Sabtu, 13 Agustus 2011

PERISTILAHAN IMAN SE UMUM NYA


JAWABAN Al Qur’an :

Bab I :




1. Arti Kata 


Perkataan “Iman” adalah mashdar dari kata kerja “aamana” = kata kerja telah, “yu’minu” = kata kerja lagi/akan,” mu’minin” = kata pelaku.


Dan untuk sementara kita artikan “Iman” saja.

Dengan demikian maka “aamana”= telah ber-Iman, “yu’ minu” = lagi/akan beriman, “mukminun” = yang ber-Iman.
 

Dilihat dari teori pembentukannya maka kata kerja “aamana” adalah kata kerja 3 huruf pokok yang mendapat tambahan satu huruf.

Ilmu Sharaf (Teori Bentuk Kata) memberi dua kemungkinan pembentukan kata kerja “aamana”.


1) Pembentukannya itu adalah dari kata kerja 3 huruf pokok Amuna, amana atau amina sehingga “aamana” disini berarti “percaya, teguh atau tenang”.



2) Dari kata benda yaitu, Iman , yang oleh hadits Ibnu Majah menjelaskan demikian :


Al Imanu , Aqdun bil Qalbi , Wa Iqrarun bil Lisani, wa amalun bil arkani
Artinya :



“Iman ialah tambatan hati yang menggema kedalam seluruh ucapan dan menjelma kedalam segenap laku perbuatan”.

Dan masing-masing dari kedua kemungkinan ini akan memberikan konsekuensi ruang lingkup pengertian yang begitu berbeda dan tajam kepada istilah Iman.
2. Ruang Lingkup Iman
Hadits Ibnu Majah diatas membuktikan bahwa ruang lingkup Iman mencakup tiga aspek kehidupan manusia, yaitu meliputi seluruh isi hati, seluruh ucapan dan segenap laku perbuatan.



Ketiga aspek tersebut yaitu isi atau ketetapan hati, seluruh ucapan dan segenap laku perbuatan adalah satu kebulatan hidup manusia dalam arti kebudayaan dan peradaban.

Untuk lebih ringkas dan tajam maka masalah bagian isi hati dan ucapan yang memberi dan menyatakan pernilaian dan pandangan, misalnya “Matahari berputar tetap pada sumbunya – Surat 036 Yasin ayat 38 - Wasy syamsu tajri li mustaqarril lahaa dzaalika taqdiirul’aziizil aliim dsb.


Kita simpulkan menjadi pandangan hidup; dan bagian isi hati dan ucapan yang mengenai dan mencakup seluruh laku perbuatan manusia kita simpulkan menjadi sikap hidup.



Dengan demikian maka hadits diatas, untuk lebih singkat dan mendekati hakikinya, kita terjemahkan menjadi Iman ialah Pandangan dan Sikap Hidup. Ruang lingkup Iman ialah Pandangan dan Sikap Hidup ini,

Dengan perkataan lain, oleh Surat 002 Al-Baqarah ayat 165 merumuskan demikian :
 



Wa minan naasi may yattakhidzu min duunillaahi andaaday yuhibbuunahum ka hubbillaahi wal ladziina aamanuu asyad-du hubbal lillaahi wa lau yaral ladziina zhalamuu idz yaraunal 'adzaaba annal quwwata lillaahi jamii'aw wa annallaaha syadiidul 'adzaab.


Artinya :



165 “ Dan sebagian manusia adalah orang yang memperlakukan ajaran selain Allah (Al-Qur’an ms Rasul-Nya) menjadi Pembina pandangan & sikap hidupnya. Mereka mencintai yang demikian itu seperti mencintai ajaran Allah ms Rasul-Nya. Tetapi yang benar-benar ber-Iman (hidup berpandangan dan bersikap dengan Al-Qur’an ms Rasul-Nya) adalah sangat rindu untuk hidup dengan ajaran Allah ms Rasul-Nya. Dan jikalaulah yang berlaku dzulumat ms Syayathin itu sudi melihat (dengan pandangan al-Qur’an ms Rasul-Nya) niscaya pada saat itu akan melihat laku perbuatan dzulumat ms syayathin satu siksa nestapa bahwa sebenarnya kekuatan hidup tangguh itu adalah dengan ajaran Allah ms Rasul-Nya secara bulat. Dan Allah, dengan pembuktian Al-Qur’an ms Rasul-Nya, adalah pembalas kehidupan sangat jahat atas pilihan dzulumat ms syayathin biadab”.

165. Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).


Dengan demikian maka istilah Iman ialah pandangan dan sikap hidup sama dengan “ Sangat rindu untuk hidup “ atau “ dipuncak kerinduan “ atau “dilambung cinta / rindu untuk hidup dengan ajaran Allah (Al-Qur’an ms Rasul).


Demikianlah konsekuensinya jikalau kata kerja “aamana-yukminu-mukminun” pembentukan bentuk katanya adalah alternative dari kata benda (isim) yaitu menurut hadis yang kita sitir diatas.

Dan hal ini akan bertolak belakang dengan alternatif pembentukan dari kata kerja tiga huruf pokok.
 Konsekuensi yang lebih jauh, untuk melogiskan “Iman = percaya” maka sistematik Iman digusur pula menjadi Tauhid, Fikih, Ahlak dan Tasauf.

Akibatnya Al-Qur’an ms Rasul yaitu “hudan lil muttaqien” hampir tidak fungsional dalam kenyataan hidup ini. Kesemua ini otomatis merusak nilai dan harga Iman.



3. Nilai dan Harga Iman


Dimaksud dengan “nilai” menurut istilah ekonomi ialah kemampuan yang membikin sesuatu menjadi sedemikian rupa.

Seperti misalnya satu liter beras mempunyai kemampuan untuk menghilangkan lapar dan atau membikin kenyangnya dua orang dalam satu waktu tertentu.

Sifatnya berlaku obyektif, yakni tidak tergantung kepada mau atau tidak maunya manusia terhadap yang demikian.

Dari itu nilai mengandung sajian alternatif obyektif.
 Dan masalah “harga”, juga menurut istilah ekonomi, ialah jumlah yang Orang sedia mengorbankannya untuk mendapat nilai.


Misalnya orang mengorbankan uangnya sejumlah dua ratus rupiah untuk mendapat satu liter beras, uang dan sebagainya yang berfungsi menjadi alat penukar hanya berharga, tetapi harga itu sendiri tidak mengandung nilai yang dimaksud diatas.

Misalnya jikalau orang makan lembaran uang yang berharga dua ratus rupiah diatas dia tidak akan kenyang.



Dari itu maka “harga” hanyalah mengganti “nilai”, dan sifatnya berlaku subyektif, yaitu tergantung kepada suka atau tidak sukanya manusia.

Dengan demikian maka harga mengandung sajian alternatif subyektif.
 Jadi “nilai Iman” ialah kemampuan isi Iman untuk membikin pendukung atau penyanjungnya menjadi menurut apa yang digambarkan/dijanjikan oleh isi atau materi Iman, yakni Al-Qur’an ms Rasul.“Dunia menjadi hasanah dan diakhirat hasanah”.



Sebaliknya “harga Iman” ialah jumlah yang harus dikorbankan untuk mendapat Iman atau menjadi mukmin yaitu mengorbankan segenap dirinya (nafsun jamaknya anfus/subyektifismenya) dan segenap harta kekayaannya menjadi milik Allah sehingga dia itu menjadi hamba atau abdi kehidupan menurut Allah yaitu menurut petunjuk Allah yakni Al-Qur’an ms Rasul-Nya untuk mencapai jannah atau hasanah.


Dan orang yang demikian dinamakan “mutawakkilun” dan Allah berfungsi “wakilun” atau “waliyyun”.

Perkataan Iman itu sendiri tidak akan menjadi sempurna kecuali jika dihubungkan dengan perkataan lain. Artinya “nilai dan harga Iman” ditentukan oleh sesuatu yang lain.

Dengan lain perkataan maka perkataan “Iman” belum bernilai dan berharga kecuali dia diikat atau digandeng dengan sesuatu yang lain yaitu ajaran atau Ilmu.


Dan sebagai bukti dapat kita ajukan antara lain Surat 002 Al-Baqarah ayat 4, demikian :












Wal ladziina yu'minuuna bi maa unzi-la ilaika wa maa unzila min qablika wa bil aakhirati hum yuuqinuun.
 

Artinya :



4 “ (yang dinamakan muttaqien) yaitu yang hidup berpandangan dan bersikap dengan yang telah diturunkan ms anda (al-qur’an ms Muhammad SAW), yakni sama dengan yang telah diturunkan ms Rasul-Rasul sebelum anda, dengan mana mereka menyakini mencapai tujuan terakhir (hasanah di dunia dan hasanah di akhirat) dalam keadaan bagaimanapun ”. 

4. dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.




Dengan pembuktian ini menjadi jelas bahwa “nilai” dan “harga” dari perkataan Iman ditentukan oleh “yang telah diturunkan ms anda (al-qur’an ms Muhammad SAW)”.

Sebaliknya Al-Qur’an memberi “nilai dan harga” ini tidak hanya dengan Al-Qur’an ms Rasul saja, tetapi bahkan dengan sembarang ajaran apapun.


Sebagai bukti untuk yang demikian dapat kita ajukan antara lain Surat 029 al an - kabut ayat 52 :


















Qul kafaa billaahi bainii wa bainakum syahiiday ya'lamu maa fis samaawaati wal ardhi wal ladziina aamanuu bil baa-thili wa kafaruu billaahi ulaa-ika humul khaasiruun


Artinya :


52 “(Tegaskan, hai Muhammad/orang ber-Iman) : “Cukuplah Allah, dengan pembuktian al-Qur’an ms Rasul-Nya, menjadi pemberi kesaksian diantara saya yang hidup berpandangan dan bersikap dengan yang demikian dan kalangan kalian yang hidup berpandangan dan bersikap dengan dzulumat ms sy. Dia (Allah), dengan al-Qur’an ms Rasul-Nya, yang meng-Ilmu-i segala kehidupan organis dan biologis dan begitu kehidupan sosial budaya. Dan mereka yang hidup berpandangan dan bersikap dengan ajaran Bathil, yaitu mereka yang bersikap negative terhadap ajaran Allah (al-Qur’an ms Rasul-Nya) niscaya mereka yang demikian adalah yang hidup rugi/perusak kehidupan dimana sajapun”. 

52. Katakanlah: "Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan antaramu. Dia mengetahui apa yang di langit dan di bumi. Dan orang-orang yang percaya kepada yang batil dan ingkar kepada Allah, mereka itulah orang-orang yang merugi.


Arti “ajaran bathil” oleh Surat 004 An - Nisaa ayat 51 - 52 dijelaskan demikian :
 











A lam tara ilal ladziina uutuu nashii-bam minal kitaabi yu'minuuna bil jibti wa thaaghuuti wa yaquuluuna Hi ladziina kafaruu haa-ulaa-i ahdaa minal ladziina aamanuu sabiilaa.


Artinya :
 

51 “Tidaklah kalian melihat, dengan pembuktian al-Qur’an ms Rasul ini, terhadap mereka yang telah mendapat nasib kehidupan sial dari para ahli kitab, mereka hidup berpandangan dan bersikap menurut ajaran Idealisme dan Naturalisme, dengan mana mereka berkata kepada yang, atas pilihan dz ms sy, bersikap negatif terhadap ajaran Allah ms Rasul-Nya bahwa dibanding dengan mereka yang hidup berpandangan dan bersikap dengan ajaran Allah ms Rasul-Nya, mereka itu memiliki sistem kehidupan yang lebih ilmiah adanya”. (an-Nisa ayat 51).
 

51. Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian dari Al Kitab? Mereka percaya kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman.
 






Ulaa-ikal ladziina la'anahumullaahu wa-may yal'anillaahu falan tajida lahuu nashiiraa.



Artinya :


52 “Yang demikian itu adalah mereka yang, atas pilihan aduk-adukan Nur-dz ms sy, oleh Allah, dengan pembuktian al-Qur’an ms Rasul-Nya, telah melaknatkannya. Sehingga siapapun yang oleh Allah, dengan pembuktian al-Qur’an ms Rasul-Nya, telah melaknatkannya maka pasti akan kalian dapati, bagi mereka yang demikian itu, kelak tidak ada yang mau mengikutinya (S. an-Nisa ayat 52). 

52. Mereka itulah orang yang dikutuki Allah. Barangsiapa yang dikutuki Allah, niscaya kamu sekali-kali tidak akan memperoleh penolong baginya.
 

Lebih lanjut arti “thagut” yang kita terjemahkan menjadi Naturalisme, oleh Surat 002 Al-Baqarah ayat 257 menjelaskan demikian :
 










Allaahu waliyyul ladziina aamanuu yukhrijuhum minazh zhulumaati ilan nuuri wal ladziina kafaruu auliyaa-uhu-muth thaaghuutu yukhrijuunahum mi-nan nuuri ilazh zhulumaati ulaa-ika ash-haabun naari hum fiihaa khaaliduun.
 

Artinya :
 

257 “Allah, dengan al-Qur’an ms Rasul-Nya, adalah pembimbing mereka yang hidup berpandangan dan bersikap menurut yang demikian, yang membebaskan mereka dari pengaruh dzulumat ms syayathin menuju kehidupan Nur ms Rasul. Sebaliknya mereka yang, atas pilihan dzulumat ms sy bersikap negatif terhadap ajaran Allah ms Rasul-Nya, maka pembimbing mereka itu adalah thagut, yang memutar balik mereka dari Nur ms Rasul menuju dzulumat ms syayathin. Mereka yang demikian itu adalah pendukung kehidupan yang bagaikan si Jago Merah, memusnahkan segala, dimana mereka terus menerus demikian dalam keadaan bagaimanapun”.



257. Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.


Dari pembuktian-pembuktian diatas dapat disimpulkan bahwa al-Qur’an ms Rasul memberikan “nilai” dan “harga” kepada perkataan “Iman” menjadi dua golongan, yaitu “nilai dan harga” Nur ms Rasul dan atau “nilai dan harga” dzulumat ms syayathin.

Surat 017 Bani Israil ayat 9-11 memperjelas masing-masing ini demikian :
 








Inna haadzal qur-aana yahdii lil latii hiya aqwamu wa yubasysyirul mu'minimal ladziina ya'maluunash shaalihaati anna lahum ajran kabiira.
 

Artinya :



9. “Sesungguhnya al-Qur’an ms rasul ini memberi pedoman kearah satu kehidupan lebih tangguh yaitu menghamparkan satu kehidupan gembira untuk mukmin yang berbuat tepat menurut yang demikian, bahwa bagi mereka yang demikian adalah satu imbalan kehidupan agung tiada tara”. 

9. Sesungguhnya Al Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar,








Wa annal ladziina laa yu'minuuna bil aakhirati a'tadnaa lahum 'adzaaban aliimaa.
 

Artinya :
 

10.“Dan sesungguhnya yang tidak mau hidup berpandangan dan bersikap menurut yang demikian niscaya KAMI, bagi mereka yang demikian, atas pilihan dzulumat ms syayathin, akan menimpakan satu kehidupan azab lagi pedih tiada tara”.
 

10. dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, Kami sediakan bagi mereka azab yang pedih.
 








Wa yad'ul insaanu bisy syarri du'aa-ahuu bil khairi wa kaanal insaanu 'ajuulaa.
 

Artinya :
 

11.“Dan manusia (terhadap alternatif obyektif dari al-Qur’an ms Rasul ini) dipersilakan melakukan alternatif subyektif dengan dzulumat ms syayathin dengan satu kehidupan celaka, atau dengan Nur ms Rasul dengan satu kehidupan bahagia. Dan adalah manusia itu keburu nafsu dalam pilihan hidupnya”.



11. Dan manusia mendo`a untuk kejahatan sebagaimana ia mendo`a untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.

Dengan demikian maka nilai dan harga Iman diperinci menjadi Iman yang bernilai dan berharga “hasanah” yakni al-Qur’an ms Rasul dan “sayyi-at” yaitu ajaran-ajaran bathil yakni penyalah gunaan dzulumat ms syayathin,

seperti dibuktikan oleh Surat 098 Al-Bayyinah ayat 1 demikian :


















Lam yakunil ladziina kafaruu min ahlil kitaabi wal musyrikiina munfakkiina hattaa ta'tiyahumul bayyinah. 

Artinya :



1 “Tidak adalah mereka yang, atas pilihan dzulumat ms syayathin, melakukan berbagai pandangan dan sikap negatif terhadap ajaran Allah ms Rasul-Nya yang terdiri dari para ahlulkitab dan pendukung. Naturalisme (yang hidup dualisme dengan dzulumat ms syayathin) kecuali menjadi penyalah guna dan atau pengaduk dzulumat ms syayathin, setelahnya mereka mendapat satu pembuktian Ilmiah dari Allah ms Rasul-Nya yang demikian patah”.


1.Orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata,

Dengan demikian arti dari “nilai Iman” disini ditekankan kepada Ilmu atau ajaran, seperti Ilmu dan ajaran Allah yakni al-Qur’an yang mampu membangun pendukungnya kedalam posisi yang dijanjikan yaitu “hasanah di dunia dan di akhirat”.

Sebaliknya Ilmu dan ajaran-ajaran bathil menjerumuskan pendukungnya kedalam kehidupan jahat.



Sedang “harga Iman” ditekankan kepada menurut sunnah Rasul dan yang mendukungnya, yaitu jumlah yang telah mereka korbankan dari seluruh hidupnya hingga mencapai mukmin, atau “menurut sunnah syayathin”, yaitu jumlah yang telah dikorbankan oleh pendung dzulumat menjadi dzalim yakni pengrusakan diri dan kehancuran materi dalam kehancuran segenap kehidupan.


Untuk lebih memperjelas tentang sifat, jenis dan hakikat dari “harga Iman’ maka mari kita petik kembali Surat 009 At-Taubah ayat 111 :

























Innallaahasy taraa minal mu'miniina an-fusahum wa amwaalahum bi anna la-humul jannata yuqaatiluuna fii sabiilil-laahi fa yaqtuluuna wa yuqtaluuna wa'-dan 'alaihi haqqan fit tauraati wal injiili wal qur-aani wa man aufaa bi 'ahdihii minallaahi fas tabsyiruu bi bai'ikumul ladzii baaya'tum bihii wa dzaalika huwal fauzul 'azhiim.


Artinya :


111 “Sebenarnya Allah, dengan al-Qur’an ms Rasul-Nya, telah membeli dari mukmin (yang hidup berpandangan dan bersikap dengan al-Qur’an ms Rasul) dirinya (termasuk ke akuan nya) dan seluruh harta kekayaannya (menjadi milik Allah), bahwa bagi mereka yang demikian itu berhak atas jannah (satu kehidupan hasanah di dunia dan hasanah di akhirat), dimana mereka siap tempur untuk ketahanan penataan ajaran Allah (al-Qur’an) ms Rasul-Nya sehingga mereka mampu membunuh dan sedia dibunuh, merupakan satu ikatan janji menurut-Nya yang secara obyektif tersebut didalam Taurat ms Musa, didalam Injil ms Isa, dan didalam al_Qur’an ms Rasul Muhammad SAW. Dan siapa yang sudah menyempurnakan Imannya menjadi satu ikatan janji dengan ajaran Allah (al-Qur’an) ms Rasul-Nya (Piagam Aqabah II) maka gembirakanlah mereka, sesuai dengan yang kalian menjanjikan mereka dengan al-Qur’an ms Rasul, menjadi satu ikatan perjanjian diantara kalian (Piagam Yastrib). Dan yang demikian itu Dia (Allah), dengan al-Qur’an ms Rasul-Nya, adalah Pembina kemenangan hidup tiada tanding”.


111. Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.



Dengan demikian, dari hasil pembuktian “nilai dan harga Iman” maka terbukalah jalan untuk memberi definisi tentang Iman yang mendekati secara obyektif.


4. Definisi Iman



Berdasar pembuktian-pembuktian diatas maka kita tarik definisi Iman menjadi sebagai berikut :


1) Iman, secara umum, ialah pandangan dan sikap hidup dengan ajaran Allah (al-Qur’an) ms Rasul dan atau dengan ajaran-ajaran selainnya yakni ms syayathin. Dan orang yang demikian dinamakan mukmin seumumnya. 

2) Iman, secara khusus, ialah pandangan dan sikap hidup dengan ajaran Allah (al-Qur’an) ms Rasul, dinamakan Iman yang haq(obyektif).

Dan orang yang demikian dinamakan mukmin yang haq artinya mukmin yang obyektif dengan al-Qur’an ms Rasul sebaliknya pandangan dan sikap hidup dengan ajaran-ajaran selain Allah (al-Qur’an) ms Rasul, yakni ms syayathin ialah Iman bathil atau kufur.

Dan orang yang demikian dinamakan mukmin bathil atau kafir.



Untuk mudahnya maka arti structural (bangunan) Iman dimaksud diatas, baik secara umum maupun secara khusus, kita tuang dalam bentuk sket segitiga sama sisi, sebagai berikut :




Sket Struktural Iman



Keterangan : 

A = Allah, perancang dan pemastian kehidupan (qadiirun).


B = Kenyataan hidup nabi Muhammad Rasulullah, pola atau bentuk contoh kehidupan dari ajaran Allah (uswatun hasanah).


B1 = Al-Qur’an sebagai Imam
 

B2 = Kenyataan hidup mukmin yang obyektif dengan al-Quran ms Rasul yang oleh Nabi Muhammad dinyatakan “Sahabatku di Jannah”.
 

C = Kenyataan alam organis, biologis dan gaya yang tergantung kepada Allah.



ABC = (yang terperinci menjadi AB1C dan AB2C) = Nur ms Rasul yaitu pantulan terang dari Al-Qur’an ms Rasul (Nurun “Ala).


BE = Dzulumat dalam arti bayangan yaitu pantulan gelap yang bertolak belakang dengan pantulan terang dinamakan Nurin.


BDE = Sudut memandang dzulumat yang obyektif dari Allah ms Rasul-Nya.


BED = Sunnah Syaitahn, laknatullah wal malaikat wan naasi ajma’in (Surat Baqarah ayat 161). 

BDC = Salah satu alternative, secara d’efect, menjadi aduk-adukan pandangan Nur-dzulumat (ABC-BDE), dalam bentuk kadzdzaba menjadi model ketiga, ialah idealisme.



CF = Dzulumat ialah bayangan yaitu pantulan gelap dari kenyataan alam.


CDF = Sudut memandang dzulumat secara obyektif Ilmiah dengan Al-Qur’an ms Rasul.


FDC = Salah satu lternative lain, secara reflex, dalam bentuk tawalla CDF menjadi semodel bathil.


ED dan FD = Segala daya upaya aduk-adukan Nur-dzulumat dan atau penyalah gunaan dzulumat menjadi semodel bathil (DC), dinamakan “khutuwatis syaithan = strategi dan taktik pilihan dzulumat ms syayathin.


DC = Hasil aduk-adukan Nur-dzulumat (ABC-BDE) menjadi BDC dan atau penyalahgunaan dzulumat (CDF) menjadi FDC, keduanya menjadi semodel bathil.


Untuk lebih mempertajam arti sudut BDE dan atau CDF yang ditumpang tindih diatas BDC sehingga menjadi Bathil (aduk-adukan Nur-dzulumat dan atau penyalah gunaan dzulumat ms syayathin) ialah satu Qadar atau Taqdir Syar (rancangan dan kepastian hidup jahat) atau “arbaaban min duunillaahi” maka kita petik Surat 015 al - Hijir ayat 43 dan 44 demikian :












Wa inna jahaannama la mau'iduhum ajma'iin.


Artinya :


43. “Maka sesungguhnya jahannam adalah benar-benar menjadi tempat kepastian mereka yang berpandangan dan bersikap dzulumat as syayathin semuanya”. 

43. Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar tempat yang telah diancamkan kepada mereka (pengikut-pengikut syaitan) semuanya.
















Lahaa sab'atu abwaabil li kulli baabim minhum juz-um maqsuum. 
Artinya :
44. Ujudnya itu (jahannam) adalah sejenis bangunan bertingkat tujuh dimana masing-masing tingkatannya itu adalah bagian golongan tertentu”. 

44. Jahannam itu mempunyai tujuh pintu. Tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka.


Dan untuk mudahnya maka Qadar atau Taqdir Syar ini kita sket menjadi sebagai berikut :





Sket Taqdir Syar / Sosial Piramidal Sistem kehidupan saling gusur, saling todong, saling peras memeras, saling menghina dan memiskinkan, kehidupan buah simalakama, dsb.

10 komentar:

  1. Ente sadar gak, itu definisi iman diambil dari hadits ibnu majah, tapi ente perjelas dari Alquran yang hasil olahan isa bugis? mau dibawa kemanapun ente pasti selalu merasa benar, ya ilmu ente hasil dari "dunia isa bugis" , kenapa gak cari Planet lain selain bumi, jadi bisa nulis, ngarang, bikin, cerita yang ilmiah dan super duper canggih, tapi isa bugis dan ente pindah kesana istilah kerennya hijrah, pake pesawat jet tempur (bouroq). jadi nyata kalo diplanet sendiri gak palsu gini

    BalasHapus
  2. hadist ibnu majah memiliki dua methode dalam memahaminya. apakah isa bugis pakai methode salah atau benar, begitu juga saudara. apakah pakai methode salah atau benar..?

    maka pembuktian ayat alquran wa sunnaturrasul adalah tolok ukur methode mana yg kita pilih. merasa benar belum tentu benar. karena kebenaran bukan tergantung perasaan. akan tetapi kebenaran menuntut pencari kebenaran tuk percaya diri jikalau benar2 berilmukan kebenaran. itu aja sih...trims kritiknya..tapi hidup itu adalah pilihan dari hasil kajian yg benar..

    BalasHapus
  3. Begitulah kritik dari seorang yg sakit tanggapan. Anda seharusnya lebih memahami konsep benar dan salah. Mestinya anda kemukakan saja rumusan iman yg sdh anda fahami, bukan menebar fitnah dg kritik yg subyektif. Tinggal jelaskan sj salahnya di mana, bukan membawa2 isa bugis segala. Ingat ! Makna tsb bukan menurut isa bugis, tapi menurut Allah. Omongan anda justru menunjukkan jika anda belum mempelajari secara mendalam Al Qur-an, anda hanya dapet matengnya saja !

    BalasHapus
  4. Jika kita pahami dan gunakan akal mencoba membersihkan hati sebagai penentu keyakinan...komentar seperti abang di atas tidak akan keluar. Ego yang anda lontarkan bukan komentar brikut referensi.

    BalasHapus
  5. tidak apalah..mungkin dia lagi di posisi model ke tiga..

    BalasHapus
  6. Iman seseorang diwujudkan dimulai dr hati, ucapan & perbuatan yg sesuai dgn Al Qur'an menurut sunnah Rasul...sbagaimana telah dicontohkan & diperbuat oleh Nabi Muhammad SAW, sehingga Nabi dijuluki sbg Qur'an berjalan...pandangan dr sy yg kurang faham ilmu agama...

    BalasHapus
  7. jangan dulu berkoar2 jika belum tahu,coba pelajari studi ALQURAN MSR, silahkan kalau sudah tau mau pilih yang mana terserah?

    BalasHapus
  8. mdh2an saya menjadi hidup menurut ilmu Allah yg telah mengajarkan Al msr'nya yg memberi satu k pastian hidup menurut satu pilihan masing2....@min(mantapkanlah)

    BalasHapus