Senin, 24 Oktober 2011

MAKNA LAA ILAAHA ILLA LLAAHU(لاَ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ)



Bahasan kali ini jatuh pada pemahaman akan makna LAA ILAAHA ILLA LLAAHU(لاَ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ). Dimana dalam pencarian maknanya bisa kita mulai dengan mengangkat salah satu ayat:
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوْحٰى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلٰهُكُمْ إِلٰهٌ وَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْ لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلاَ يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
(18;110)
Kata اِلٰهٌ -ilaahun  secara kamus berarti اَلْمَعْبُوْدُ -alma`buudu.
اِلٰهٌ -ilaahun jamaknya adalah  اٰلِهَةٌ -aalihatun = اَلْمَعْبُوْدُ مُطْلَقاً -alma`buudu muthlaqan
= yang diabdi secara muthlaq. Dalam arti, apa saja yang diabdi Itu adalah اِلٰهٌ -ilaahun.
Sengaja disini kita tidak terjemahkan kata اِلٰهٌ -ilaahun  melainkan mengalihbahasakan saja menurut bahasa itu itu juga.Artinya kata اِلٰهٌ -ilaahun =  اَلْمَعْبُوْدُ -alma`buudu.
Sedangkan عَبَدَ - يَعْبُدُ - عِباَدَةً  -`abada-ya`budu-`ibaadatan = mengabdi. Maka  اَلْمَعْبُوْدُ -alma`buudu= yang diabdi =  اِلٰهٌ -ilaahun.
Sekarang kalau seandainya kita menyadari surat al muzzammil: يَاأَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ -yaa ayyuhalmuzzammilu قُمِ اللَّيْلَ -qumillaila. Ini seruan dari Allah kepada manusia. Dengan dipanggil الْمُزَّمِّلُ-almuzzammilu maka diperintahkan قُمِ اللَّيْلَ -qumillaila bangunlah diwaktu malam. Kalau orang menyadari  اِلٰهٌ -ilaahun nya ALLAH,  لاَ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ-LAA ILAAHA ILLA LLAAHU berarti dia harus bangun. Yang tidak bangun dalam arti tidak melaksanakan perintah قُمِ اللَّيْلَ -qumillaila = اِلٰهٌ -ilaahun nya bukan ALLAH.
Artinya secara tajam kita bisa mengatakan لاَ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ-LAA ILAAHA ILLA LLAAHU  yang dia ucapkan menjadi tidak berlaku ketika diwaktu malam tidak melaksanakan perintah قُمِ اللَّيْلَ -qumillaila, Sebab yang diabdi nya bukan أَللّٰهُ -Allah.

kalimat selanjutnya  إِلاَّ قَلِيلًا -illaaqaliilan نِصْفَهُ أَوِ انقُصْ مِنْهُ قَلِيلًا -nishfahuu awinqush minhu qaliilan
أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا-auzid `alaihi warattilil qur aana tartiilan. رَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا -rattilil qur aana tartiilan merupakan perintah. Yakni perintah meneliti, membaca secara tertib, menjalani. Yang tidak melaksanakan berarti  اَلْمَعْبُوْدُ -alma`buudu nya bukan Allah melainkan subjetivisme. Sehingga dengan memfungsikan Allah sebagai اَلْمَعْبُوْدُ -alma`buudu, dia melaksanakan رَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا -rattilil qur aana tartiilan. قُمِ اللَّيْلَ -qumillaila dia laksanakan, رَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا -rattilil qur aana tartiilan dia juga laksanakan, Maka pada yang demikian Allah memberikan imbalan yakni إِنَّا سَنُلْقِي عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيلًا -innaa sanulqii `alaika qaulan tsaqiilan dimana  قَوْلًا ثَقِيلًا-qaulan tsaqiilan didapat dari melaksanakan perintah قُمِ اللَّيْلَ -qumillaila dan perintah رَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا -rattilil qur aana tartiilan sehingga makna alquran bisa terambil.
Kalimat lain dalam perintah yang sama yakni melaksanakan  اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ -utlu maa uuhiya ilaika minalkitaabi(29;45), Bagi yang  لاَ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ-LAA ILAAHA ILLA LLAAHU, Maka harus patuh. Perintah selanjutnya masih dalam ayat yang sama yakni وَأَقِمِ الصَّلَاةَ -wa aqimishshalaata, Bagi yang  لاَ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ-LAA ILAAHA ILLA LLAAHU, Maka juga harus patuh. Dengan dilaksanakannya perintah   اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ -utlu maa uuhiya ilaika minalkitaabi dan وَأَقِمِ الصَّلَاةَ -wa aqimishshalaata, Maka datanglah جَزاَءٌ -jazaa un dari Allah yakni  إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ -inna shshalaata tanhaa `anil fahsyaa i walmunkari. Sehingga bagi segolongan manusia secara pribadi, keluarga, kelompok masyarakat yang لاَ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ-LAA ILAAHA ILLA LLAAHU, menjadi  لاَ نَعْبُدَ اِلَّا اللّٰهُ -laa na`buda illallaahu=tidak ada yang diabdi kecuali Allah. Allah diabdi karena punya ajaran dimana didalamnya ada perintah. Allah mengajarkan pandangan dan penilaian, Mengajarkan perintah. Bagi yang melaksanakan perintahnya itu berarti berlakulah لاَ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ-LAA ILAAHA ILLA LLAAHU. Maka أَجْرٌ -ajrun bagi dia adalah إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ -inna shshalaata tanhaa `anil fahsyaa i walmunkari = sesungguhnya shalat mencegah dari berbagai kejahatan dan kemunkaran. Subject  تَنْهَى -tanhaa disini bukan اَنْتَ -anta tapi هِيَ -Hiya.
هِيَ -Hiya itu الصَّلَاةَ -ashshalaata. Jadi kalau الصَّلَاةَ -ashshalaata  itu dipersonifikasikan / dianggap orang, maka shalat itu bisa mencegah عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ - `anil fahsyaa i walmunkar. Sehingga أَجْرٌ -ajrun bagi masyarakat yang demikian sungguh menjadi timbul kedamaian, saling kasih sayang, dan kemakmuran. Kenapa?? Karena shalat mampu mencegah dari kejahatan dan kemunkaran. Karena itu perlu kita sadari secara pribadi pribadi, Keluarga, Masyarakat dan sadarkan orang yang belum mengerti persoalan. Kejar لاَ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ-LAA ILAAHA ILLA LLAAHU. Urusan aman damai jaminan Allah. Tapi kalau dalam diri tidak memfungsikan Allah sebagai اَلْمَعْبُوْدُ -alma`buudu, dalam arti omong besar لاَ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ-LAA ILAAHA ILLA LLAAHU namun  baik dalam pribadi, keluarga, maupun masyarakat اَلْمَعْبُوْدُ -alma`buudu  nya bukan Allah, berarti dia keluar dari لاَ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ-LAA ILAAHA ILLA LLAAHU.
Disini perlu juga kita ketahui alam semesta pun  menyatakan diri  لاَ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ-LAA ILAAHA ILLA LLAAHU hanya saja kalimatnya lain: لَوْ كَانَ فِيْهِمَا آلِهَةٌ إِلاَّ اللَّهُ لَفَسَدَتَا -lau kaan fiihimaa aalihatun illallaahu lafasadataa = kalau didalam keduanya(semesta angkasa dan bumi ini) ada berbagai اَلْمَعْبُوْدُ -alma`buudu selain Allah niscaya pasti keduanya hancur . آلِهَةٌ -aalihatun jamak dari اِلٰهٌ -ilaahun. Misal Matahari, Air, tidak menjadikan Allah sebagai اَلْمَعْبُوْدُ -alma`buudu  maka menjadi hancur لَفَسَدَتَا -lafasadataa.
Selanjutnya kalau kita hubungkan dengan surat Ali imran ayat 14:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيْرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ 
Yang mana menjadi  مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا -mataa`ul hayaatiddunya??
Jawabnya زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ -zuyyina linnaasi hubbusysyahwaati
زُيِّنَ -zuyyina merupakan kata kerja pasif. Kata kerja aktifnya pada ayat فَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ  -fazayyana lahumusysyaithaanu a`maalahum (16;63).
Adapun hubungan antara Ali imran ayat 14 dengan  اَلْمَعْبُوْدُ -alma`buudu dan 16;63 adalah adanya مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيْرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ minannisaa i wal baniina wal qanaathiiril muqantharati minadzdzahabi wal fidhdhati walkhailil musawwamati wal an`aami wal hartsi yang menurut perintah syethan yakni أَلَم أَعهَدْ إِلَيْكُمْ يٰبَنِى ءادَمَ أَن لاَ تَعْبُدُوْا الشَّيْطٰنَ ۖ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِيْنٌ -alam a`had ilaikum yaa banii aadama allaa ta`buduusysyaithaana  = tidakkah Aku wasiatkan kepada kalian wahai anak adam: Janganlah kalian hidup mengabdi menurut ajaran syethan! sesungguhnya yang demikian adalah musuh yang nyata bagi kehidupan kalian(36;60). Dilihat dari ayat ini ada pengabdian terhadap syethan. Ayat selanjutnya وَأَنِ اعْبُدُوْنِىْ -wa ani`buduunii = sebaliknya hidup mengabdilah menurut ajaranKu.
Jadi اَلْمَعْبُوْدُ -alma`buudu ini ada dua, Bisa  اَلْمَعْبُوْدُ -alma`buudu = Allah, Bisa juga menjadi اَلْمَعْبُوْدُ -alma`buudu = syethan yakniوَكَذٰلِكَ جَعَلْناَ لِكُلِّ نَبِىٍّ عَدُوًّا شَيٰطِيْنَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ -wakadzaalika ja`alnaa likulli nabiyyin `aduwwan syayaathiinal insi wal jinni(6;112). Maka Syethan sebagai musuh terhadap ajaran Allah bisa menjadi اَلْمَعْبُوْدُ -alma`buudu inilah yang didalam مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيْرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ minannisaa i wal baniina wal qanaathiiril muqantharati minadzdzahabi wal fidhdhati walkhailil musawwamati wal an`aami wal hartsi = wanita/laki laki bagi wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, alat transportasi, kegiatan peternakan dan kegiatan pertanian. Kalau semuanya ini dilakukan menurut perintah syethan maka pengabdian hidupnya menurut syethan dan terjadilah  مَتٰعُ الحَيوٰةِ الدُّنيا ۖ  -mataa`ul hayaatiddunya. Tapi kalau itu diperlakukannya menurut ajaran Allah maka وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَـٔابِ -wallaahu `indahuu husnul ma aabi. Sebab, dari yang enam tadi (3;14)pun dari sanalah munculnya  مُباَرَكاَتُهُ -mubaarakaatuhuu=kehidupan saling memakmurkan.

Kalau مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيْرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ minannisaa i wal baniina wal qanaathiiril muqantharati minadzdzahabi wal fidhdhati walkhailil musawwamati wal an`aami wal hartsi = wanita/laki laki bagi wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, alat transportasi, kegiatan peternakan dan kegiatan pertanian menjadi مَتٰعُ الحَيوٰةِ الدُّنيا ۖ  -mataa`ul hayaatiddunya seluruhnya, Maka semuanya itu adalah فَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ  -fazayyana lahumusysyaithaanu a`maalahum (16;63)..Tapi bila diperlakukan dengan ajaran Allah maka istri/suami, menjadi  pembantu dalam menegakkan tatanan hidup sesuai ajaran Allah menurut teladan aplikatif sunnah rasulNya, Anak menjadi pembantu dalam dakwah alquran, Alat transportasi dan harta benda menjadi faktor pendukungnya. Peternakan dan pertanian dari sanalah timbul kemakmuran. Maka hendaknya bagi yang mau, mengejar   لاَ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ-LAA ILAAHA ILLA LLAAHU  dimana yang menjadi  اَلْمَعْبُوْدُ -alma`buudu hanyalah Allah semata.Dengan kata lain kalau ada orang saling baku hantam karena uang 1000 perak, maka tinju yang dilayangkan kepada lawannya, Penggeraknya adalah uang 1000 perak. Kalau ada sambal kurang garam yang menyebabkan piring terbang dalam rumah tangga, Maka penggeraknya adalah sambal kurang garam. Itulah اِلٰهٌ -ilaahun. Maka dari itu disindir oleh Allah:أَفَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلٰهَهُ هَوىٰهُ -afara aita manittakhadza ilaahahuu hawaa u  = Apakah anda melihat orang yang membikin subjectivismenya menjadi yang diabdi (45;23)= subjectivismenya itulah yang menggerakkan dia.

Dengan kata lain ini gerak hidup akibat subjectivisme yang seharusnya yang menggerakkan hidup adalah Allah dengan penurunan ajaran menurut sunnah rasulNya.

Bila penggerak hidupnya adalah Allah dengan penurunan ajaran menurut sunnah rasulNya, Maka itulah kehidupan orang orang yang مُتَوَكِّلُوْنَ -mutawakkiluun. تَوَكَّلَ - يَتَوَكَّلُ - تَوَكُّلاً -tawakkala-yatawakkalu-tawakkulan = menjadi wakil.
Yang diwakilinya adalah Allah dengan penurunan ajaran menurut sunnah rasulNya maka Menjadilah
بِسْمِ اللّٰهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللّٰهِ -bismillaahi tawakkaltu `alallaahi =  لاَ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ-LAA ILAAHA ILLA LLAAHU . Bila hidup tidak demikian, Maka timbullah malapetaka = لاَ اِلٰهَ اِلَّا الشَّيْطاَنُ -laa ilaaha illalla sysyaithaanu = اِلٰهَهُ هَوٰىهُ -ilaahahu hawaa hu.
Jadi اِلٰهٌ -ilaahun =  اَلْمَعْبُوْدُ -alma`buudu = yang diabdi atau bisa dikinerjakan menjadi "Yang menggerakkan"=penggerak
Maka  لاَ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ-LAA ILAAHA ILLA LLAAHU = Tidak ada yang menjadi penggerak dalam kehidupan kecuali Allah dengan penurunan ajaran sesuai teladan aplikatif sunnah rasulNya = tidak ada yang diabdi dalam hidup kecuali Allah.
 

Minggu, 23 Oktober 2011

CONTOH PERBEDAAN BENTUK KATA DALAM TATA BAHASA ARAB DAN TATA BAHASA AL-QURAN



masih pada SURAT ANNAHL(16;51)وَقَالَ اللّهُ لاَ تَتَّخِذُواْ إِلـهَيْنِ اثْنَيْنِ إِنَّمَا هُوَ إِلهٌ وَاحِدٌ فَإيَّايَ فَارْهَبُونِ
Waqaala llaahu la tattakhidzuu ilaahaini tsnaini innamaa huwa ilaahun waahidun faiyyaaya fa irhabuuni

pada kata إِلـهَيْنِ اثْنَيْنِ -ilaahaini tsnaini secara bahasa merupakan kata benda bilangan berjumlah dua dengan kaedah pengulangan uslub. sejauh penelitian danjangkauan kemampuan saya, kaedah ini hanya berlaku didalam alquran menurut pembuktian sunnah rasulnya dan tidak berlaku dalam kaedah tata bahasa arab. Jadi sesuai janji saya memberikan contoh bukti perbedaan tata bahasa arab dan tata bahasa alquran kita bisa lihat kaedah pengulangan uslub tersebut yang tidak terdapat dalam kitab kitab nahwu seperti:
1. buku a zakaria di hal 179.
2.  alfiyyah jilid 2 hal 642-651
3. buku karangan drs. djawahir djuha, "tatabahasa arab (ilmu nahwu)" yang merupakan "terjemah matan al-ajrumiyah" berikut penjelasannya, halaman 117
4. buku "al nahwul wadlih" jilid 3 diterjemahkan oleh drs ismail, diterbitkan putra almaarif surabaya. di halaman 289
5. Buku "Tata Bahasa Arab - untuk mempelajari Al qur'an" karangan H salimudin A Rahman MA terbitan sinar baru algesindo hal 191-193
6. Buku "Tata Bahasa Arab Sistematis" karangan Dr. H. Imaduddin Sukamto,MA dan Akhmad Munawari S.Ag terbitan Nurma Media Idea, halaman 122-124.

buku buku tersebut hanya membahas seputar isim mutsanna yang tidak menggunakan perulangan uslub seperti contoh:
jannataani - dua surga (qs 55:62)
walidaihi - dua orang ibu bapa (qs 31:14)
'aamaini - dua tahun (qs 31:14)
rojulaini - dua orang laki-laki (qs 18:32)
fatayaani - dua pemuda (qs 12:36)

Dari itu mungkin referensi rujukan tersebut kalo Alquran masih diakui sebagai referensi tersahih kesempurnaan tata bahasanya, Maka kalau boleh kita tambahkan ragam ragam penggunaan kata benda jumlah bilangan seperti berikut ini:
bentuk jumlah 1
اِلٰهٌ وَاحِدٌ -ilaahun waahidun =1 ilah
اِلٰهٌ -ilaahun --->bentuk tunggal <->maushuf.
وَاحِدٌ waahidun-->bentuk tunggal <->shifah.

bentuk jumlah 2
اِلٰهانِ اثْنَانِ-ilaahaanitsnaani =2 ilah
اِلٰهانِ-ilaahaani --->menggunakan bentuk jumlah 2 <->maushuf.
اثْنَانِ-itsnaani------>menggunakan bentuk jumlah 2 <->shifah.

bentuk jenis jumlah jamak tidak terikat
ءالِهَةً أُخرىٰ-aalihatun ukhraa=banyak ilah.

bentuk jumlah 3 -10
ثَلٰثَةُ أَيّامٍ-tsalaatsatu ayyaamin = 3 hari
ثَلٰثَةُ-tsalaatsatu--->menggunakan tunggal feminim <-> mudhaf.
أَيّامٍ-ayyaamin--->menggunakan jamak <->mudhaf ilaihi.

Bentuk jenis jumlah 11-99
أَرْبَعُوْنَ لَيْلَةٌ-arba`uuna lailatun= 40 malam
أَرْبَعُوْنَ-arba`uuna-->menggunakan bentuk jamak<->maushuf
لَيْلَةٌ-lailatun--->menggunakan bentuk tunggal feminim <->shifah.

Bentuk jumlah 100 keatas
ثَلٰثُ مِا۟ئَةٍ سِنِيْنَ-tsalaatsu mi atin siniina= tiga ratus tahun.

ثَلٰثَةُ ءَالٰفٍ-tsalaatsatu aalaafin=3000

أَلْفُ شَهْرٍ-alfu syahrin = 1000 bulan

Potongan potongan ayat diatas dapat kita maklumi kalau Allah menggunakan bentuk jenis jumlah isimnya dengan menggunakan pasangan / gandengan isimnya baik ada yang pasangan / gandengan shifah maushuf maupun pasangan / gandengan majemuk(mudhaf mudhaf ilaihi) dan masing masing pasangan memiliki ciri ciri khusus.

Maka fungsi lafadzh itsnaini adalah sebagai pasangan /gandengan bagi isim ilaahaini gunanya untuk menunjukkan makna "2buah isim" dan memberi pelajaran / contoh kepada pembaca bagaimana cara melafadzhkan makna 2buah isim menurut alquran.

Note: Sistimatik diatas perlu diuji kembali kebenarannya.

 ·  ·  · 01 Oktober jam 22:52

    • Khoiron Ghazali Kang Adam Arasyi,

      Nahwu menempatkan al-Qur’an sebagai RUJUKAN UTAMA, kemudian hadis dan syair-syair.
      Tentang ‘adad dan ma’dud rata-rata kitab mengupasnya secara ‘SAMBIL LALU’ tapi ada juga yang meletakkannya pada bab khusus seperti pada kitab al-Mu’jam Fii Qawaid al-Lughat al-‘Arabiyyah.
      Penjelasannya begini:
      Isim ’adad (اسم العدد) adalah isim yang menunjukkan jumlah dan bilangan dari sesuatu. Isim ’adad digunakan selalu bersama-sama dengan sesuatu dan benda yang dihitung (ma’dûd ) dalam segala jumlah, kecuali untuk tujuan berlatih atau sebagai rumus yang terpisah.
      Pembahasan ‘adad kerap terkait pada bab Tamyiz dan sebagian kecil Na’t-man’ut
      Macam ‘adad
      1. ’Adad Asli /cardinal number(TS antum 'menggugat' yang 'ADAD ASHLI INI): adalah jumlah sebenarnya dari sesuatu yang dihitung (ma’dûd). Misalnya: ثَلاَثَةُ كُتُبٍ = tiga kitab. Artinya ’adad 3 menunjukkan bahwa kitab berjumlah tiga. ثَلاَثَةُ adalah ’adad dan كُتُبٍ adalah ma’dûd.
      Hubungan adad ashli antara ’adad dan ma’dûd memiliki 5 bentuk:(1) ’Adad mufrad (1-2, contoh : رَجُلٌ وَاحِدٌ/اِمْرَأَةٌ وَاحِدَةٌ //رَجُلاَنِ اثْنَانِ/اِمْرَأَتَانِ اثْنَتَانِ Dan 3-10, contoh : ثَلاَثَةُ رِجَالٍ// ثَلاَثُ فَتَيَاتٍ/ثَلاَثُ نِسَاءٍ وَأَعْبُدٍ), (2) ’Adad murakkab Mazji (11 – 19), (3) ’Adad ma’thûf (21 –99 tidak termasuk puluhan), (4) ’Adad ’uqûd (puluhan), (5)’Adad idhâfat (untuk ratusan, ribuan, jutaan, milyaran)
      2. ’Adad Tartîb/ordinal number (العدد الترتيب) : ’Adad tartîb adalah bilangan urutan dan peringkat: الأوَّلُ: ke-1, الثَّانِي: ke-2, الثَّالِثُ: ke-3. ’Adad tartîb memiliki 12 lafazh: (1) أَوَّلٌ (2) ثَانٍ (3) ثَالِثٌ (4) رَابِعُ (5) خَامِسٌ (6) سَادِسٌ (7) سَابِعٌ (8) ثَامِن (9) تَاسِعٌ (10) عَاشِرٌ (11) مِئَةٌ (12) أْلْفٌ. Dalam seluruh ’adad tartîb, ma’dûd selalu sama dengan ’adad dari sisi mudzakkar dan mu’annats.

      Dalam kaitan dengan sifat-mawshuf/na’t-man’ut: ‘adad termasuk isim yang tidak bisa MENJADI SIFAT, tetapi bisa MEMBERI SIFAT, yaitu dengan cara dita’wil. Misalnya: رَكَبَ الأَوْلاَدُ الثَّلاَثَةُ السيارةَ ta’wilnya: الْمَعْدُوْدُ بالثَّلاَثَة.

      Mohon dikoreksi kalo ada yang salah.

      Sumber: ENSIMINI NAHWU-SHARF

      02 Oktober jam 9:49 · 

    • Adam Arasyi terima kasih. Sementara saya tampung dulu ya...
      3 jam yang lalu · 

Muhammad bukan sebagai bapak dari seorang laki-laki diantara kalian. jgn mengklaim keturunan Muhammad !


33. Al Ahzab

40. Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu[1223]., tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi.  adalah Allah Maha Mengilmui segala sesuatu. 

NABI DIUTUS DG SUNNAH RASUL UNTUK MEMBERI KESAKSIAN SEBAGAI PEMBERI PENYAMPAI PERINGATAN DAN SOLUSI GEMBIRA


33. Al Ahzab


45. Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk memberi kesaksian Ilmu Allah, yaitu penyampai kabar gembira dan pemberi peringatan..

JIBAB


33. Al Ahzab

KEHARUSAN WANITA PAKAI JILBAB BILA BERADA DILUAR RUMAH
59.Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya[1232] ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. yaitu Allah dg Alquranu wa sunnaturrasul pembina taubat lagi pemina hidup saling kasih sayang.  

Sunnatullah = kepastian ilmiah yg konsisten

33:62. Sebagai sunnah Allah  ( kepastian ilmiah dari Allah ) yang berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu sebelum sunnah rasul (mu), dan kamu sekali-kali tiada akan menemukan inkonsistensi pada sunnah Allah.

BANGKITLAH WAHAI CALON PEMIMPIN SESUAI POTENSI MASING - MASING !


  • Ayo, Mu’min! bangkit dan berkarya
    Bukan hanya berkata dan berkata
    Sebab kata tidak menghibur orang yang haus dan lapar
    Juga tidak meneduhi orang yang kepanasan
    Atau menghangati orang yang kedinginan

    Hanya penyair dan penyanyi yang menyihir dengan kata
    Kau, Mu’min, tugasmu mengubah kata jadi karya
    Karena hanya dengan karya imanmu menjadi nyata
     ·  ·  · Kemarin jam 7:35 · 

    • Blue FirstAura RajaSiti Aminah dan 10 lainnya menyukai ini.

      • Arlies Djufri Mu'min itu tdk usah disuruh-suruh lagi. krn sdh otomatis gerak hidupnya kang.
        Kemarin jam 8:33 ·  ·  1 orang

      • Ngkong Joe seni lukis seni suara seni tari
        Kemarin jam 8:36 · 

      • Arlies Djufri seni pahat.
        Kemarin jam 8:36 · 

      • Ahmad Husein Berarti g perlu ada da'wah atau tawashau bil-haqqi lagi ya?
        Kemarin jam 8:48 · 

      • Arlies Djufri Wajib
        Kemarin jam 9:07 · 

      • Ahmad Husein Makanya, mu'min kan jg manusia. Masih perlu diingatkan, perlu disuruh. Kl tidak, utk apa ada panggilan shalat (adzan) dsb? Ketika seorang mu'min punya atasan, misalnya, pasti dia akan disuruh-suruh, krn tak bisa langsung mengetahui isi kepala atasannya.
        Kemarin jam 9:55 · 

      • Siti Aminah Asal jgn Karya seniman yg senewen hehe...

        Ayo!!!

        Kemarin jam 10:21 · 

      • Umar Bin Khattab Ayo kerja ! jgn berdebat aja. kerjakan apa yg bisa anda kerjakan. kalau belum bisa bekerja, belajar bekerja. latihlah keahlian dan keterampilan, kalau ahli ngatur, serahkan pada ahlinya..
        Kemarin jam 10:52 ·  ·  2 orang

      • Ahmad Husein SA: istilah karya tidak selalu berhubungan dg seniman, tapi jg dg karyawan, petani, teknisi, insinyur, produsen dan siapa pun yg "sibuk berbuat".
        Kemarin jam 11:13 · 

      • Arlies Djufri Akuuuuuur Pak Umar ........!.Al Anbiya 80.
        Kemarin jam 12:44 · 

      • Umar Bin Khattab bagi janda kaya, berkaryalah sebagai khadijah mendedikasikan kekayaannya fii sabilillah.

        bagi budak rajin, berkaryalah sebagai budak yg bertaqwa dimana saja anda berada, walaupun anda berada didalam istana Firaun, atau berada dalam posisi bagaikan si Ibn Ummi Maktum, yg merupakan sahabat nabi yg buta dan miskin..

        bagi yg terlanjur beruntung menjadi feodalis dan kapitalis, berkaryalah untuk mengalihkan hasil keuntungan haram menjadi halal.

        bagi yg terlanjur jadi ahli kitab berkaryalah untuk menegmbalikan kedudukan dan fungsi kitabullah wa Sunnaturrasul.

        bagi yg terlanjur jadi algojo bajingan , berkaryalah sebagai algojo yg mendukung pertahanan kemanan organisasi islam.

        bagi yg terlanjur jadi tokoh masyarakat yg berpengaruh, maka berkaryalah menjadi tokoh yg pengaruhnya untuk pendekatan dakwah

        ...

        Kemarin jam 13:16 ·  ·  2 orang

      • Arlies Djufri Nah begitu dong Pak Umar tehnik menyampaikannya. Mudah dicernak,mudah diaplikasikan semua pihak yang mau. Bagi yang ingin mencari rujukannya, tinggal masing-masing mencari,mempelajari ke surat dan ayat mana tulisan Bapak di atas berpijak. Bukankah hasil proses kerja induktif dan deduktif itu sama. Terima kasih Pak Umar. Sekali lagi terima kasih.
        Kemarin jam 13:34 ·  ·  1 orang

      • Rina Khusnawati InshaAllah
        18 jam yang lalu · 

      • Dedek Hidayat terima kasih pencerahannya
        4 jam yang lalu · 
  • AKTIVITAS TERKINI
  • AKTIVITAS TERKINI


  • Coba bandingkan 'sifat2 CEO' di sini dg apa yg sering digambarkan org sbg 'sifat2 Rasulullah'. Yaitu: Tabliigh (kemampuan menyampaikan ilmu, gagasan, pemikiran, perintah, dlsb secara jitu, mengenai sasaran, memenuhi harapan, memberikan solusi yg dibutuhkan), Fathaanah (cerdas; trampil; tangkas; tanggap), Shiddiq (jujur; tanpa tedeng aling-aling; terbuka, transparan; to the point dsb), Amaanah (setia; teguh;bisa diandalkan - kebalikannya: Khiyaanah), Sajaa'ah (Berani; tegas; tuntas; tanpa beban dan kelemahan psikologis, dsb).

    Sebuah pemerintahan bukanlah sebuah perusahaan besar. Namun perkembangan pesat dalam ilmu mengakibatkan banyak sekali konsep manajemen dan bisnis yang dipakai para pemimpin dunia dalam memperbaiki kondisi daya saing bangsanya...

     ·  ·  · Kamis pukul 10:37 · 

      • Ahmad Fauzi Ihsan cuma bisa nggak berharap hasil sementara metoda yang dipakai berbeda. Yang ada sekarang berbasis ilmu yang datang dari kajian Filsafat dan observasi di tempat bernama SEKOLAH, sementara RasuluLLAH ilmunya datang dari ALLAH (alqur'an) dengan teknik mengkaji (RATTIL) dan pemantapan (SHALAT) di Ruang WAktu MALAm untuk praktikum di Waktu SIANG
        Kamis pukul 10:58 ·  ·  2 orang

      • Siti Aminah Punten...
        Bala'a tepat sasarannya belum bang hehe...

        Kamis pukul 11:39 · 

      • Ahmad Husein AFI: Saya cuma ngajak membandingkan. *SA: bantu nambahin dong!
        Kamis pukul 12:16 · 

      • Umar Bin Khattab kepemimpinan itu adalah sebuah keahlian dan keterampilan yg berbasis iman dalam arti sempit = kemantapan niyyat tertentu = tekad baja = visionable= kemampuan memandang / menilai diseberang realitas = yaitu khusnu dzhon = yukminuuna bilghaibi.

        Pandangan dan tujuan hidup ( VISI -MISI ) yg jitu ( sesuai Alquran wa Sunnaturrasul ) akan melahirkan penilaian yg jitu yg bisa diandalkan melahirkan keputusan yg jitu untuk menghidupkan Islam sebagai tekhnik jitu ( terorganisir ) sesuai momentum sa-ah satu management perintah dan larangan perwujudan !

        Kamis pukul 12:55 ·  ·  1 orang


  • Pemimpin yg tegas mengecewakan para penjahat dan org2 yg ingin berbuat jahat. Pemimpin yg lembek mengecewakan org2 baik dan yg ingin berbuat baik. Dg kata lain, yg pertama cenderung memerangi kejahatan, yg kedua cenderung melemahkan kebaikan.
     ·  ·  · Kamis pukul 7:00 · 

    • Anda, Bung TomoAbdul HarisRoyadi Sidi, dan 3 orang lainnya menyukai ini.

      • Umar Bin Khattab pemimpin yg terlibat kejahatan, menjadi konyol kalau bertindak tegas. bisa diseret oleh bawahannya kalau bawahannya ditegasi. sesama pendukung sistem di lingkaran setan aja butuh loyalitas dan soliditas, mosok pendukung Al-Quran gak bisa loyal dan solid..
        Kamis pukul 13:00 ·  ·  2 orang