1. Yang boleh dijadikan sumber informasi kebenaran hanya Allah dan ayat-ayatnya (Al
Jatsiyah : 6) yang terbentang jelas dihadapan mereka. Tetapi mereka lebih percaya kepada
dongeng dan cerita-cerita fiksi yang dipercaya hanya karena telah menjadi kebiasaan dan
keyakinan orang sejak dahulu.
2. Perkara gaib tidak bisa diketahui siapapun kecuali sebagai dugaan yang jauh dari
kebenaran. Tapi justru Islam yang diajarkan dan dianut mereka bersumber dari perkara
gaib, yakni kehidupan Nabi Muhammad dan orang-orang dahu yang hidup di masa
lampau (gaib)
3. Yang diakui Allah bisa memahami kebenaran hanya Ulul Albab. Tapi justru terma Ulul
Albaab ini dihapus dari peredaran dan diganti dengan terma “Ulama” yang sebenarnya itu
adalah fiktif.
Pelanggaran ini terjadi, atau dengan kata lain manusia tidak bisa menemukan koridor yang
Allah tetapkan diatas, karena para ulama membangun paradigma yang mengungkung pemikiran dan
penalaran manusia seperti ternak yang dikurung.
Paradigma dimaksud tiada lain adalah ketetapan para ulama yang kemudian disepakati dan
diyakini bahwa Nabi Muhammad itu adalah Nabi dan Rosul terakhir yang diutus untuk seluruh
ummat manusia (menembus ruang dan waktu), dan tidak akan ada lagi Nabi maupun Rosul sampai
hari kiyamat.
Insyaallah pada kesempatan lain akan kita bahas pembuktian bahwa paradigma diatas
samasekali bukan dari Allah, melainkan buatan manusia yang begitu efektif mengandangi fikiran
dan jiwa manusia selama satu milenium, seribu tahun.
Jatsiyah : 6) yang terbentang jelas dihadapan mereka. Tetapi mereka lebih percaya kepada
dongeng dan cerita-cerita fiksi yang dipercaya hanya karena telah menjadi kebiasaan dan
keyakinan orang sejak dahulu.
2. Perkara gaib tidak bisa diketahui siapapun kecuali sebagai dugaan yang jauh dari
kebenaran. Tapi justru Islam yang diajarkan dan dianut mereka bersumber dari perkara
gaib, yakni kehidupan Nabi Muhammad dan orang-orang dahu yang hidup di masa
lampau (gaib)
3. Yang diakui Allah bisa memahami kebenaran hanya Ulul Albab. Tapi justru terma Ulul
Albaab ini dihapus dari peredaran dan diganti dengan terma “Ulama” yang sebenarnya itu
adalah fiktif.
Pelanggaran ini terjadi, atau dengan kata lain manusia tidak bisa menemukan koridor yang
Allah tetapkan diatas, karena para ulama membangun paradigma yang mengungkung pemikiran dan
penalaran manusia seperti ternak yang dikurung.
Paradigma dimaksud tiada lain adalah ketetapan para ulama yang kemudian disepakati dan
diyakini bahwa Nabi Muhammad itu adalah Nabi dan Rosul terakhir yang diutus untuk seluruh
ummat manusia (menembus ruang dan waktu), dan tidak akan ada lagi Nabi maupun Rosul sampai
hari kiyamat.
Insyaallah pada kesempatan lain akan kita bahas pembuktian bahwa paradigma diatas
samasekali bukan dari Allah, melainkan buatan manusia yang begitu efektif mengandangi fikiran
dan jiwa manusia selama satu milenium, seribu tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar