dibutuhkan ilmu pengetahuan yang serba rohaniah pula, yang sangat erat hubungannya dengan ilmu Metafisika.

Ayat-ayat Al Qur’an tersebut sangat jelas menunjukkan proses asal kejadian tubuh jasmani Adam (visible), hingga pada badan halusnya (invisible), sampai berujud manusia.

YA ALLAH ! SAYANGILAH DIRIKU DG ALQURAN MENURUT SUNNAH RASUL


اَللّهُمَّ ارْحَمْنِى بِالْقُرْءَانِ وَاجْعَلْهُ لِى إِمَامًا وَنُورًا وَهُدًى وَرَحْمَةً – أَللَّهُمَّ ذَكِّرْنِى مِنْهُ مَا نَسِيْتُ وَ عَلِّمْنِى مِنْهُ مَا جَهِلْتُ وَارْزُقْنِى تِلاَوَتَهُ آنَاءِ اللّيْلِ وَأَطْرَفَ النَّهَارِ وَاجْعَلْهُ لِى حُجَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ.

Ya Allah, sayangilah selalu diriku dengan Al-Qurãn, yakni jadikanlah dia sebagai imam, petunjuk dan rahmat bagi diriku. Ya Allah, ingatkanlah diriku ayat-ayatnya yang kulupakan, dan bimbinglah aku untuk mengetahui yang tidak aku ketahui (pa......hami), yakni anugerahkanlah rizki (ilmu) dari usahaku dalam membaca-nya siang dan malam, dan selanjutnya jadikanlah ia sebagai hujjah (pembela) bagi diriku, wahai Tuhan seluruh alam

POLA PENDIDIKAN PUJANGGA HARUT WA MAARUT

QS 2:102. " Mereka mengikuti ajaran Allah yg distudi menurut sunnah syaithiin terhadap wewenang / kekuasaan ilmiah sulaiman ( dari Allah ) sehingga bukan sulaiman yg berlaku negatif terhadap ajaran alternatif dari Allah akan tetapi merekalah yg berlaku negatif terhadap ajaran Alternatif dari Allah menjadi menurut sunnah syaithiin yakni mengajarkan manusia ajaran sihrun ( bathil yg membius rasa ) sebagaimana yg diturunkan oleh dua pujangga babilonia bernama harut wa marut yg mana mereka tak mengajarkan dua ajaran Allah ( dg satu Alternatif nur msr dan atau dzulumad mssy ) pemersatu ilmiah hingga setelahnya mereka ( harut - marut ) menegaskan sesungguhnya ajaran yg kami ( ajarkan ) adalah ajaran fitnah ( yg tak berpangkal dan berujung ) selanjutnya janganlah kalian berlaku negatif terhadap si dua satu. Akhirnya mereka telah mengajarkan  ajaran dari keduanya ( harut - marut = idealisme dan naturalisme ) sesuatu ajaran yg terpecah / terpisah berdasarkan ajaran demikian ( Alternatif nur msr dan atau dzulumad mssy ) menjadi aduk2an ( tak jelas mana nur mana dzulumad ) posisi ajaran bagaikan diantara suami dan istri, yakni tidak adalah pandangan dan sikap hidup mereka yg telah memudharatkan / merusak ajaranNYA menjadi terpecah2 dari satu - satunya ajaran pemersatu ilmiah ( alternatif nur dan atau dzulumad ) selain atas perkenan ilmunya Allah. mereka telah mengajarkan ajaran aduk2an yg tak bernilai ( pembanding ) antara mudharat dan manfaat. sungguh benar2 mereka telah mengajarkan terhadap siapa yg membarter sajian alternatif ilmiah ( si dua satu ) dengan hartanya menurut tujuan terakhir ( khasanah fiddunya wal akhirat ) menyatakan dari sang pencipta. teramat jahatlah ajaran yg mereka tukar / barter dg seluruh subyektivisme mereka dari sajian alternatif ilmiah menurutNYA padahal mereka telah berilmukannya ( sajian alternatif ilmiah sidua satu dari Allah )

SEJARAH RINGKAS UMMAT ISLAM


Abad ke-6 Masehi (500-599)

545:Kelahiran Abdullah, ayahanda Nabi Muhammad saw.
571:Kelahiran Muhammad bin Abdullah, yang kelak menjadi Rasulullah saw. Tahun Gajah. Penyerangan Makkah oleh Abrahah, Gubernur Yaman.
577:Muhammad bin Abdullah pergi ke Yatsrib bersama ibunya. Ibunda beliau wafat.
580:Wafatnya ‘Abdul-Muthalib, Kakek Muhammad bin ‘Abdullah.
583:Muhammad bin ‘Abdullah melakukan perjalanan ke Syria, menemani pamannya, Abu Thalib. Pertemuan Muhammad dengan pendeta Bahira di Bisra, yang meramalkan bahwa ia akan menjadi rasul.
586:Muhammad bin ‘Abdullah terlibat dalam Perang Fijar.
591:Muhammad bin ‘Abdullah menjadi anggota aktif organisai Hilful-Fudhul, semacam liga untuk mengatasi bvencana, permusuhan dan sebagainya.
594:Muhammad bin ‘Abdullah menjadi manajer bisnis Bangsawati Khadijah, dan memimpin kafilah dagangnya ke Syria.
595:Muhammad bin ‘Abdullah menikahi Khadijah.