Senin, 17 Oktober 2011

BAHASA MENUNJUKKAN BANGSA

Pembagian kata


Tulisan di bawah ini adalah terjemahan dari buku "Mulakhas"
Bandingkan dengan tulisan sebelumnya.
Semoga bisa membantu teman-teman yang sedang berusaha mendalami ilmu nahwu.

Kaidah-kaidah Ilmu Nahwu

Mukadimah
PEMBAGIAN KATA
أقسام الكلمة العربية

            Ilmu nahwu adalah kaidah-kaidah untuk mengetahui wadhïfah (وظيفة)[1],  dhabt (ضبط),[2] dan kaifiyah i’rãb  (إعراب كيفية)[3] setiap kata yang terdapat dalam kalimat.
            Kata dalam bahasa Arab terbagi menjadi tiga, yaitu ismun, fi’lun, dan harfun (kata benda, kata kerja, dan partikel).

1. Al-ismu
            Ismun atau al-ismu (kata benda) adalah kata yang digunakan untuk menyebut manusia, hewan, tumbuhan,  benda mati, tempat, waktu, sifat, atau gagasan yang tidak berkaitan dengan waktu.

Misalnya:
رَجُلٌ          rajulun                        :  (seorang) lelaki
أَسَدٌ                  asadun             :  (seekor) singa
زَهْرَةٌ              zahratun          :  (setangkai) mawar
حَائِطٌ          hã-itun             :  (seorang) penjahit
اَلْقَاهِرَةُ       al-qãhiratu      :  Kairo (nama kota)
شَهْرٌ          syahrun           :  bulan (waktu)
نَظِيفٌ                 nazhïfun          :  bersih
اِسْتِقْلاَلٌ       istiqlãlun         :  kemerdekaan

            Ismun dibedakan dari kata-kata lain karena:
-         Bisa ditanwin[4] (رَجُلٌ – كِتَابٌ – شَجَرَةٌ )
-         Bisa ditambah awalan اَلْ   (اَلرَّجُلُ – اَلْكِتَابُ - اَلشَّجَرَةُ )
-         Bisa diawali harfu-nidã’i - huruf panggilan ( يَارَجُلُ – يَا مُحَمَّدُ )
-         Bisa di-jarr-kan[5] dengan huruf jarr atau karena susunan idhafah[6] (عَلَى الشَّجَرَةِ – غُصْنُ الشَّجَرَةِ )
-         Bisa menjadi mubtadã  atau subyek dalam kalimat nominatif  (اَلْكِتَابُ مُفِيدٌ).

Satu atau lebih dari tanda-tanda tersebut sudah cukup untuk memastikan sebuah kata sebagai ismun.

2. Al-Fi’lu
            fi’lun atau al-fi’lu adalah semua kata yang menjelaskan terjadinya sesuatu pada suatu waktu tertentu.
Misalnya:
كَتَبَ           kataba             :  (telah) menulis
يَجْرِى        yajrï                 :  (sedang/akan) mengalir
اِسْمَعْ          isma’               :  dengarlah!

            Fi’lun dibedakan dari jenis kata yang lain karena:

-         Bisa disambung dengan tã’ fã’il :  كَتَبْتُ - شَكَرْتَ   (تُ dan تَ adalah tã’ fã’il)[7]
-         Bisa disambung dengan tã’ ta’nïts :   كَتَبَتْ – تَكْتُبُ (تْ dan تَ adalah tã’ ta’nïts)[8]
-         Bisa disambung dengan yã’ mukhãthabah :  تَكْتُبِينَ – اُشْكُرِى  (huruf yã’ mati pada kedua fi’lun adalah yã’ mukhãthabah)[9]
-         Bisa disambung dengan nûn taukïd :  لَيَكْتُبَنَّ – اَشْكُرَنَّ  (huruf nûn ganda pada kedua fi’lun adalah nûn taukïd)[10]

3. Al-harfu
            harfun atau al-harfu adalah semua kata yang belum jelas maknanya sebelum dihubungkan dengan kata-kata yang lain, misalnya  فِى – أَنْ – هَلْ –لَمْ  (di, bahwa, apakah, tidak) dst.[11]

Kalimat Dan Frasa
الجملة وشبه الجملة

1. Kalimat lengkap
            Kalimat lengkap atau jumlah mufïdah (الجملة المفيدة) – sering disingkat menjadi jumlah (الجملة) saja – adalah susunan kata yang terdiri dari dua kata atau lebih, dan mengandung makna yang lengkap.[12]
            Jumlah terbagi menjadi:
            Jumlah ismiyah (جملة اسمية), atau kalimat nominal, yaitu kalimat yang dimulai dengan sebuah ismun atau dhamïr (ضمير : kata ganti nama).

Misalnya:
اَلْعِلْمُ نُورٌ             Al-‘ilmu nûrun              :   Ilmu itu (seperti) cahaya.
نَحْنُ مُجَاهِدُونَ              Nahnu mujãhidûna      :   Kami (adalah) pejuang.

            Jumlah fi’liyah (جملة فعلية), atau kalimat verbal, yaitu kalimat yang dimulai dengan sebuah fi’lun (kata kerja).

Misalnya:
حَضَرَ الرَّجُلُ        Hadharar-rajulu           :   Telah hadir lelaki itu (Lelaki itu telah hadir).[13]
يَكْتُبُ الطَّالِبُ        Yaktubuth-thãlibu     :   Sedang menulis pelajar itu (Pelajar itu
                                                          sedang menulis
اُدْرُسْ         Udrus!                         :   Belajarlah!


2. Syibhul-jumlah
            Sibhul-jumlah (شبه الجملة) atau frasa[14] adalah ungkapan yang terdiri dari zharfun (ظرف) yang disertai mudhãfun ilahi, atau terdiri dari jarr dan majrur:[15]

Misalnya:
فَوْقَ الشَّجَرَةِ fauqasy-syajarati        :   di atas pohon itu[16]
قَبْلَ الظُّهْرِ   qablazh-zhuri               :   sebelum zhuhur
فِى الْمَنْزِلِ    fil-manzili                     :   di tempat tinggal (rumah)
عَلَى الْمَكْتَبِ  ‘alal-maktabi                :   di atas meja


Perhatian!
            Di bawah ini adalah daftar sebagian istilah umum yang akan ditemukan pada bagian awal buku ini. Definisi istilah-istilah itu diberikan secara ringkas, karena penjelasan lebih rinci akan anda dapati pada masing-masing tempatnya.

1. Isim nakirah
            Isim nakirah (اَلإسم النكرة) adalah kata yang digunakan untuk menyebut barang yang tidak tentu (غَيْرُ مُعَيِّنٍ), alias kata benda umum seperti rajulun/رجل (lelaki), asadun/أسد (singa), madïnatun/مدينة (kota), nahrun/نهر (sungai), dan lain-lain.

2. Isim ma’rifah
            Isim ma’rifah (اَلْإِسْمُ الْمَعْرِفَةُ) kata yang digunakan untuk menyebut sesuatu yang sudah dikenal, alias kata benda definitif. Isim ma’rifah terdiri dari:
            Dhamïr (الضمير) atau kata ganti nama seperti ana (aku, saya), anta (anda, kamu), huwa (dia), dan seterusnya.
            Isim ‘alam (اسم العلم), yaitu nama orang, tempat, dan sebagainya, sepeti Muhammad (محمد), Al-Qãhirah (القاهرة).
            Isim isyãrah (اسم الْإشارة), kata penunjuk, sepeti hãdza (ini), hã-ulã’i (ini semua; mereka ini).
            Isim maushûl  (الإسم الموصول), kata ganti penghubung, yaitu alladzï (dia yang), alladzïna (mereka yang), dan seterusnya.
            Isim yang diawali dengan al/ال  (المعرَّف بأل), seperti  الرجل, الأسد, المدينة, النَهر dan lain-lain.
            Isim yang disandarkan pada isim ma’rifah, seperti  كِتَابُ الطّالِبِ, سُوَرُ الْحَدِيقَةِ  dan lain-lain.
            Al-munãdã (المنادى), yaitu orang yang dipanggil, seperti  يَا مُنَاضِلُ  dan lain-lain.

3. Tanwin
            Tanwin (التنوين) adalah huruf  nun mati pada akhir isim nakirah, yang tidak ditulis tapi diucapkan. Huruf nun tersebut digantikan dengan tanda-tanda dua dhammah (ضمّتين), dua fat-hah (فتحتين), dan dua kasrah (كسرتين).

Contoh:
جَاءَ رَجُلٌ    `a rajulun    (Seorang lelaki datang)
 رَأَيْتُ رَجُلاً Ra`aytu rajulan (Saya melihat seorang lelaki)
 مَرَرْتُ بِرَجُلٍ       Marartu bi-rajulin  (Saya bertemu seorang lelaki)




4. Isim mufrad
            Isim mufrad (الإسم المفرد) adalah kata benda tunggal, baik jenis lelaki maupun wanita. Misalnya waladun/ولد  (seorang anal lelaki), fatãtun/فتاة  dan lain-lain.

5. Isim mutsanna
            Isim mutsanna adalah kata benda ganda, yang dibentuk dengan menambahkan huruf alif dan nûn, atau dengan tambahan huruf yã’  dan nûn pada isim mufrad.

Misalnya:
وَلَدٌ  adalah isim mufrad, isim mutsannanya adalah  وَلَدَانِ atau  وَلَدَيْنِ
فَتَاةٌ  adalah isim mufrad, isim mutsannanya adalah  فَتَاتَانِ atau  فَتَاتَيْنِ

6. Al-jam’u
            Al-jam’u (الجمع), kata benda jamak, adalah kata yang digunakan untuk menyebut benda atau manusia dalam bilangan lebih dari dua.
            Al-jam’u terbagi menjadi:
-         Jam’u mudzakkar sãlim (جمع مذكّر سالم), yang dibentuk dengan menambahkan huruf wawu dan nûn atau yã’ dan nûn pada isim mufrad (misalnya:  مُهَنْدِسُونَ, مُهَنْدِسِينَ).
-         Jam’u mu-annats sãlim (جمع مؤنّث سالم), yang dibentuk dengan menambahkan huruf alif dan tã’ pada isim mufrad (misalnya:  مُهًنْدِسَاتٌ).
-         Jam’u taksïr (جمع تكسير), yang dibentuk melalui perubahan pada isim mufrad (misalnya:  رِجَالٌ, مَيَادِينُ , yang masing-masing berasal dari  رَجُلٌ  dan مَيْدَانٌ).

7. Al-Mashdar
            Al-mashdar atau masdar adalah isim yang dibentuk dari huruf-huruf yang terdapat pada kata kerja, misalnya dari kata kerja hadhara/حضر terbentuk masdar hudhuran/حضورا , dari kata kerja thala’a/طلع  terbentuk masdar thulû’an/طلوعا .
            Masdar terbagi menjadi:
  1. mashdar sharih (مصدر صريح) seperti pada contoh di atas, dan
  2. mashdar mu-awwal  (مصدر مؤول), yaitu semua ungkapan yang terdiri dari أَنْ  dan  اَلْفِعْلُ  atau dari  أنَّ  dan isimnya  serta khabarnya, dan bisa diubah menjadi masdar sharih. Misalnya:  أَرْجُو أَنْ تَحْضُرَ  bisa diubah menajdi أَرْجُو حُضُورَكَ .  Atau أَتَمَنِّى أَنَّ الشَّمْسَ طَالِعَةٌ  bisa diubah menjadi  أَتَمَنِّى طُلُوعَ الشَّمْسِ .

8. Fi’il mãdhi
            Fi’il mãdhi  (فعل ماض) atau kata kerja lampau, adalah kata yang menjelaskan terjadinya sesuatu sebelum dibicarakan, misalnya  دَرَسَ  (dia telah belajar),  تَقَدَّمَ  (dia telah mendahului).

9. Fi’il mudhãri’
            Fi’il mudhãri’  (فعل مضارع) adalah kata kerja yang menjelaskan terjadinya sesuatu pada waktu dibicarakan (mengandung makna sedang), atau setelah dibi-carakan (mengandung makna akan), misalnya  يَدْرُسُ  (dia sedang/akan belajar), يَتَقَدَّمُ  (dia sedang/akan mendahului).

10. Fi’il amr
            Fi’il amr  (فعل الأمر) adalah kata perintah, yaitu kata yang digunakan dengan mengharapkan terjadinya sesuatu setelah kata itu diucapkan, misalnya  اُدْرُسْ  (bela-jarlah),  تَقَدَّمْ  (majulah; ke depanlah).

11. Huruf ‘ilat
            Huruf ‘ilat  adalah istilah yang digunakan untuk menyebut huruf alif, wawu, dan yã’  (ا و ي).[17]


[1] Fungsi.

[2] Dhabt adalah tanda asy-syaddah (huruf ganda:  ربّ), al-madd (bacaan panjang:  آمن), al-washlu (hamzah yang tidak dibaca bila tidak terletak di awal kalimat: ذلك الكتاب), dan al-qath’u (hamzah yang selalu dibaca: أَ إِ أُ ).


[3] Cara menentukan perubahan bunyi huruf akhir dalam sebuah kalimat.

[4] Tanwin adalah bunyi un, an, in (اٌ اً اٍ ) pada huruf akhir kata, yang pada hakikatnya merupakan bunyi huruf nun mati yang tidak ditulis.

[5] Di-jarr-kan artinya sebuah kata diubah tanda huruf akhirnya menjadi berbunyi i (bertanda kasrah) karena pengaruh huruf jarr (perhatikan contoh:  عَلَى الشَّجَرَرَةِ).

[6] Susunan dua kata atau lebih yang membentuk kata majemuk seperti  rasul Allah (رَسُولُ اللهِ), anak pemilik rumah (اِبْنُ أَهْلِ الْبَيْتِ).

[7] Huruf tã’ yang menandai pelaku pekerjaan. Katabtu artinya saya (telah) menulis, dan syarkarta artinya anda (telah) bersyukur.

[8] Tã’ ta’nïts adalah huruf tã’ yang menandai wanita sebagai pelaku pekerjaan. Taktubu artinya dia (wanita – sedang/akan) menulis, dan katabat  artinya dia (wanita – telah) menulis.

[9] Huruf yã’  yang menandai wanita sebagai lawan bicara. Usykurï artinya bersyukurlah (kamu – wanita) dan taktubïna artinya kamu (wanita – sedang/akan) menulis.

[10] Huruf n penegas makna. Layaktubanna artinya dia benar-benar (akan/sedang) menulis, dan asykuranna artinya aku benar-benar bersyukur.

[11] Dalam bahasa Inggris disebut particle, dan kita juga meminjam istilah ini (partikel).

[12] Dimaksud dengan susunan kata yang “mengandung makna yang lengkap” adalah susunan kata yang memenuhi persyaratan sebuah kalimat, yaitu bila berupa kalimat nominal maka harus terdiri dari subyek (pokok kalimat) dan predikat (keterangan tentang subyek). Bila kalimat verbal, harus terdiri dari subyek, predikat, obyek, dan keterangan (SPOK).

[13] Kata yang diberi garis bawah adalah kata kerja (fi’lun).

[14] Dari bahasa Inggris, phrase, yaitu kelompok kata yang menjadi bagian dari sebuah kalimat. Dalam bahasa Arab frasa disebut syibhul-jumlah (mirip kalimat), karena susunannya memang mirip kalimat, tapi jelas bukan kalimat karena tidak mengandung unsur-unsur yang memenuhi persyaratan kalimat. Contoh: di depan rumah; orang yang berdiri di bawah pohon besar itu. (Contoh kedua, yang cukup panjang, sangat mirip dengan kalimat, tapi ia bukan kalimat karena tidak mengandung pengertian yang lengkap).

[15] Sebuah frasa disebut jarr wa majrur atau jarr majrur karena terdiri dari sebuah huruf jarr (kata depan seperti di, pada, dari, dst). Kata benda di belakang huruf jarr disebut majrur karena terpengaruh huruf jarr, yaitu menjadi berharakat kasrah pada huruf akhirnya. Hal yang sama juga terjadi pada kata benda yang berkedudukan sebagai mudhãfun ilahi seperti terlihat pada contoh (فوق الشجرةِ, قبل الظهرِ).

[16] Kata yang diberi garis bawah adalah zharfun. Yang pertama, fauqa, adalah keterangan tempat, dan yang kedua, qabla, adalah keterangan waktu. (Zharfun terdiri dari keterangan waktu dan tempat).

[17] Secara harfiah huruf ‘ilat berarti  “huruf penyakit”. Istilah ini digunakan, dalam ilmu sharaf dan nahwu, mungkin karena huruf ‘ilat satu sama lain bisa saling menggantikan dan juga bisa dihilangkan, sehingga kadang membuat orang bingung atau pusing, sehingga kadang salah menduga bentuk asli sebuah kata yang mengandung huruf ‘ilat, apakah huruf aslinya alif, atau wawu, atau yã’.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar