Kamis, 04 Agustus 2011

FAKTOR DISTORSI IMAN ( INTERNAL )

Berdasar pembuktian ayat-ayat diatas maka faktor-faktor pergeseran sejarah Iman dapat dibedakan menjadi :







Nilai-Nilai Sosial Anthropologi Arab Sebagai Faktor Intern.







Adapaun nilai-nilai sosial anthropologi Arab adalah berpangkal kepada dua cabang.





Pertama Aribah (Arab asli) yaitu kelanjutan dari Baqiyah yakni hasil pembauran dari sisa-sisa bangsa “Ad dan Tsamud. Dan bagian yang telah punah dinamakan Ba-idah.





Asal usul bangsa ‘Ad dan Tsamud adalah turunan dari mereka yang Allah telah menyelamatkannya bersama Nabi Nuh.





Para ahli sejarah memperkirakan bangsa Tsamud bertempat tinggal dipadang pasir Nejd yaitu disebelah utara dan timur laut Madinah sekarang dengan kotanya yang terkenal adalah Mada-in Saleh.





Sedang bangsa ‘Ad diperkirakan bertempat tinggal dipadang pasir Rabba el Khali yang terletak disebelah selatan kota Riyadh dan sebelah timur San’a sekarang.





Selanjutnya sisa-sisa Ad dan Tsamud berbaur menjadi “Aribah”.





Dua cabang yang paling terkenal ialah Jurhum I, yang mendiami daerah Yaman, dan Jurhum II, yang disekitar tahun 2000 Sm sudah mendiami daerah Hijaz yaitu Mekkah dan sekitarnya sekarang ini.





Bahasanya terkenal dengan bahwa Arab Hisyar atau Hamir yang kira-kira sejenis dengan bahasa Hadramaut sekarang ini.





Cabang suku bangsa Jurhum I terkenal dengan kerajaan Saba’ yang rajanya bernama Bilkis yang akhirnya menyatakan Iman menurut sunnah Nabi Sulaiman.





Tetapi karena seumumnya bangsa Saba’ menyatakan kufur maka Allah menghancurkan mereka melalui penghancuran bendungan Ma’rab yang terletak disebelah timur kota San’a.





Akibatnya suku bangsa Jurhum I menjadi gentayangan dan migrasi ketempat lain. Sebagian dengan menyusur pantai laut merah menuju ke utara sampai di Yastrib (Medinah), sebagian menetap disini a.l. terkenal suku Khazraj dan A’ua.





Bagian lain terus keutara dan sampai di Syam, sekarang terkenal dengan Siria, Libanon dan Yordan, sebagian menetap dan membentuk kerajaan Banu Khasan, yang semenjak abad ke-3M sudah menganut agama Kristen.





Sebagian lagi terus berpindah ketimur dan menempati lembah Furat dan Tigris, diantaranya terkenal suku Tanukh dan Mamir, dan mendirikan kerajaan Hijrah atau Lakhmid, yang pada abad ke-4M juga sudah menjadi pendukung agama Kristen.





Mereka berpencar sampai ke Libanon selatan. Bagian lain dari bangsa Saba’ yang tetap tinggal di selatan, setelah pecah bendungan Na’rab, mereka berpencar ke timur, bertempat tinggal di Omen, Bahrin dan didaerah Nejed diantaranya terkenal suku Kindah.





Demikianlah pokok-pokok sosio-antropologi “Aribah” (bangsa arab asli) yang berpangkal kepada “apa yang telah menjadi pujaan nenek moyang (dz ms sy) yang selanjutnya mendapat kredit dari kristenisme dan najusi.





Kesemuanya ini adalah penting dan menjadi modal diri (nafsun) dalam menghadapi nilai Qur’an kelak.





Sebagian lain dari modal diri (nafsun) bangsa Arab adalah faktor dari unsure Kusta’rabah yaitu yang mendapat naturalisasi dari bangsa arab.





Istilah musta’rabah atau indi-arab berpangkal dari migrasi nabi Ibrahim bersama isteri beliau yaitu Hajar dan Sirah dari Babilonia ke Palestina dan Hijaz diperkirakan sekitar tahun 2000 SM.





Dalam migrasi ini Nabi Ibrahim bermodal “shuhuf Ula” dan berhasil menguasai Mekkah dan sekitarnya yang berpenduduk Jurhum II dan daerah Syam yang berpenduduk suku bangsa suku bangsa yang berasal dari lembah Babilonia.





Dari perkawinan Nabi Ibrahim dengan Hajar maka lahir Nabi Ismail. Akhirnya Nabi Ismail kawin dengan wanita aribah dari cabang Jurhum II.





Dan dari perkawinan ini maka lahirlah Kusta’rabah atau Indo-babilon yang mengambil klen Adnan. Dari itu maka Kusta’rabah atau Indo-Babilon dinamakan Adnaniyyun.





Pemencaran Kusta’rabah/Indo-Babilon/Indo-Arab menjadi berbagai suku keseluruh jazirah arab ialah a.l. suku Quraisy mendiami daerah Mekkah,





suku Salim mendiami Madinah dan sekitarnya, suku Hanifah mendiami Yamamah dan daerah antara Yamamah dan Bahrain, suku Tsaqif mendiami daerah Tha-if,





suku Tamim mendiami daerah Bahrain, suku asad dan hawazin mendiami daerah sebelah timur Kuffah dan barat Tima’, kebanyakan kaum khwarij dan muktazillah berasal dari suku kabi’ah, yang semenjak abad ke-4 H kebanyakan sudah menjadi pendukung kristenisme,suku Kinanah mendiami lembah Tihanah, dsb.





Dalam hubungan ini perlu dicatat bahwa istilah “badawi (badiyah) dan istilah “Madani” (Madaniyyun) adalah berkaitan dengan daerah tempat tinggal masing-masing, dan bukan menunjukkan kesukuan.





Semua bangsa arab, baik arab asli (aribah) maupun musta’rabah, yang bertempat tinggal didesa dinamakan orang Badawi (orang desa), sebaliknya yang ditinggal di kota dinamakan orang Madani (orang kota).





Demikianlah sosio-antropo-sentris Aribah dan Musta’rabah sebagai faktor intern yang mengakibatkan balik kembali atas sistem sosial yang telah pernah menjerat kalian, sehingga sepeninggalan Nabi Muhammad hingga abad ke-20 sekarang ini berlaku saling perang antar umat yang sama-sama mengaku ber-Iman (Iman = percaya).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar