Kamis, 04 Agustus 2011

PENGERTIAN RATTIL ALQURAN DAN SHALAT

MMM1) Rattil Satu Persiapan Iman.





Istilah Rattil, sama dengan ‘qira-ah”, ialah studi yang belajar yaitu membentuk pandangan menurut yang dibaca.





Jadi “Rattil” atau “qira-atul qur’an” ialah studi yaitu belajar yakni membentuk pandangan dengan al-quran ms rasul. Dilakukan sendiri dengan tekun dan penuh konsentrasi.





Dalam hubungan ini perlu diingatkan bahwa, pengajian pengajian umum, sekolah, ceramah-ceramah, seminar-seminar, direksi, kursus, dsb. Yaitu mimbar dimana berkumpul sekelompok pendengar dan seorang guru/penceramah/protokol yang menerangkan sesuatu belumlah bisa dikatakan rattil atau qira-ah, yang demikian lebih tepat disebut Persiapan Rattil oleh karena yang demikian ialah sekedar pembentukan dasar-dasar pengertian dan kunci-kunci persoalan yang merupakan kesulitan-kesulitan didalam rattil.





Dalam hubungan ini maka rattil ialah mengulang kembali sendirian dirumah untuk menguasainya. Kadangkala juga disebut mengulang.

Singkatnya rattil ialah pengembalian pandangan berikut kelincahan matan atau bacaannya kepada al-Quran ms Rasul.





Mattan al-Quran ms Rasul sudah mencapai demikian mantap, oleh karena kesadaran Iman itu turun naik (Hadits : al-Quran yaziid wa yanquush), maka rattil ini adalah mutlak untuk membentuk pandangan dengan al-Quran ms Rasul.





Dalam hubungan ini dapat dikatakan bahwa rattil al-Quran ms Rasul adalah permulaan taubat.





Bila rattil sudah menghasilkan satu pandangan, sekurang-kurangnya surat al-Fatihah sebagai satu pandangan umum, maka ditingkatkanlah ke sholat satu pembinaan iman.





Dari itu maka rattil dapat dikatakan persiapan Iman atau persiapan shalat.





2)Shalat Satu Pembinaan Iman





Istilah shalat ialah kaifiyat atau tehnik pembinaan diri menjadi mukmin. Yaitu penanaman hasil rattil yakni pandangan al-Qur’an ms Rasul menjadi sikap hidup yang menghujam dalam hati.





Dengan lain perkataan, shalat ialah memahkotakan hati dengan al-Qur’an ms Rasul.





Surat an-Nisa ayat 102, hadis dan surat Bani Israil ayat 78-79 menjelaskan demikian :

An-Nisa 102 :









102. “Sehingga apabila kalian sudah melakukan shalat maka hidup sadarlah kalian dengan ajaran Allah ( al-Qur’an ms Rasul ) baik dalam keadaan tegak berdiri maupun dalam keadaan duduk bahkan dalam keadaan berbaring. Maka dikala sudah berada dalam keadaan tenang maka lakukanlah shalat, sesungguhnya shalat ini adalah satu pembukuan ( pembinaan ) diri menjadi mukmin dalam waktu-waktu yang telah ditentukan “.





Hadis :





“Shalat adalah satu tehnik peningkatan ( pembinaan ) manusia menjadi mukmin”.





Surat Bani Israil 78-79 :











78. “Lakukanlah shalat diwaktu tergelincir matahari ( shalat dhohor dan ashar ) hingga waktu terbenam matahari ( shalat magrib dan isya ) dan shalat shubuh. Sesungguhnya shalat shubuh itu adalah satu pembinaan kekuatan ( iman ) tiada tara”.











79. “Dan disebagian waktu malam maka lakukanlah shalat tahajjud ( shalatul lail ) dengan mana sebagai satu penguat ( iman ) bagi kalian. Semoga pembimbing kalian ( dengan shalat tahajud itu ) akan membangkitkan kalian menjadi yang bermahkota al-Qur’an didalam dada”.





Singkatnya shalat ialah kelanjutan yaitu peningkatan rattil satu persiapan iman menjadi pembinaan iman. Shalat sangat tergantung kepada hasil rattil.





Tanpa hasil rattil, dari satu sudut, maka shalat menjadi tidak berfungsi tidak akan menghasilkan apa-apa kecuali hanya satu demontrasi kaifiat belaka, seperti ditegas oleh surat al- Ma’un ayat 4-6 demikian :







Fa wailul lil mushalliin.



4. “Maka itulah dia hasil jahannam dari mereka yang shalat-shalatan”.







Alladziina hum ‘an shalaatihim saahuun.



5. “Yaitu mereka yang shalatnya tidak karuan”.









Aladziinahum yuraa-uun.



6. “Lahirnya shalat tetapi isinya dzulumat ms syayathin”.





Dari itu, agar rattil berhasil hingga memenuhi syarat bagi shalat dalam mencapai tujuannya, maka rattil ini harus memenuhi satu prosedur dan titik tolaknya.





3) Prosedur dan titik tolak rattil





Dimaksud dengan prosedur, dalam hal ini ialah rattil al-Qur’an ms Rasul, ialah jalannya rattil menurut satu tata tertib dan satu titik tolak tertentu.





Dan istilah “titik tolak” ialah titik pijak dan makna rattil itu dimulai dan kemana mau dituju serta apa yang mau dicapai.





Pedoman dari “prosedur dan titik tolak rattil” adalah al-Qur’an ms Rasul itu sendiri, yaitu pada surat Muzzammil ayat 1-19:







Yaa ayyuhal muzzammil



1. “Wahai yang berlaku dzulumat ms syayathin”.







Qumil laila illa qaliilaa.







2. “Bangunlah diwaktu malam kecuali sedikit saja”.





Nishfahuu awin qush minhu qaliilaa.



3. “Setengahnya atau kurangi sedikit saja”.







Au zid ‘alaihi wa rattilil qur-aana tartiilaa.



4. “Atau lebihkan atasnya-2), maka rattil ( studilah) al-Qur’an ms Rasul ini semantap-mantapnya”.





Innaa sa nulqii ‘alaika qaulan tsaqiilaa.



5. “Sesungguhnya Kami, dengan rattil al-Quran ms Rasul ini, akan menancapkan menjadi pandangan hidup kalian satu kalam yang berbobot .....”-3)





Inna naasyi-atal laili hiya asyaddu wathaw wa aqwamu qiilaa.



6. “ Sesungguhnya kesegaran malam itu adalah semudah-mudah pemantapan dan setangguh-tangguhnya penanggapan”.





Inna laka fin nahaari sabhan thawiilaa.



7. “Sesungguhnya bagi kalian diwaktu siang itu ialah kesibukan yang tiada habis-habisnya”.







Wadz kurisma rabbika wa tabattal ilaihi tabtiilaa.



8. “Maka, dengan rattil al-Qur’an ms Rasul maka sadarlah diri : “Semoga kalian hidup sadar dengan Ilmu ( ajaran) pembimbing kalian lepaskan ikatan dengan selainnya selesai lepasnya”.





Rabbul masyriqi wal maghribi laa ilaahaillaa huwa fat tahidz-hu wakiilaa.





9. “(Dia), atas pilihan dzulumat ms syayathin pembimbing blok timur dan blok barat. Maka ada pembina kehidupan apapun kecuali Iman dengan satu ajaran ms Rasul-Nya, maka senangilah dia menjadi pembimbing kehidupan tiada tara”.







Wash bir ‘alaa maa yaquuluuna wah jurhum hajran jamiilaa.



10.“Dan teguh bertahanlah kalian terhadap apa yang mereka, atas pilihan dzulumat ms syayathin melontarkan berbagai ocehan dan tinggalkanlah mereka dengan sikap seindah-indahnya”.







Wa dzarnii wal mukadzdzibiina ulin na’mati wa mahhilhum qaliilaa.



11. “Dan biarkanlah menjadi urusan-Ku, yaitu pelacur-pelacur ilmu yang memiliki serba kemewahan, dan biarkanlah mereka menghabiskan waktunya sedikit lagi”.







Inna ladainaa ankaalaw wa jahiimaa.







12. “Sungguh menurut Kami, pilihan dzulumat ms sy itu, adalah penghancur kehidupan yaitu kehidupan jahannam tiada tara”.







Wa tha’aaman dzaa ghushshatiw wa’adzaaban aliimaa.



13. “Yaitu ibarat sejenis makanan menyumbat kerongkong, sehingga merupakan bencana hidup luar biasa”.







Yauma tarjuful ardhu wal jibaalu wakaanatil jibaalu katsiibam mahiilaa.





14. “Jalannya sejarah, dengan al-Qur’an ms Rasul ini, adalah ibarat bumi dan gunung yang guncang segoncang-goncangnya sehingga gunung demi gunung menjadi hancur berterbangan porak poranda”.







Inaa arsalnaa ilaikum rasuulan syaahidan ‘alaikum ka maa arsalnaa illaa fir’auna rasuulaa.





15. “Sebenarnya Kami, dengan pembuktian al-Qur’an ms Rasul, mengubah dari kalian seorang Rasul yang memberikan satu pembuktian atas hidup kalian, sebagaimana mahalnya Kami, dengan Taurat ms Musa, mengutus kepada Fir’un seorang Rasul juga”.







Fa ‘ashaa fir’aunur rasuula fa akhadz-naahu akhdzaw wabiilaa.



16. “Maka Fir’un mengingkari Taurat ms Musa, akhirnya Fir’un, atas pilihan dzulumat ms syayathin Kami hancurkan menjadi sehancur-hancurnya”.







Fa kaifa tattaquuna in kafartum yaumay yaj’alul wildaana syiibaa.







17. “Maka bagaimanakah kalian, dengan Rattil al-Qur’an ms rasul ini, bisa mencapai hidup patuh (iman) jikalaulah kalian masih saja bersikap negatif terhadap jalannya sejarah dengan al-Qur’an ms Rasul ini yang akan membikin semua produk dzulumat ms syayathin itu menjadi bagaikan bayi beruban kepala”.







Assamaa-u munfathirum bihii kaana wa’duhuu maf’uulaa.



18. Seperti halnya semesta angkasa, pada Sa’ah Kubra, hancur berkeping-keping, begitulah janji-Nya dengan al-Qur’an ms Rasul ini terhadap dzulumat ms syayathin pasti terlaksana”.







Inna hadzkiratuw fa man syaa-at takhadza ilaa rabbihii sabiilaa.







19. “Sesungguhnya al-Qur’an ms Rasul ini adalah satu pembina kehidupan sadar secara ilmiah, maka, siapa yang mau, dipersilakan menata kehidupan menurut ajaran pembimbingnya.





Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan terperinci tentang prosedur dan titik tolak rattil ini kita harus mengingat kembali sket segitiga ABC, yang diperinci dengan AB1C dan AB2C dan AB2C, dalam segitiga sama sisi ABF yang diperinci menjadi BDE, BDC, dan CDF.





Maka sudut Muzzamil, yaitu “dhallan fahada”, ialah sudut D-B2, yaitu sudut D yang mau mencapai B2 ( sudut mukmin) yang bertahap dua, yaitu menjadi D-B3 sebagai garis rattil satu persiapan iman, dan B3-B2, sebagai garis shalat satu pembinaan iman.





Sehingga sudut AB2C, yaitu penurunan dari AB1C menurut pola sudut iman yang sebenarnya.





Surat Muzzamil ayat 2-4 adalah waktu dan penggunaannya dalam garis rattil. Ayat 6 adalah alasan dan penjelasannya, mengapa harus memakai waktu malam.





Ayat 5 dan 6 menggambarkan tujuan yang mau dicapai oleh rattil yaitu persiapan shalat untuk mencapai B3.





Jikalau sudut D-B2 adalah sudut positif rattil maka ayat 7 “sabhan thawila”. ialah sudut D-C yaitu garis siang yang bersudut negatif.





Yaitu ayat 9 “rabbul masriqi wa rabbul maghribi...” dalam pasangan positif dengan ‘laaha illa huwa fattakhidzhu wakiila”.





Ayat 10 dan 11 adalah tuntutan ketabahan bagi yang rattil dalam pertautannya dengan D-C (garis siang) mengenai ocehan-ocehan mereka yang positif dengan dzulumat ms syayathin dan bersikap negatif terhadap dakwah al-Qur’an ms Rasul.





Sambil menyerahkan urusannya itu sepenuhnya menjadi urusan Allah, pencipta dan pembimbing Nur dan dzulumat, buat sementara.





Ayat 12-14 adalah pandangan dan penilaian al-Qur’an ms Rasul terhadap nasib dzulumat ms syayathin selanjutnya sebagai tantangan bagi sunnah Muhammad qurun I, yang akan berulang menjadi tantangan bagi sunnah Muhammad qurun II kelak.





Ayat 15 dan 16 adalah percontohan sunnah Muhammad dan tantangannya, sebagai perulangan dari Taurat ms Musa yang ditantang oleh Fir’un dan atas kekufurannya terhadap ajaran Allah ms Rasul akhirnya Fir’un menjadi hancur musnah.





Ayat 17 memperingatkan yang rattil bahwa mencapai muttaqin yaitu mukmin itu adalah proses penjungkiran-balikan yang bersifat historis yaitu ayat 18, seperti penjungkir-balikan semesta angkasa kehidupan ini kelak, pada sa’ah kubra, dalam rangka pembangunan “yaumil akhir”.





Akhirnya ayat 19 mencamkan para pelaku rattil bahwa al-Quran ms Rasul ini adalah pembina kehidupan sadar secara ilmiah. Maka, siapa yang mau, dipersilakan menata kehidupan menurut ajaran pembimbingnya.





Adapun Surat Muzzamil ayat 20 adalah untuk meningkatkan hasil rattil dengan melakukan shalat untuk mencapai iman demikian :







Inna rabbaka ya’lamu annaka taquumu adnaa min tsulutsayil laili wa nishfahuu wa tsulutsahuu wa thaa-ifatum minal ladziina ma’aka wallahu yuqaddirul laila wan nahaara ‘alima al lan tuhshuuhu fataaba ‘alaikum faq ra-uu maa tayassara minal qur-aani ‘alima an sa yakuunu minkum mardhaa wa aakharuuna yadhribuuna fil ardhi yabtaghuuna min fadhlillaahi wa aakharuuna yuqaatiluuna fii sabiilillaahi faq ra-uu ma tayassara minghu wa aqiimush shalaata wa aatuz zakaata wa aqridhullaha qardhan hasanaw wa maa tuqaddimuu li anfusikum min khairin tajiduuhu ‘indallaahi huwa khairaw wa a’zhama ajraw wa taghfirullaaha innallaaha ghafuurur rahiim.







20. “Sebenarnya pembimbing kalianlah yang meng-ilmui-nya ( al-quran ms rasul-Nya) sehingga kalian menjadi tegak berdiri (dimalam hari melakukan shalat) hampir dua pertiga malam atau setengahnya atau sepertiganya malam atau setengahnya atau sepertiganya dan segolongan orang yang mengikuti kalian yaitu Allah, dengan al-Quran ms Rasul-Nya memberikan pasangan rancangan hidup, Nur Rasul dan dzulumat ms syayathin, bagaikan siang dan malam dalam satu peredaran. Dia telah mengilmui al-Quran ms Rasul-Nya, dengan harapan sangat agar kalian tidak menyeleweng dan atau melacurkannya. Akhirnya Dia, dengan Rattil satu persiapan iman dan shalat satu pembinaan iman, mengharap satu perubahan revolusioner atas hidup kalian. Maka pelajarilah dalam arti membentuk menjadi pandangan seberapa yang kalian sudah menguasai dari al-Quran ms Rasul ini. Dia mengilmui al-Quran ms Rasul-Nya dengan harapan, melalui rattil satu persiapan iman dan shalat satu pembinaan iman, dapat membikin sebagian kalian menjadi orang yang maunya padu dengan maunya Allah dengan al-Quran ms Rasul-Nya. Dan sebagian lagi menjadi yang bergerak dibidang penataan hidup dipermukaan bumi ini guna mencapai menurut nilai-nilai yang telah ditentukan oleh Allah ms Rasul-Nya. Dan yang terakhir menjadi yang bergerak dibidang pertahanan-keamanan untuk mempertahankan tatanan kehidupan dengan ajaran Allah ms Rasul-Nya.

Akhirnya studilah dalam arti membentuk menjadi pandangan seberapa saja yang kalian sudah menguasainya. Dalam arti lakukanlah shalat satu pembinaan diri menjadi mukmin, selanjutnya lakukanlah zakat satu pembinaan perekonomian. Akhir sekali, lempangkanlah hidup kalian dengan ajaran Allah ms Rasul ini setahap demi setahap hingga mencapai kehidupan ihsan. Dan tidak adalah yang menjadi tujuan pribadi kalian kecuali satu model kehidupan indah yang kalian akan menemuinya menurut ajaran Allah. Dia, dengan al-Quran ms Rasul ini, adalah pembina kehidupan maha indah lagi pemberi imbalan kehidupan tiada tara. Dan akhir kalam, tuntutlah satu perubahan hidup revolusioner menurut ajaran Allah. Sesungguhnya Allah, dengan al-Quran ms Rasul-Nya, adalah pembina kehidupan maha revolusioner lagi pemberi kepastian hidup tiada tanding”.





Demikianlah prosedur dan titik tolak rattil persiapan iman dan shalat satu pembinaan iman.





Dengan lain perkataan, prosedur dan titik tolak rattil dan shalat ini dapat juga dikatakan disiplin rattil dan shalat yang harus mendapat perhatian serius kalau mau rattil dan shalat itu benar-benar mencapai tujuannya. Rattil dan shalat yang tidak berpedoman kepada surat Muzzamil ini adalah membuang-buang waktu malah merusak diri.





Akhirnya Surat Muzzamil sebagi prosedur dan titik tolak rattil dan shalat, kita ringkaskan dengan surat muddassir ayat 1-8, demikian :







Yaa ayyuhal muddatstsir



1.“Wahai yang kesasar dzulumat ms syayathin”







Qum fa andzir







2.“Bangkit, maka mawas dirilah!”







Wa rabbaka fa kabbir.







3. “Yaitu ajaran pembimbing kalian ms Rasul-Nya maka tancapkanlah!”.







Wa tsiyaabaka fa thahhir.



4. “Yakni diri pribadi kalian yang bertanggapan dzulumat ms syayathin, maka bersihkanlah!”.







War rujza fah jur



5. “Dan kekotoran hidup dzulumat ms syayathin, maka singkirkanlah!”







Wa laa tamnun tastaktsir



6. “Dan janganlah melamun hasil tanpa kerja keras!”.







Wa li rabbika fash bir



7. “Dan menurut ajaran pembimbing kalian ( al-Qur’an ms Rasul-Nya), maka teguh bertahanlah!”.







Fa idzaa nuqira fin naaquur.



8. “Hingga dengan bagaikan tarikan nafas yang akan menghembus dan membahanakan suara dalam terompet”.





Surat Muddatstsir ayat 8 mengungkapkan rattil dan shalat, Persiapan dan Pembinaan Iman, ialah penancapan ilmu atau al-Quran ms Rasul kedalam kesadaran hidup yaitu satu input ( satu pemasukan) hingga menjadi ‘agama biqalbi’ adalah bagaikan ‘tarikan nafas’ yang dimulai dari sudut E1, hingga mencapai satu kulminasi (puncaknya) tertentu B2, ialah sudut iman sebenarnya, yang menghembuskan nafas ‘iqrarun bil lasaani’ dan ‘amalun bil arkani’ al-Quran ms Rasul, yaitu sudut AB2C dari AB1C menurut ABC.





Lama masa tempuh Garis Iman ini, Sami’na da Atha’na dilihat dari sudut sistematik Nuzul, dimulai dari masa suarat al-‘alaq ayat 1-5 hingga dengan Mi’raj kira-kira tahun 520 M, ialah 10 tahun dari 0 – hingga B3, masa Shalat Pembinaan Iman, hingga B2, yakni hijrah, kira-kira tahun 623 M, menjadi 3 tahun.





Dan Garis Atha’na, yakni B2-C adalah melalui masa 10 tahun sampai dengan mencapai “al yauma ya-isal ladziina kafaruu diinikum fa laa takhsyauhum wakh syauni al yauma akmaltu lakum diinakum wa atmamtu ‘alaikum ni’matii wa radhiitu lakumul islaama diinan” ( S. Maidah ayat 3).





Jadi masa tempuh Sami’na wa ‘atha’na menjadi 23 tahun.

Fungsi ( kedudukan dan tugas) Sami’na B-D2, adalah penurunan dalam arti pemantapan AB1C menurut pola ABC menjadi AB2C.





Dari itu maka masa tempuh D-B2 adalah senilai dan seharga dengan B1-B2 dan B-B2. Jadi B2-C adalah juga turunan yang senilai dan seharga dengan B1-C menurut model B-C dari A-B1 menurut model A-B menjadi A-B2.





Dengan demikian maka terjemahan “hablun minallah” menjadi “tali perikatan dengan Allah yaitu ibadah dan “hablun minna nasi” menjadi “tali perikatan sesama manusia ialah muamalah adalah tidak relevan sehingga menjadi non ilmiah.





Dan oleh karena yang demikian adalah termasuk ensiklopedia pasti alam maka harus diterjemahkan menjadi segitiga sama sisi ABC dalam segitiga sama sisi AEF.





“Diukur dengan ukuran kilometer (km), perhari = 40.000 km pada garis khatulistiwa, maka Garis Iman, Sami’na wa ‘atha’na, yang bernilai dan berharga 23 tahun menjadi :





23 x 354 ( hari ) x ( minimal 1/3 malam dari jam 19.00 – 04.00 = 3 jam/ 1/8 hari = 5000 km) = menjadi 40.071.000 km. Dari itu maka hasil studi al-Quran ms Rasul adalah hasil dari sistem pendidikan maha indah dibanding dengan sistem pendidikan lain-lainnya yang hanya mampu mencapai puncak Naturalisme dan Idealisme, yaitu dzulumat ms syayathin.





Demikianlah Prosedur dan Titik Tolak Rattil atau Disiplin Rattil yang merupakan satu aspek yang paling penting dalam persoalan pokok-pokok mencapai iman atau strategi dan taktik iman.





Dan aspek lain lagi yang juga tidak kalah pentingnya adalah persoalan subyek study.

6 komentar:

  1. Assalamualikum...sy peserta AMSR sy tdk pny komentar ap pun..sy ttp setuju dngn anda disini sy cm mau tanya dengn kawan2 study ap ad peserta AMSR untuk wilayah banjarmasin kalsel krn sy sdh 10 thn vakum dan blm dapat tembusan smpai saat ini sy mohon bantuan ny dr teman2 smua..ni pin bb sy 7f9c034c trm ksh assalammualaikum..

    BalasHapus
  2. sekedar koreksi: Itu An-Nisa 103 apa 102? Terima kasih ...

    BalasHapus
  3. Aku minta tolong dari kalian semua AMsR ,,aku minta nmr guru yg ada di pondok makassar,,Arif Selayar,,perna mondok di makssr rappo cini raya lorong 9

    BalasHapus