Rabu, 17 Agustus 2011

KEMISKINAN


KEMISKINAN

miskin
Gambar: 1. (atas) dari reviandi.wordpress.com; 2. Dari qitori. wordpress.com
Indonesia adalah sebuah bangsa yang dianugerahi Tuhan dengan tanahair yang sangat luas dan kaya raya. Sayangnya, kebanyakan rakyat bangsa ini hidup dalam kemiskinan. Apa yang salah? Meminjam perkataan Gus Dur, rakyat menjadi miskin karena negara ini telah “salah urus”.
Bagaimana bentuk salah urusnya?
Kemiskinan ada di mana-mana. Di Amerika Serikat dan negara-negara Eropa yang paling maju dan demokratis pun, kemiskinan tetap ada. Tidak perlu heran. Penyebab kemiskinan di mana pun selalu sama, dan akarnya tidak lebih dari tiga. Pertama, diskriminasi kelas. Kedua, penimbunan kekayaan oleh orang kaya. Ketiga, harta hanya beredar di tengah orang-orang kaya. Ketiga hal itu tergabung dalam sebuah sistem, yaitu sistem  feodalis-kapitalis.
Diskriminasi kelas
Dalam masyarakat feodalis, kedudukan manusia dibagi berdasar takdir para dewa melalui kelahiran. Ada yang dilahirkan untuk menjadi raja, ada pula yang dipastikan sebagai pembantu raja, mulai dari menteri, panglima, para tentara sampai abdi istana. Ada yang ditakdirkan menjadi saudagar, petani, buruh, gembel, sampai para durjana. Tapi itu cerita tempo dulu. Intinya, feodalisme adalah sebuah sistem. Zaman sekarang, diskriminasi kelas tidak harus muncul secara resmi dalam bentuk kasta-kasta, karena pada dasarnya diskriminasi itu timbul sebagai dampak dari sifat manusia sebagai makhluk yang suka berkumpul dalam kelompok-kelompok tertentu. Manusia suka membentuk kelompok berdasar warna kulit, usia, pemilikan harta, penguasaan ilmu, dan seterusnya. Itu sifat dasarnya.
Sifat dasar itu alami, tapi bisa berbahaya, karena bisa menyebabkan ada sebagian orang yang tersingkir dari pergaulan, terasing dari sumber-sumber ilmu (pendidikan), dan terdepak dari sumber-sumber kekayaan. Supaya hal itu tidak lagi terjadi, negara modern pun dibentuk, pemimpin dipilih.
Dalam sistem modern (demokrasi), negara dengan segala sumber alamnya bukan lagi milik seorang raja, tapi hak semua warga. Pemimpin (pemerintah) diadakan supaya sumber kekayaan itu digali, dikelola, disalurkan kepada rakyatnya dengan sebaik-baiknya, seadil-adilnya.
Pemimpin adalah orang-orang sehat dan kuat, jiwa dan raga. Kekuatan dalam diri mereka ditambah dengan kekuatan dari luar diri, yaitu hukum (peraturan), disertai lembaga-lembaga dan aparat untuk menegakkan hukum itu. Jadilah mereka para pemegang amanah, yang bertugas menyelenggarakan negara demi kesejahhteraan rakyat semua.
Dengan adanya pemerintah, rakyat kecil yang semula menempati struktur terendah dalam masyarakat, dibela dan dinaikkan derajatnya. Mereka diberi akses ke dunia pendidikan, diberi peluang masuk ke dunia usaha, disediakan fasilitas (undang-undang dan infra struktur) yang mereka butuhkan, dan dilindungi dari kemungkinan dijegal, disingkirkan, dan dianiaya oleh orang-orang kuat yang jahat. Dengan kata lain, diskriminasi kelas itu (seharusnya) bisa terhapus karena adanya pemerintah.
Penimbunan Harta
Harta adalah modal (kapital) untuk hidup. Tapi manusia sering tidak puas hanya hidup asal hidup. Bahkan hidup cukup pun tidak puas. Manusia ingin hidup lebih, bahkan mewah. Ini penyebab manusia suka menimbun harta, untuk memenuhi segala selera, dan membayar gaya hidup. Mereka jadi lupa kepada sesama. Asyik dengan diri sendiri, lupa pada orang lain. Mereka jadi cenderung serakah, dan suka memonopoli apa saja. Dengan demikian, mereka tidak bisa ditunggu untuk jadi dermawan. Kalau pun sesekali bersikap dermawan, yang mereka berikan kepada orang miskin sangat jauh dari cukup untuk membebaskan mereka dari kemiskinan. Bahkan kepada karyawan sendiri pun, mereka cenderung tidak adil. Karena itulah, pemerintah harus bertindak, misalnya dengan ‘memaksa’ mereka (lewat law enforcement) untuk membayar pajak secara jujur, dan membayar upah buruh serta memberikan fasilitas kerja secara layak.
Peredaran kekayaan
Harta hanya beredar di tengah orang-orang kaya. Orang kaya punya perusahaan-perusahaan besar. Mereka bekerja sama dengan teman, sahabat, kerabat, anak, keponakan, saudara ipar, menantu, dan seterusnya. Mereka bikin bank, hotel, rumah sakit, restoran, mal, sekolah, perguruan tinggi, dan segala sesuatu yang hanya bisa dinikmati orang berduit. Jelaslah bagaimana kekayaan (harta) hanya beredar di kalangan orang kaya, dan terpagari secara sistematis dari sentuhan orang miskin.
Itulah memang sistem ekonomi (kapitalis) yang ganas terhadap orang miskin. Lihatlah bagaimana nasib rakyat kecil ketika mereka (kapitalis) memaklumkan pasar bebas di tingkat global (dunia). Mereka bahkan tidak mau menjual minyak goreng dan minyak tanah kepada rakyat, karena rakyat hanya mempu membayar dengan harga termurah.
Rakyat Indonesia terhimpit, terinjak-injak, di tengah dunia seperti itu. Bila tidak ada pemerintah yang kuat, jujur, dan berpihak kepada mereka, nasib mereka akan terus terpuruk.
Sebenarnya, mereka tidak butuh belas kasihan berupa pemberian subsidi, operasi pasar, raskin, atau kartu tanda miskin di rumah sakit. Mereka hanya butuh hak mereka sendiri, yang ‘dirampok’ oleh sistem ekonomi yang menyebabkan mereka terjerembab ke jurang kemiskinan (struktural), yang membuat mereka (seperti) tak berdaya dan hina. Di dusun-dusun mereka, infrastruktur (jalan, jembatan, sekolah, dan lain-lain) serba kurang, atau malah tidak ada. Desa-desa yang menyimpan segala potensi kekayaan alam jadi seperti gersang dan tandus. Rakyat jadi berbondong-bondong ke kota, yang di dalamnya tidak ada fasilitas apa pun yang sengaja dibangun untuk menghidupi mereka. Di kota, rakyat harus jadi kecoa atau tikus got, yang bisa hidup hanya karena daya adaptasi mereka yang hebat. Tapi, apa yang akan terjadi bila suatu saat rumah anda dipadati kecoa dan tikus? Anda akan menyemprot mereka dengan cairan beracun! Di kota-kota, dengan alasan demi ketertiban, keindahan, dan lain-lain, rakyat diusir dan digusur oleh pemerintah yang seharusnya menjadi para pengayom dan penyelenggara kebutuhan hidup mereka.
Indonesia adalah sebuah bangsa yang dianugerahi Tuhan dengan tanahair yang sangat luas dan kaya raya. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya, karena negaranya memang kaya. Rakyat Indonesia tidak seharusnya miskin. Bila sekarang ada banyak rakyat miskin, yang memiskinkan mereka adalah sistem yang digulirkan pemerintah mereka, yaitu sistem feodalis-kapitalis.
Siapa yang berani mengubah sistem itu? Siapa di antara para pemimpin kita yang tidak feodalis-kapitalis? Dan sistem apa yang akan mereka jalankan sebagai pengganti (alternatif) dari sistem feodalis-kapitalis itu? Sistem apa yang bisa mematikan feodalisme dan kapitalisme? Sistem apa yang bisa menghapus diskriminasi kelas, membunuh nafsu serakah, dan membuat anugerah Tuhan bisa beredar dan mengalir kepada setiap orang yang berhak?
Renungkan, temukan, dan tegakkan, bila anda pahlawan kebenaran!

1 komentar:

  1. Kata Effendi Gazali, pakar komunikasi politik UI, kenaikan harga BBM menyebabkan kemiskinan menurun. Lho, kok bisa? Tentu saja bisa; karena yang dimaksudnya adalah ‘menurun’ dari orang-orang miskin itu kepada anak-cucu mereka!
    Kritik jenaka itu disampaikan Effendi Gazali dalam kesempatan peluncuran buku karya Amien Rais terbaru, Agenda-Mendesak Bangsa: Selamatkan Indonesia, di Gedung Serbaguna, Senayan, 12 Mei 2008 lalu. Effendi Gazali kemudian menegaskan sikapnya dengan mengatakan bahwa ia bersama republik yang dipimpinnya, Republik Mimpi, menolak kenaikan harga BBM dengan simbol menggulung lengan baju.
    Itu hanya salah satu kritik atas kebijakan terbaru pemerintahan SBY-JK waktu itu, yang tidak populer alias tidak berpihak kepada rakyat. Bentuk-bentuk kritik lainnya disuarakan berbagai pihak dengan berbagai cara dan melalui berbagai media. Ada demo-demo mahasiswa, dialog-dialog para pengamat di televisi, radio, artikel-artikel koran dan majalah, dan banyak lagi. Tapi, semua tidak dipedulikan. Pemerintah bahkan bersikap seperti meniru-niru cara Orba dalam menghadapi segala kritik dan protes itu. Jusuf Kalla, misalnya seperti mengadu domba rakyat miskin dengan mahasiswa, dengan mengatakan bahwa demo-demo anti kenaikan harga BBM berarti menghalangi orang miskin mendapatkan bantuan pemerintah, yaitu Bantuan LangsungTunai (BLT), yang katanya diambil dari orang-orang mampu (kaya).
    Pernyataan wapres itu kemudian diperkuat oleh para politikus dan pakar ekonomi yang mendukung pemerintah, antara lain kader dari partai Demokrat.
    Di lain pihak, Kapolri pun mengatakan bahwa polisi siap menangkap para propokator demo anti kenaikan harga BBM. Pernyataan Kapolri itu pun segera disusul Kepala BIN, Syamsir Siregar, dengan pernyataan bahwa demo-demo anti kenaikan harga BBM itu disponsori sejumlah mantan pejabat! Di antara mereka, yang kemudian disebutkan namanya adalah Rizal Ramli. Beberapa kali dia memang menyatakan kritik kerasnya atas kebijakan menaikkan harga BBM. Sekali, setelah keluar sinyalemen Syamsir Siregar, ia bahkan tampak bergabung dalam sebuah kelompok demo.
    Tokoh lainnya adalah Ihsanuddin Noorsy, mantan anggota DPR di masa Orba, yang menentang kebijakan pemerintah itu dengan tampil atraktif dalam sebuah dialog yang dikemas sebuah televisi swasta.
    Namun, seperti kafilah yang tak gentar dengan gonggongan anjing, pemerintah terus melenggang dengan keputusan mereka. Kenaikan harga BBM dimaklumkan dinihari tanggal 24 Mei 2008.
    Setelah itu, mengiringi sejumlah aksi demonstrasi mahasiswa, pihak TNI pun menegaskan bahwa mereka siap membantu pemerintah dan POLRI dalam mengamankan kebijakan menaikkan harga BBM.
    Bila pernyataan TNI itu dimaklumkan pagi hari (24 Mei), siangnya SBY pun mengumpulkan berbagai elemen pemuda dan mahasiswa di istana, untuk menjelaskan latar belakang kebijakannya. Setelah itu, meluncurlah pernyataan dari pihak KNPI bahwa mereka tidak bisa menyalahkan kebijakan pemerintah.
    Dengan demikian, bulatlah sudah kekompakan penguasa dalam memosisikan rakyat kecil sebagai pihak yang kalah.
    Sekarang, yang sedang digulirkan adalah isyu kenaikan harga TDL (tarif dasar listrik). Hal yang menarik saat ini adalah pernyataan dirut PLN Dahlan Iskan, yang mengusulkan penggratisan listrik bagi rakyat miskin yang hanya menggunakan listrik 450 watt ke bawah.
    Kita bakal mendengar dan menyaksikan berbagai retorika berhamburan.
    Kita lihat bagaimana nasib rakyat dalam beberapa hari ke depan!

    BalasHapus