Jumat, 09 September 2011

ALAM FIKIRAN YUNANI ( 2 )


oleh Bruce Lee Panjaitan Sinaga pada 06 Februari 2011 jam 20:58
IV. PYTHAGORAS DAN PENGIKUTNYA.

Filosof Pythagoras mempunyai kedudukan tersendiri dalam alam pikiran Yunani.
Filosofinya berdasarkan kepada pandangan agama dan paham keagamaan. Suatu tarekat, atau boleh juga disebut suatu aliran mistik.
Pythagoras berasal dari Samos. Ia dilahirkan kira-kira dalam tahun 580 sebelum Masehi. Menurut umurnya ia sepangkat dengan Xenophanes.
Menurut berbagai keterangan, Pythagoras terpengaruh oleh aliran mistik yang berkembang di waktu itu dalam alam Yunani, yang bernama ORFISISME.
Ujung tarikat Pythagoras ialah mendidik kebathinan dengan mensucikan ruh.
Pythagoras percaya akan kepindahan jiwa dari makhluk yang sekarang kepada makhluk yang akan dating. Apabila seseorang meninggal, jiwanya kembali ke dunia, masuk dalam badan salah satu hewan. Menurut cerita, yang maksudnya barangkali mau menyindir, Pythagoras pada suatu hari sedang berjalan-jalan. Tampak olehnya ada seorang memukul anjing, sehingga anjing itu menjerit-jerit. Lalu ia berkata : “Hai anak, jangan dipukul anjing itu, didalamnya ada jiwa seorang sahabatku, terdengar olehku daripada jeritannya”.

Menurut Pythagoras manusia itu asalnya Tuhan. Jiwa itu adalah penjelmaan daripada Tuhan yang jatuh ke dunia karena berdosa. Dan ia akan kembali ke langit ke dalam lingkungan Tuhan bermula, apabila sudah habis di cuci dosanya itu. Tetapi kemurnian tidak tercapai sekaligus, melainkan berangsur-angsur.Sebab itu jiwa itu berulang-ulang turun ke tubuh makhluk dahulu. Dengan jalan begitu , dari setingkat-ke setingkat ia mencapai kemurnian. Untuk mencapai hidup murni, haruslah orang memantangkan makan daging dan kacang. Menurut kepercayaannya, sifat binatang yang buas hinggap di udara. Dengan kepercayaannya itu Pythagoras penganjur vegetarisme, memakan sayur dan buah-buahan.
Tetapi tak cukup orang hidup dengan membersihkan hidup jasmani saja. Juga hidup rohani teristimewa harus diperhatikan. Manusia harus berzikir senantiasa untuk mencapai senantiasa untuk mencapai kesempurnaan hidupnya.

Hidup di dunia ini menurut paham Pythagoras adalah persediaan buat akherat. Sebab itu semula dari sini dikerjakan hidup di hari kemudian itu. Berlagu dengan musik adalah juga sebuah jalan untuk membersihkan ruh. Dalam penghidupan kaum Pythagoras musik itu dimuliakan.
Peraturan hidup dalam tarekat Pythagoras itu amat keras. Tiap-tiap orang yang akan diterima menjadi anggotanya, hendaknlah berdiam diri lebih dahulu, dan TIDAK BERKATA-KATA LIMA TAHUN LAMANYA. Apabila ia tahan menanggung percobaan itu, barulah dia diakui sebagai kawan. Tiap-tiap hari ditentukan benar pembagian kerja antara pikiran dan gerak badan.

Pythagoras sendiri tidak meninggalkan ajaran yang tertulis. Apa yang keluar dari mulutnya sendiri susah memisahkan dari yang ditambahkan oleh murid-muridnya. Pelajaran dari guru dan murid sudah bercampur menjadi satu kepercayaan.
Sebab itu orang tak dapat mengatakan semuanya itu ajaran Pythagoras. Harus dikatakan paham kaum Pythagoras, orang hanya tau bahwa Pythagoras besar pengaruhnya. Oleh pengikutnya Pythagoras dipandang sebagai dewa. Apa yang dikatakan pasti benar. Kalau ada orang mengatakan bahwa itu tidak benar, mereka menjawab dengan mudah : “Ya, Pythagoras sendiri mengatakan begitu”.Artinya kalau Pythagoras yang mengatakan sudah pasti benar.

Selain dari ia ahli mistik, Pythagoras juga terkenal sebagi ahli pikir. Terutama dalam ilmu matematik dan ilmu berhitung kesohor namanya. Banyak pengertian yang dalam-dalam berasal dari dia. Dialah yang mula-mula sekali mengemukakan teori dari hal angka-angka yang menjadi dasar ilmu berhitung.
Dan karena dialah orang mendapatkan keinsyafan bahwa berhitung itu bukan saja kecakapan menghitung seperti yang dikerjakan sehari-hari. Orang yang belajar matematik kenal akan SEGI-TIGA Pythagoras.

Dan dari ilmu matematik Pythagoras melompat kedalam dunia pandangan ! Alam ini katanya, tersusun sebagai angka-angka. Di mana ada matematik, ada susunan, ada kesejahteraan. Bintang yang banyak di langit menyatakan kedudukan yang teratur, kesejahteraan yang sebesar-basarnya. Badan-badan di langit itu mempunyai gerak yang tertentu dan mempunyai irama yang pasti, menurut irama yang tetap. Sebab itu Pyhagoras suka berkata tentang “kesejahteraan di langit”. Mana yang bergerak, itu berbunyi. Sebab itu di langit ada bunyi, ditimbulkan oleh gerakan bintang-bintang. Tinggi rendahnya bunyi lagu itu semata-mata ditentukan oleh perbandinga jaraknya masingmasing. Manusia tidak mendengar lagu yang sejahtera di langit itu karena ia sudah biasa dengan itu sejak lahir.

Tetapi tidak di alam saja berkuasa matematik. Ia juga berkuasa dalam segala barang. Dengan jalan ini Pythagoras sampai kepada pokok ajarannya yang mengatakan bahwa :”segala barang adalah angka-angka”. Demikianlah pengaruh matematik atas diri dan pandangannya, sehingga pada segala barang ia melihat angka-angka. Dan oleh karena mistik yang dibawakan ke-angka-angka tadi, ia terjerumus kedalam dunia fantasi, dengan melekatkan berbagai paham yang ajaib pada angka-angka itu.
Menurut kebiasaan, Pythagoras membedakan juga angka yang genap dengan yang ganjil. Tetapi pengertian itu dilanjutkan. Yang genap tidak berhingga, dan yang ganjil itu menentukan. Sebagaimana angka terdiri dari yang genap dan yang ganjil demikian juga barang-barang di dunia ini tersusun dari pada yang bertentangan. Angka yang menjadi dasar ialah satu. Angka satu itu genap dan juga ganjil. Jadinya tidak berhingga dan juga berhingga. Angka tiga ajaib, sebab padanya terdapat awal, pertengahan dan akhir. Angka empat mahabesar, sebab 1+2+3+4 = 10. Dan 10 adalah angka yang sepenuh=penuhnya. Sebab hitungan dari sepuluh keatas tidak lain dari mengulangi saja lagi dari 1 sampai 10.

Dalam segala barang terdapat paduan dan hasil daripada “dasar angka-angka”. Angka itu dasar dari segalanya. Segala perhubungan dapat di tentukan dengan angka-angka. Demikian lagi : angka 1 ialah titik, angka dua baris, angka 3 daratan, angka 4 badan. Selanjutnya angka 1 juga dasar laki-laki, angka 2 dasar perempuan. Juga keadilan, jiwa dan pikiran tidak lain dari pada angka-angka.
Menurut Pythagoras, Kesucian dan kejernihan ruh yang sebesar-besarnya dicapai dengan menuntut ilmu. Hidup sehari-hari itu tidak lain daripada gelanggang tempat menonton. Orang banyak melakukan rolnya dalam gelanggang itu. Tetapi manusia yang utama melihat saja.

Ajaran Pythagoras pada hakekatnya terlalu tinggi bagi pengikutnya yang banyak. Sebab itu terjadi akhirnya perpecahan dalam dua cabang : aliran mistik keagamaan dan aliran ilmu. Kaum Pythagoras terbanyak yang mendewakan gurunya tidak tertarik hatinya dengan ajaran-ajaran tentang angka-angka, matematik, perhubungan musik dan ilmu bintang. Semuanya dipandangnya tidak berfaedah dan terlalu gaib. Mereka semata-mata menempuh jalan mensucikan ruh dengan hidup bersahaja, berjalan dengan tidak beralas kaki, dan tidak makan daging, ikan dan kacang. Dengan berbuat begitu mereka menyangka bahwa mereka telah melakukan ajaran gurunya.

Demikianlah gugurnya mazhab Pythagoras. Tetapi namanya tercantum dalam sejarah pikiran ilmu sebagai pembuka berbagai jalan. Muridnya yang agak ternama karena banyak menulis ajaran gurunya ialah Philolaos. Tentang angka-angka Philolaos berkata bahwa angka itu tanda kebenaran.Tidak ada barang yang benar dan jelas tampaknya, jika perhubungannya ke luar dan ke dalam tidak ditentukan oleh angka-angka. Sekian tentang Pythagoras dan pengikutnya !




V. FILOSOFI ALAM LAGI

Dalam bagian pertama abad kelima sebelum Masehi timbul kembali filosofi alam. Guru-gurunya yang ternama ialah : EMPEDOKLES, ANAXAGORAS, LEUKIPPOS dan DEMOKRITOS.
Seperti juga dengan pendirian filosofi alam yang pertama, mereka mencari asal dari segalanya kepada benda. Tetapi mereka tidak melengahkan sama sekali ajaran filosof-filosof yang terdahulu.

Sepadan dengan filosofi Elea, mereka berpendapat bahwa substansi barang yang asal, tidak berubah-ubah. Oleh karena itu tidak ada yang “menjadi” dan yang “hilang”. Sebaliknya mereka berpendapat bahwa barang yang asal itu tidak satu, mlainkan banyak. Disini mereka bertentangan dengan paham Elea, dan lebih dekat kepada yang lahir.

Yang kelihatan sebagai “timbul” dan “hilang” sebenarnya tak lain daripada bertaut dan berpisah atau bercampur dan bercerai. Substansi yang banyak itu bercampur satu sama lain, atau bercerai daripada percampuran itu. Karena itu kelihatan “timbul” dan “hilang”. Tetapi sebenarnya timbul dan hilang itu tidak ada karena yang banyak itu tetap ada.


1. EMPEDOKLES

Empedokles lahir di kota Akragas di pulau Sisilia. Masa hodupnya disebut orang dari tahun 490 – 430 sebelum Masehi. Ia terbilang turunan dari orang yang ternama dan berpengaruh. Dia sendiri pernah diminta orang untuk menjadi raja, tapi ditolaknya. Rupanya ia ingin mencapai perdamaian hidup, tak suka melihat percekcokan politik di dalam kotanya. Sebab itu ditinggalkannya tempat kelahirannya itu dan pergilah ia mengembara kemana-mana. Kerjanya menyanyi, menyanyikan lagu kesucian. Dengan jalan itu ia ingin memimpin ruh manusia kepada kebaikan. Selain dari itu ia juga berlaku sebagai tabib. Kedua-duanya, ruhani dan jasmani akan diobatinya.

Dalam sikap hidupnya, Empedokles banyak terpengaruh oleh aliran mistik orfisisme dan ajaran Pythagoras. Menurut kepercayaannya, manusia itu asalnya Tuhan. Ia jatuh ke dunia karena berdosa. Dan hidup di dunia adalah suatu hukuman baginya untuk menghapus dosanya itu. Apabila dosa itu sudah habis, barulah manusia kembali kepada asalnya. Jalan penghapusan dosa itu ialah hidup berkurban membersihkan diri. Dia sendiri merasa sebagai Tuhan yang terbuang.

Empedokles mengajarkan bahwa alam ini pada mulanya satu, disatukan oleh CINTA. Cinta adalah kodrat yang membawa bersatu, bercampur. Tetapi alam yang satu tadi dipecah oleh BENCI, kodrat yang menjadi pokok perpisahan dan persengketaan. Karena BENCI itulah sukar hidup di dunia ini.
Tetapi orang jangan lupa, bahwa manusia asalnya Tuhan dan akhirnya akan kembali juga menjadi Tuhan. Sebab itu hendaklah ia hidup berkasih-kasihan, cinta-mencintai satu sama lain. Cinta itu membuka kembali jalan pulang ke langit yang suci, ke dalam pangkuan Tuhan. Lihatlah, katanya, akibat cinta itu di dunia ini saja. Percintaan menjadikan orang menjadi suami isteri. Cinta menimbulkan keinginan bersatu, membawa kesejahteraan, harmoni dalam alam semesta.

Alam tersusun daripada anasir yang asal. Jumlahnya empat : UDARA, API, AIR DAN TANAH. Keempatnya itu masing-masing pemangku sifat yang empat pula : dingin, panas, basah dan kering.
Ajaran tentang anasir yang empat itu besar sekali pengaruhnya di kemudian dalam ilmu alam, sanpai di abad yang ke 17.

Ssungguhnya tiap-tiap barang terjadi dari pada percampuran anasir yang empat itu, anasir yang empat itu sendiri tidak mempunyai kodrat. Gerakan bercampur dan berpisah itu disebabkan oleh dua dasar yang lain, yang berada di luarnya. Dasar itu ialah CINTA dan BENCI.
Cinta dan benci itu bukan perasaan semata-mata. Kedua-duanya itu barang yang bertubuh juga, sekalipun amat halus tubuhnya itu.

Menurut pendapat Empedokles, alam ini pada permulaannya bercampur jadi satu karena kodrat cinta. Dalam keadaan yang asal itu tidak ada yang terpisah-pisah. Tidak ada barang satu-satunya yang sebuah-sebuah. Semuanya satu.
Kemudian datang Benci membawa perpisahan. Benci membalikkan keadaan itu sama sekali, sehingga semuanya terpisah-pisah. Tidak ada yang bercampur lagi Dalam keadaan yang dikuasai oleh benci itu, barang satu-satunya pun tak ada. Yang ada hanya anasir yang empat, yang tidak bercampur sedikit juga.

Sesudah itu datang lagi pengaruh cinta. Karena itu terjadilah percampuran dan timbullah barang satu-satunya. Makin besar pengaruh cinta itu, makin banyak terjadi percampuran. Akhirnya lenyap pula barang satu-satunya itu. Semuanya bercampur jadi satu, sebagaimana bermula. Sesudah itu berlaku lagi kodrat sebaliknya. Demikianlah seterusnya, cinta dan benci berganti-genati berpengaruh dan berkuasa.

Daripada yang hidup di dunia ini terdapat bermula tumbuh-tumbuhan. Kemudian datanglah binatang, yang pada mulanya tak karuan rupanya. Ada mulut dengan tiada kepala; ada leher dengan tiada badan; ada tangan tetapi tak ada bahu; ada mata tetapi tak ada muka; (koment : aduh, seram amat yah tu makhluk,)
Makhluk separoh separoh itu bertaut-taut kemudian. Dari itu terjadi hewan pertama. Hewan itu lenyap lagi. Tetapi diantaranya ada yang tinggal hidup, sampai beranak-anak. Makin panjang turunannya makin baik bentuknya. Paham ini agak menyerupai paham Anaximandros.

Dalam pandangan filosofi yang lalu sudah ada dikemukakan tiga macam anasir yang menjadi pokok segala-galanya. Thales mengatakn air, Anaximenes bilang udara, Herakleitos mengatakan api. Empedokles mengambil ketiga-tiganya jadi pokok dan ditambahkan satu lagi yaitu tanah. Di sini seolah-oleh dia mau menyatukan paham yang terpisah-pisah dan meneruskan jalan pikiran filosofi yang sudah berkembang. Dari segala paham ada padanya, dibulatkan dan digenapkannya. Pandangannya itu boleh jadi terpengaruh juga oleh sikap hidupnya yang dipimpin oleh jiwa yang mencari kesejahteraan dan perdamaian.


2. ANAXAGORAS

Anaxagoras di lahirkan di kota Klazomenae di Asia Minor. Ia hidup dari tahun 500 – 428 sebelum Masehi. Pada waktu mudanya ia pergi ke Atena. Pada waktu itu Atena sedang lagi menempuh zaman Emas. Perniagaan dan seni serta literature sama-sama dalam kemajuan.
Menurut kepercayaan orang Grik pada waktu itu, matahari dan bulan adalah dewa. Anazagoras mengajarkan bahwa matahari itu tak lain daripada batu bercahaya. Bulan itu mempunyai padang, gunung, lurah dan sungai dan didiami oleh manusia juga seperti di bumi kita ini. Gerhana bulan adalah tersebab karena dilindungi bumi sehingga cahaya matahari tak sampai padanya.

Bagi Anaxagoras anasir yang asal itu tidak empat, sebagaimana yang diajarkan oleh Empedokles, melainkan banyak, dan tak terhitung jumlahnya.
Barang yang asal tidak bisa berubah jadi yang baru. Keadaannya tetap. Oleh karena itu anasir yang asal itu mestilah ada pada tiap-tiap barang. Artinya tidak ternilai banyaknya. Kalau dari segalanya bisa terjadi segalanya, maka ada segalanya itu dalam segalanya. Tiap-tiap barang mengandung zat dari segala barang. Dalam roti dalam air sudah ada zat kulit, zat darah, zat daging dan zat tulang. Jika tidak begitu, roti yang dimakan dan air yang diminum itu tidak bisa membarui kulit kita, tidak bisa menjadi daging, tulang dan darah.

Barang yang berlain-lain rupanya itu bergantung kepada kedudukan campuran anasir yang asal. Anasir yang terbanyak dalam campuran itu menentukan rupa barang itu.
Pandangan filosofi Anaxagoras yang berpaling kealam, banyak menyerupai keterangan ilmu. Apa yang dikatakannya tentang barang makanan yang mengandung zat kulit, zat darah, zat daging dan zat tulang, mudah membuka pikiran untuk menyelediki soal makanan lebih jauh dengan berbagai percobaan. Pikiran dan pengalaman dapat dirangkai jalannya.

Sepadan dengan Empedokles, Anaxagoras berpendapat bahwa campuran dan perpisahan anasir yang asal itu digerakkan oleh kodrat dari luar. Tetapi berlainan dengan Empedokles ia mengatakan, bahwa kodrat yang mengemudikan itu Cuma satu. Kodrat itu dinamainya NUS. Nus itulah yang menyusun alam ini dari keadaan yang kacau balau bermula.
Tentang sifat Nus itu, Anaxagoras masih terpengaruh oleh masanya. Orang Grik di masa itu masih belum dapat memahamkan barang yang tidak bertubuh, Sebab itu dalam pandangan Anaxagoras Nus itu bertubuh juga. Tetapi tubuhnya itu sangat halus, keadaannya murni, tidak bercampur sedikitpun dengan barang yang ada di alam ini. Kemurnian itulah yang menjadi sebab kuasanya atas yang lain.

Nus itu asal dan penghabisan dari segala-galanya. Ia ada dalam segalanya, tetapi bukan bagian daripada itu. Ia tidak berhingga, berkuasa atas dirinya sendiri dan berada sendirinya pula. Tidak ada yang menyerupai dan yang mencampurinya. Ia kemauan yang menyusun dan memimpin segala-galanya. Segala yang berlaku menurut hukumnya, semuanya itu disebabkan oleh Nus.
Dengan pandangan semacam itu tentang kemauan yang mengemudikan alam, Anaxagoras sudah dekat epada agama yang percaya kepada Tuhan Yang Esa. Cuma pandangannya bukan pandangan agama.

Nus menjadikan alam ini. Sebelum alam terkembang, segala barang berkumpul jadi satu. Semuanya kabut. Kabut itu terdiri daripada yang halus sekali dan tak ternilai banyaknya. Tiap-tiap benda itu mempunyai sifat sendiri. Inilah zat dunia.
Setelah sekian masa barang-barang itu terdiam seperti itu, datanglah Nus menggerakkannya dan menyusunnya. Mula-mula digerakkannya taufan yang berputar-putar dengan sehebat-hebatnya. Karena putaran taufan itu terpisah-pisahlah zat asalnya tadi. Yang serupa terkumpul kepada yang serupa. Karena itu terjadilah dua macam barang yang menjadi bahan utama bagi dunia ini, yaitu udara dan eter. ETER itu dipandang sebagai zat-zat yang halus sekali yang megisi lapangan sekeliling dunia.

Olah karena putaran taufan tadi, membawa berputar segala-galanya, terjadilah susunan teratur. Barang yang padat, yang basah, yang dingin dan yang gelap berkumpul ke tengah. Yang tipis, yang panas dan yang kering berputar kesebelah luar. Kemudian awan yang gelap, yang terletak di tengah berubah menjadi air. Dari air itu menjadi anah, dan dari tanah berkat pengaruh udara yang sangat dingin, terjadilah batu.
Bukan saja bumi, matahari, bulan dan bintang yang banyak itu berputar karena pusaran taufan bermula tadi, tetapi juga lapangan alam. Lapangan besar itu berputar sekeliling sumbunya.

Menurut pendapat Anaxagoras lapangan itu tidak berhingga. Sebab itu tidak satu saja alam, melainkan banyak. Di luar alam kita ini, boleh jadi ada alam lain yang tersusun seperti alam kita ini. Ada bumi yang didiami manusia, ada matahari, bulannya dan bintang-bintangnya.
Sebagaimana alam tak berhingga dalam lapangan, demikian juga dalam waktu. Kemajuan dunia ini berjalan terus dengan tiada berkeputusan. Mana yang lalu tak kembali lagi kepada permulaannya.

Tentang yang hidup di dunia ini Anaxagoras berkata, bahwa tanaman-tanaman ada juga jiwanya. Ia mempunyai perasaan, tahu gembira dan duka cita. Ia pun mempunyai pikiran dan pendapat. Tumbuh-tumbuhan terjadi bermula karena tanah yang basah itu menerima benih yang terkandung dalam udara. Dan binatang terjadi karena yang basah di bumi tadi menerima bibit dari langit, atas pengaruh yang panas.

Tentang pancaindra ia berkata, bahwa sesuatu barang yang kita ketahui adanya barang yang serupa, melainkan karena ada yang sebaliknya. Kita ketahui yang panas karena ada yang dingin, dan sebaliknya kita ketahui yang dingin karena ada yang panas. Mana yang sama panas dengan kita, tidak terasa oleh kita. Sebab itu tidak berpengaruh atas kita.
Pancaindra terlalu lemah untuk mengetahui kebenaran. Ia tidak sanggup melihat sesuatunya, sampai kedalam segala bagian-bagiannya. Hanya pikiran dapat memandang begitu jauh. Semuanya itu diketahui oleh akal yang menyusun dunia ini. Dan kesenangan hati yang sebesar-sebesarnya ialah berpikir tentang langit dan alam semesta.

Demikianlah Anaxagoras menggambarkan kejadian dan kedudukan alam. Ditilik dari jurusan masanya, keterangannya adalah suatu pendapat ilmu yang tak ternilai harganya. Apa yang dikatakannya dapat ditimbang dengan akal, dapat dipergunakan sebagai alasan untuk berpikir lebih jauh. Sesungguhnya tidak mengherankan, sebab selain sebagai filosofi, Anaximandros juga ahli matematik dan astronomi.
Diukur dengan pengetahuan ilmu yang sekarang tentang bumi dan langit, pendapatnya itu banyak yang salah dan tak sesuai. Tetapi di antara yang terasa olehnya dahulu, ada yang jadi dugaan dikemudian hari. Di masa kita ini banyak ahli astronomi yang berpendapat, bahwa bintang di alam itu tersusun berkampung-kampung. Satu diantaranya yang paling besar, ialah “lingkungan Milkway”, bimasakti, yang memutih tampaknya melingkung langit. Dalam kampung in diam matahari kita. Yang juga bintang dengan anaknya (planit) yang sembilan yang berputar sekelilingnya. Diluar kampung bimaskti itu banyak lagi kampung bintang. Apakah bedanya ini pada dasarnya dengan perasaan Anaxagoras tentang alam yang banyak?

Apa yang dikatakannya tentang tumbuh-tumbuhan yang juga merasa riang dan duka, kita dengar dalam abad ini dari mulut seorang ahli botani kesohor J.C. Bose. Dan Bose menyatakan pendapatnya sebagai hasil pemeriksaan yang teliti. Siapa yang tak percaya, dipersilahkan datang ke India dan memeriksa sendiri dalam laboratoriumnya yang lengkap dengan perkakasnya.


3. LEUKIPPOS

Leukippos berasal dari Miletus. Ia murid dari Parmenides. Dan guru dari Demokritos. Sejarah hidupnya hampir tidak diketahui orang.
Leukippos tersebut sebagai pujangga yang pertama kali mengajarkan dari hal ATOM.
Atom asal dari perkataan Grik : a = tidak, dan toom = terbagi. Jadinya “atom” artinya tidak dapat dibagi lagi.

Menurut Leukippos, atom itu adalah benda yang sekecil-kecilnya, bagian yang penghabisan dari segala barang. Tiap-tiap benda terjadi daripada perhubungan atom itu. Karena sangat kecilnya atom itu tidak kelihatan. Tapi ia tetap ada, tidak hilang-hilang dan tidak berubah-ubah. Ia pun tidak terjadi, melainkan sudah ada sejak semulanya. Ia bergerak dengan tiada berhenti, atas kodratnya sendiri.

Kejadian dunia daripada perhubungan atom diterangkannya dengan memakai dua dasar : yang penuh dan yang kosong. Kedua dasar itu disamakan dengan “ada” dan “tidak ada” dalam filosof Elea. Itu dipakainya sebagai pengganti pengertian Elea yang gaib itu.
Atom itu dinamainya yang penuh. Betapa juga kecilnya, hingga tiada kelihatan, atom itu ada bertubuh. Dan segala barang yang bertubuh mengisi lapang. Di sebelah yang penuh itu terdapat yang kosong. Dari yang penuh dan yang kosong itulah terdiri alam ini.

Kedua-duanya mesti ada. Sebab kalau tak ada yang kosong, atom itu tidak bergerak. Yang kosong itu ialah syarat, supaya atom atom itu dapat bergerak, berhubung dan berpisah. Karena pergerakan dan perhubungan atom itu terjadilah barang-barang yang ada di alam ini.
Dalam perhubungan “yang penuh” dan “yang kosong” itu tampak perbedaan Leukippos dengan filosofi Elea. Orang Elea meniadakan yang kosong itu. Bagi Leukippos yang kosong itu ada.

Ada pula suatu peribahasa yang kesohor berasal dari Leukippos. “Tak ada yang terjadi dengan tiada bersebab, tetapi semuanya terjadi karena kemestian yang tertentu dan dibawah pengaruh hukum yang tertentu pula”.
Ucapan Leukippos ini sangat modern terdengar di telinga !


4. DEMOKRITOS

Demokritos dilahirkan di Abdera, sebuah kota di pantai Trasia, bagian Balkan. Ia hidup kira-kira di tahun 460 – 360 sebelum Masehi. Ia tersebut sebagai seorang ahli ilmu alam yang berpengetahuan luas. Buku-buku yang dikarangnya banyak sekali jumlahnya, dan isi karangannya mengenai berbagai cabang ilmu: ilmu alam, ilmu tumbuh-tumbuhan, ilmu tabib, hal ihwal perang, etik dan banyak lagi.
Ia sendiri berkata bahwa ia lebih suka mengupas suatu soal matematik daripada menjadi raja Persia.

Sepadan dengan pendapat guunya, Leukipoos, alam ini bagi Demokritos tak lain daripada atom dan gerakannya. Atom itu tak bermula dan tak berakhir, ada selama-lamanya. Jumlahnya banyak atom itu adalah benda yang bertubuh, sekalipun sangat halus tubuhnya itu. Di antara atom yang banyak itu terdapat lapang yang kosong tempat atom itu bergerak.
Untuk menyatakan, bahwa ada lapang yang kosong, Demokritos mengemukakan 4 fasal :

1. Pergerakan berkehendak akan lapang yang kosong, sebab yang penuh tak dapat lagi memuat yang lain di dalamnya.

2. Suatu barang bisa jadi kembang atau padat, jika ada lapang yang kosong di antaranya.

3. Hidup dari kecil jadi besar tersebab karena makanan dapat masuk ke dalam lapang yang kosong dalam badan.

4. Jikalau dimasukkan abu dalam sebuah gelas yang berisi air, melimpahlah sebagian air itu. Tetapi air yang terbuang itu tidak sebanyak muatan ruang yang berisi abu itu. Ini suatu tanda, bahwa ada lapang yang kosong dalam suatu barang yang dimasuki oleh barang yang lain.

Atom dan lapang yang kosong adalah dua sendi bagi keterangan Demokritos tentang alam ini. Tetapi ia sendiri merasa bahwa keteranganya belum sempurna. Keterangannya itu menimbulkan suatu kesukaran soal, yang dapat ia menyelesaikannya.
Jika atom itu dipandang sebagai benda, ia mempunyai tubuh, betapa juga kecilnya. Tiap-tiap yang bertubuh masih dapat dibagi, sekalipun pembagian itu dilakukan dalam pikiran saja. Dan sebuah benda yang masih dapat dibagi, belumlah jadi bagian yang penghabisan, atom.

Demokritos sependapat dengan Herakleitos, bahwa anasir yang utama adalah api. Api itulah yang paling sempurna dan paling mudah bergeraknya. Ia terdiri daripada atom yang sangat halus, licin dan bulat. Ialah yang jadi dasar bergerak dalam segala yang hidup. Atom api itu adalah jiwa.
Jiwa itu tersebar seluruh badan kita. Diantara tiap-tiap dua atom terdapat atom jiwa, inilah yang menjadi sebab bergerak. Dalam tiap anggota tubuh kita atom jiwa itu mempunyai jabatan yang tertentu. Begitulah otak tempat pikiran, jantung tempat amarah, hati tempat cinta atau keinginan.

Waktu menarik napas, kita tarik atom jiwa dari udara, dan waktu menghembuskan napas, kita tolak ia keluar. Kita hidup hanya selama kita bernapas.
Demikianlah Demokritos memudahkan soal jiwa sebagai soal gerakan atom saja. Alam pandanganya tak lain daripada atom dan lapang yang kosong.
Juga penglihatan, perasaan dan tujuan timbul dari gerakan atom itu.

Demokritos adalah filosof yang penghabisan daripada filofi alam. Ajarannya menyudahi pandangan kearah alam besar. Dalam pada itu ia boleh dipandang sebagai orang yang berdiri di batas. Dengan dia bermula pandangan baru, pandangan kedalam alam etik, soal tertib sopan. Dia yang bermula mengupas soal ini, dan filosofi sesudahnya meletakan soal itu ditengah-tengah.
Tetapi paham etik Demokritos masih terpaut kepada pandangannya tentang alam, terlepas sama sakali dari pengaruh rasa perasaan. Cita-cita agama yang menjadi semangat filosofi Empedokles dan Anaxagoras, tidak ada padanya. Etiknya semata-mata bersifat rasionalis, menurut akal saja.

*****

Jikalau dierhatikan jalan filosof alam yang kemudian ini, sejak dari Empedokles sampai ke Demokritos, tampak perubahan pandangan yang bukan sedikit.
Semuanya mencari barang yang asal kepada benda. Dunia tersusun daripada benda dan gerakannya, percampurannya dan perpisahannya. Tetapi dalam keterangan tentang gerakan benda itu timbul perbadaan paham seperti siang dengan malam.

Empedokles dan Anaxagoras memakai dasar dualisme, dua keterangan, tentang kejadian alam. Alam terdiri dari pada anasir yang asal, tetapi anasir itu bergerak karena kemuan dari luar. Di sebelah benda yang menjadi bahan ada semangat yang mengatur. Paham mereka terpengaruh oleh pandangan keagamaan. Ada yang menjadikan alam ini.

Pandangan agama itu lenyap sama sekali dari keterangan Leukippos dan Demokritos. Bagi mereka alam tersusun daripada benda yang bergerak sendiri. Keterangan mereka memakai dasar monisme, mengemukakan sebab satu saja. Pandangan hidup mereka semata-mata bersifat materialisme. Filosofi dalam tangan mereka menjadi dasar keterangan ilmu.

Dalam pandangan Demokritos yang mengatakan penglihatan itu bersifat subyektif, tampak pengaruh ajaran sofisme, yang mulai muncul di waktu itu. Sofisme meniadakan pengetahuan obyektif, yang sah buat umum.
Aliran sofisme ini dipersoalkan dalam jilid yang kedua sebagai pendahuluan kepada filosofi klasik.


Kesimpulan yang dapat kita tarik dari buku alam pikiran Yunani jilid pertama ini adalah sebuah pertanyaan besar : “Benarkah sang filosof itu mendapatkan bahan baku untuk berpikir sampai hal yang dalam pada saat itu dari hanya memandang alam sebagai obyeknya atau ada gagasan yang telah diselewengkan dari ajaran Allah kepada Nabi-Nabi terdahulu seperti nabi Musa di Mesir dan Palestina.

Sebagaimana kita baca pada awal buku ini, bahwa Thales adalah Bapak filsafat Yunani yang menelorkan banyak filosof setelah dia. Sejarah hidupnya Thales sering berlayar untuk berdagang ke negeri Mesir. Sebagaimana kita ketahui bahwa di Mesir bagaimanapun menyimpan sejarah Nabi Yusuf berhasil di Mesair, Nabi Musa juga di Mesir, sehingga Thales mengatakan bahwa asal mula semua itu dari air sepertinya hasil nyolong dari Ajaran Nabi-Nabi saat itu yang isinya sama dengan Al-Qur’an menurut Sunnah Rasul Muhammad SAW.

Jadi jangan terpesona dengan cara berpikir mereka, tetapi bacalah semua itu karena alam pikiran Yunani ini, adalah cikal bakal bahan baku menjadi Helenisme yang kemudian diaduk oleh Zionisme dengan sisa-sisa ajaran Nabi Isa ibnu Maryam menjadi Theologi Kristen dan krmudian diramu lagi dengan ajaran Islamisme menghasilkan Tauhid.

Filsafat adalah cara manusia berpikir sampai tiada batasnya, dalam study Al-Qur’an menurut Sunnah Rasul menjadi tantangan yang harus ada jawabannya dalam Al-Qur’an khususnya tentang asalmuasal alam semesta, asal muasal manusia, hewan atau makhluk organic, asal muasal makhluk Gaya uyaitu Malaikat dan Jin yang tidak penah menjadi bahan pemikiran para filosof Yunani tersebut.

Untuk itu perlu disempurnakan Atrapologi Al-Qur’an dan Kosmologi AlQur’an sebagai jawaban terhadap apa yang telah menjadi pusaka peradaban abad ke duapuluh satu ini.
Demikianlah Alam pikiran Yunani jilid pertama, yang ditulis oleh Bung Hatta ketika beliau ada di Banda Neira, sebuah Kepulauan nan indah namun dijadikan tempat pembuangan oleh Bangsa Belanda terhadap Pahlawan-Pahlawan Indonesia seperti : Bung Hatta, Bung Syahris, Cipto Mangunkusumo dan lain-lain.

Semoga apa yang ditulis oleh Bung Hata ini bermanfaat bagi bahan study putra-putri Indonesia yang tidak mau menjadi katak dibawah tempurung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar