Senin, 24 Oktober 2011

MAKNA LAA ILAAHA ILLA LLAAHU(لاَ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ)



Bahasan kali ini jatuh pada pemahaman akan makna LAA ILAAHA ILLA LLAAHU(لاَ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ). Dimana dalam pencarian maknanya bisa kita mulai dengan mengangkat salah satu ayat:
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوْحٰى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلٰهُكُمْ إِلٰهٌ وَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْ لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلاَ يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
(18;110)
Kata اِلٰهٌ -ilaahun  secara kamus berarti اَلْمَعْبُوْدُ -alma`buudu.
اِلٰهٌ -ilaahun jamaknya adalah  اٰلِهَةٌ -aalihatun = اَلْمَعْبُوْدُ مُطْلَقاً -alma`buudu muthlaqan
= yang diabdi secara muthlaq. Dalam arti, apa saja yang diabdi Itu adalah اِلٰهٌ -ilaahun.
Sengaja disini kita tidak terjemahkan kata اِلٰهٌ -ilaahun  melainkan mengalihbahasakan saja menurut bahasa itu itu juga.Artinya kata اِلٰهٌ -ilaahun =  اَلْمَعْبُوْدُ -alma`buudu.
Sedangkan عَبَدَ - يَعْبُدُ - عِباَدَةً  -`abada-ya`budu-`ibaadatan = mengabdi. Maka  اَلْمَعْبُوْدُ -alma`buudu= yang diabdi =  اِلٰهٌ -ilaahun.
Sekarang kalau seandainya kita menyadari surat al muzzammil: يَاأَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ -yaa ayyuhalmuzzammilu قُمِ اللَّيْلَ -qumillaila. Ini seruan dari Allah kepada manusia. Dengan dipanggil الْمُزَّمِّلُ-almuzzammilu maka diperintahkan قُمِ اللَّيْلَ -qumillaila bangunlah diwaktu malam. Kalau orang menyadari  اِلٰهٌ -ilaahun nya ALLAH,  لاَ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ-LAA ILAAHA ILLA LLAAHU berarti dia harus bangun. Yang tidak bangun dalam arti tidak melaksanakan perintah قُمِ اللَّيْلَ -qumillaila = اِلٰهٌ -ilaahun nya bukan ALLAH.
Artinya secara tajam kita bisa mengatakan لاَ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ-LAA ILAAHA ILLA LLAAHU  yang dia ucapkan menjadi tidak berlaku ketika diwaktu malam tidak melaksanakan perintah قُمِ اللَّيْلَ -qumillaila, Sebab yang diabdi nya bukan أَللّٰهُ -Allah.

kalimat selanjutnya  إِلاَّ قَلِيلًا -illaaqaliilan نِصْفَهُ أَوِ انقُصْ مِنْهُ قَلِيلًا -nishfahuu awinqush minhu qaliilan
أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا-auzid `alaihi warattilil qur aana tartiilan. رَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا -rattilil qur aana tartiilan merupakan perintah. Yakni perintah meneliti, membaca secara tertib, menjalani. Yang tidak melaksanakan berarti  اَلْمَعْبُوْدُ -alma`buudu nya bukan Allah melainkan subjetivisme. Sehingga dengan memfungsikan Allah sebagai اَلْمَعْبُوْدُ -alma`buudu, dia melaksanakan رَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا -rattilil qur aana tartiilan. قُمِ اللَّيْلَ -qumillaila dia laksanakan, رَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا -rattilil qur aana tartiilan dia juga laksanakan, Maka pada yang demikian Allah memberikan imbalan yakni إِنَّا سَنُلْقِي عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيلًا -innaa sanulqii `alaika qaulan tsaqiilan dimana  قَوْلًا ثَقِيلًا-qaulan tsaqiilan didapat dari melaksanakan perintah قُمِ اللَّيْلَ -qumillaila dan perintah رَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا -rattilil qur aana tartiilan sehingga makna alquran bisa terambil.
Kalimat lain dalam perintah yang sama yakni melaksanakan  اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ -utlu maa uuhiya ilaika minalkitaabi(29;45), Bagi yang  لاَ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ-LAA ILAAHA ILLA LLAAHU, Maka harus patuh. Perintah selanjutnya masih dalam ayat yang sama yakni وَأَقِمِ الصَّلَاةَ -wa aqimishshalaata, Bagi yang  لاَ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ-LAA ILAAHA ILLA LLAAHU, Maka juga harus patuh. Dengan dilaksanakannya perintah   اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ -utlu maa uuhiya ilaika minalkitaabi dan وَأَقِمِ الصَّلَاةَ -wa aqimishshalaata, Maka datanglah جَزاَءٌ -jazaa un dari Allah yakni  إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ -inna shshalaata tanhaa `anil fahsyaa i walmunkari. Sehingga bagi segolongan manusia secara pribadi, keluarga, kelompok masyarakat yang لاَ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ-LAA ILAAHA ILLA LLAAHU, menjadi  لاَ نَعْبُدَ اِلَّا اللّٰهُ -laa na`buda illallaahu=tidak ada yang diabdi kecuali Allah. Allah diabdi karena punya ajaran dimana didalamnya ada perintah. Allah mengajarkan pandangan dan penilaian, Mengajarkan perintah. Bagi yang melaksanakan perintahnya itu berarti berlakulah لاَ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ-LAA ILAAHA ILLA LLAAHU. Maka أَجْرٌ -ajrun bagi dia adalah إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ -inna shshalaata tanhaa `anil fahsyaa i walmunkari = sesungguhnya shalat mencegah dari berbagai kejahatan dan kemunkaran. Subject  تَنْهَى -tanhaa disini bukan اَنْتَ -anta tapi هِيَ -Hiya.
هِيَ -Hiya itu الصَّلَاةَ -ashshalaata. Jadi kalau الصَّلَاةَ -ashshalaata  itu dipersonifikasikan / dianggap orang, maka shalat itu bisa mencegah عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ - `anil fahsyaa i walmunkar. Sehingga أَجْرٌ -ajrun bagi masyarakat yang demikian sungguh menjadi timbul kedamaian, saling kasih sayang, dan kemakmuran. Kenapa?? Karena shalat mampu mencegah dari kejahatan dan kemunkaran. Karena itu perlu kita sadari secara pribadi pribadi, Keluarga, Masyarakat dan sadarkan orang yang belum mengerti persoalan. Kejar لاَ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ-LAA ILAAHA ILLA LLAAHU. Urusan aman damai jaminan Allah. Tapi kalau dalam diri tidak memfungsikan Allah sebagai اَلْمَعْبُوْدُ -alma`buudu, dalam arti omong besar لاَ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ-LAA ILAAHA ILLA LLAAHU namun  baik dalam pribadi, keluarga, maupun masyarakat اَلْمَعْبُوْدُ -alma`buudu  nya bukan Allah, berarti dia keluar dari لاَ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ-LAA ILAAHA ILLA LLAAHU.
Disini perlu juga kita ketahui alam semesta pun  menyatakan diri  لاَ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ-LAA ILAAHA ILLA LLAAHU hanya saja kalimatnya lain: لَوْ كَانَ فِيْهِمَا آلِهَةٌ إِلاَّ اللَّهُ لَفَسَدَتَا -lau kaan fiihimaa aalihatun illallaahu lafasadataa = kalau didalam keduanya(semesta angkasa dan bumi ini) ada berbagai اَلْمَعْبُوْدُ -alma`buudu selain Allah niscaya pasti keduanya hancur . آلِهَةٌ -aalihatun jamak dari اِلٰهٌ -ilaahun. Misal Matahari, Air, tidak menjadikan Allah sebagai اَلْمَعْبُوْدُ -alma`buudu  maka menjadi hancur لَفَسَدَتَا -lafasadataa.
Selanjutnya kalau kita hubungkan dengan surat Ali imran ayat 14:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيْرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ 
Yang mana menjadi  مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا -mataa`ul hayaatiddunya??
Jawabnya زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ -zuyyina linnaasi hubbusysyahwaati
زُيِّنَ -zuyyina merupakan kata kerja pasif. Kata kerja aktifnya pada ayat فَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ  -fazayyana lahumusysyaithaanu a`maalahum (16;63).
Adapun hubungan antara Ali imran ayat 14 dengan  اَلْمَعْبُوْدُ -alma`buudu dan 16;63 adalah adanya مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيْرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ minannisaa i wal baniina wal qanaathiiril muqantharati minadzdzahabi wal fidhdhati walkhailil musawwamati wal an`aami wal hartsi yang menurut perintah syethan yakni أَلَم أَعهَدْ إِلَيْكُمْ يٰبَنِى ءادَمَ أَن لاَ تَعْبُدُوْا الشَّيْطٰنَ ۖ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِيْنٌ -alam a`had ilaikum yaa banii aadama allaa ta`buduusysyaithaana  = tidakkah Aku wasiatkan kepada kalian wahai anak adam: Janganlah kalian hidup mengabdi menurut ajaran syethan! sesungguhnya yang demikian adalah musuh yang nyata bagi kehidupan kalian(36;60). Dilihat dari ayat ini ada pengabdian terhadap syethan. Ayat selanjutnya وَأَنِ اعْبُدُوْنِىْ -wa ani`buduunii = sebaliknya hidup mengabdilah menurut ajaranKu.
Jadi اَلْمَعْبُوْدُ -alma`buudu ini ada dua, Bisa  اَلْمَعْبُوْدُ -alma`buudu = Allah, Bisa juga menjadi اَلْمَعْبُوْدُ -alma`buudu = syethan yakniوَكَذٰلِكَ جَعَلْناَ لِكُلِّ نَبِىٍّ عَدُوًّا شَيٰطِيْنَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ -wakadzaalika ja`alnaa likulli nabiyyin `aduwwan syayaathiinal insi wal jinni(6;112). Maka Syethan sebagai musuh terhadap ajaran Allah bisa menjadi اَلْمَعْبُوْدُ -alma`buudu inilah yang didalam مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيْرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ minannisaa i wal baniina wal qanaathiiril muqantharati minadzdzahabi wal fidhdhati walkhailil musawwamati wal an`aami wal hartsi = wanita/laki laki bagi wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, alat transportasi, kegiatan peternakan dan kegiatan pertanian. Kalau semuanya ini dilakukan menurut perintah syethan maka pengabdian hidupnya menurut syethan dan terjadilah  مَتٰعُ الحَيوٰةِ الدُّنيا ۖ  -mataa`ul hayaatiddunya. Tapi kalau itu diperlakukannya menurut ajaran Allah maka وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَـٔابِ -wallaahu `indahuu husnul ma aabi. Sebab, dari yang enam tadi (3;14)pun dari sanalah munculnya  مُباَرَكاَتُهُ -mubaarakaatuhuu=kehidupan saling memakmurkan.

Kalau مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيْرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ minannisaa i wal baniina wal qanaathiiril muqantharati minadzdzahabi wal fidhdhati walkhailil musawwamati wal an`aami wal hartsi = wanita/laki laki bagi wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, alat transportasi, kegiatan peternakan dan kegiatan pertanian menjadi مَتٰعُ الحَيوٰةِ الدُّنيا ۖ  -mataa`ul hayaatiddunya seluruhnya, Maka semuanya itu adalah فَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ  -fazayyana lahumusysyaithaanu a`maalahum (16;63)..Tapi bila diperlakukan dengan ajaran Allah maka istri/suami, menjadi  pembantu dalam menegakkan tatanan hidup sesuai ajaran Allah menurut teladan aplikatif sunnah rasulNya, Anak menjadi pembantu dalam dakwah alquran, Alat transportasi dan harta benda menjadi faktor pendukungnya. Peternakan dan pertanian dari sanalah timbul kemakmuran. Maka hendaknya bagi yang mau, mengejar   لاَ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ-LAA ILAAHA ILLA LLAAHU  dimana yang menjadi  اَلْمَعْبُوْدُ -alma`buudu hanyalah Allah semata.Dengan kata lain kalau ada orang saling baku hantam karena uang 1000 perak, maka tinju yang dilayangkan kepada lawannya, Penggeraknya adalah uang 1000 perak. Kalau ada sambal kurang garam yang menyebabkan piring terbang dalam rumah tangga, Maka penggeraknya adalah sambal kurang garam. Itulah اِلٰهٌ -ilaahun. Maka dari itu disindir oleh Allah:أَفَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلٰهَهُ هَوىٰهُ -afara aita manittakhadza ilaahahuu hawaa u  = Apakah anda melihat orang yang membikin subjectivismenya menjadi yang diabdi (45;23)= subjectivismenya itulah yang menggerakkan dia.

Dengan kata lain ini gerak hidup akibat subjectivisme yang seharusnya yang menggerakkan hidup adalah Allah dengan penurunan ajaran menurut sunnah rasulNya.

Bila penggerak hidupnya adalah Allah dengan penurunan ajaran menurut sunnah rasulNya, Maka itulah kehidupan orang orang yang مُتَوَكِّلُوْنَ -mutawakkiluun. تَوَكَّلَ - يَتَوَكَّلُ - تَوَكُّلاً -tawakkala-yatawakkalu-tawakkulan = menjadi wakil.
Yang diwakilinya adalah Allah dengan penurunan ajaran menurut sunnah rasulNya maka Menjadilah
بِسْمِ اللّٰهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللّٰهِ -bismillaahi tawakkaltu `alallaahi =  لاَ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ-LAA ILAAHA ILLA LLAAHU . Bila hidup tidak demikian, Maka timbullah malapetaka = لاَ اِلٰهَ اِلَّا الشَّيْطاَنُ -laa ilaaha illalla sysyaithaanu = اِلٰهَهُ هَوٰىهُ -ilaahahu hawaa hu.
Jadi اِلٰهٌ -ilaahun =  اَلْمَعْبُوْدُ -alma`buudu = yang diabdi atau bisa dikinerjakan menjadi "Yang menggerakkan"=penggerak
Maka  لاَ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ-LAA ILAAHA ILLA LLAAHU = Tidak ada yang menjadi penggerak dalam kehidupan kecuali Allah dengan penurunan ajaran sesuai teladan aplikatif sunnah rasulNya = tidak ada yang diabdi dalam hidup kecuali Allah.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar