Jumat, 09 September 2011

SISTEMATIK ILMU


oleh Bruce Lee Panjaitan Sinaga pada 07 Februari 2011 jam 10:49
SISTEMATIK ILMU

Selasa, 08 Juni 2010
SISTEMATIK ILMU
Sistem, berasal dari bahasa Inggris : system , yang berarti : sistem, susunan, cara. dan : systematic, berarti sistematis, secara teratur. Sedangkan systemic, artinya : yang berhubungan dengan suatu system atau susunan yang teratur.

Nilai ilmu yang kedua adalah sistematik, artinya susunan keterangan ilmu itu harus teratur, tidak asal jadi sehingga keterangan ilmu itu dapat menyampaikan satu pesan yang utuh tentang apa yang akan disampaikan.

Sebenarnya manusia yang tidak mengenal pendidikan formalpun sudah malakukan kebiasaan sistematik, hanya mereka tidak mengetahui jika apa yang mereka perbuat itu adalah suatu pekerjaan yang sistemik.

Dalam pengalaman hidup, seorang tukang buah juga sebenarnya sudah melakukan pekerjaan yang sistemik, misalnya tukang jual buah mangga, dia kumpulkan mangga yang besar menjadi sekelompok dan dijual dengan harga tertentu, sedangkan buah mangga yang sedang dikelompokkan menjadi sekelompok juga dan dijual dengan harga yang lebih murah, dan buah mangga yang kecil-kecil dipisahkan dan dijual dengan harga termurah.
Pekerjaan tukang mangga ini sebenarnya sudah sistematis, tapi jika kita bilang : “Abang jual mangga sistematis bangat”, dia tidak mengerti ucapan kita itu.

Peter R Senn dalam Struktur Ilmu berkata :
Klasifikasi, pemberian nama dan penataan sifat-sifat tetentu, merupakan bagian yang terpenting dari bagaimana caranya para ilmuan melakukan pengamatan dan diskripsi.
Ahli ilmu social menghadapi masalah yang rumit dalam klasifikasi karena banyak hal yang pokok dalam bidang penelitiannya, yakni manusia dan masyarakat, ternyata telah mempunyai nama dan klasifikasi secara umum dalam bahasa sehari-sehari.

Rudolf Carnap : Beberapa Konsep dalam ilmu Klasifikasi, Perbandingan dan Peluang.
Konsep ilmu, seperti juga konsep dalam semua kehidupan kita sehari-hari, dapat dibagi kedalam tiga golongan yakni : Klasifikasi, Perbandingan dan Kuantitatif.
Konsep Klasifikasi adalah suatu konsep yang meletakkan obyek yang sedang ditelaah, dalam suatu klas tertentu.

Ketiga konsep ini hanya berbeda dalam jumlah keterangan, yang diberikan kepada kita mengenai suatu obyek yang dimaksud.
Klasifikasi adalah konsep paling dikenal oleh kita semua. Kata-kata yang paling pertama sekali dipelajari anak-anak seperti : anjing, kucing, ayam, rumah, pohon pada dasarnya adalah klasifikasi.

Konsep yang lebih efektif dalam memberikan informasi adalah konsep perbandingan (komperatif). Konsep ini berperan sebagai perantara antara konsep Klasifikasi dan konsep Kuantitatif. Sebuah konsep klasifikasi, seperti “ panas” atau “dingin”, hanyalah menempatkan obyek tertentu dalam sebuah kelas. Suatu konsep perbandingan seperti “lebih panas” atau “lebih dingin” mengemukakan hubungan mengenai obyek tersebut dalam norma yang mencakup pengertian lebih atau kurang, dibandingkan dengan obyek lain.

Jauh sebelum Ilmu mengembangkan konsep temperature yang dapat diukur, waktu itu kita sudah dapat mengatakan “Obyek ini lebih panas jika dibandingkan obyek yang itu”. Konsep seperti ini mempunyai kegunaan yang sangat banyak.

Tiap konsep kuantitatif mempunyai pasangan yang berhubungan dengan konsep komperatif, di mana, dalam perkembangan sebuah bidang keilmuan, biasanya berfungsi sebagai langkah pertama terhadap kuantitatif. Didalam contoh konsep perbandingan tentang “ kurang berat” dan “sama berat” dengan mudah akan membawa kita kepada konsep tentang berat, yang dapat diukur dan diekspresikan dengan bilangan.

Perlu diperhatikan tentang pendapat dari para ahli filsafat, yang mengatakan bahwa terdapat dua hakekat dalam alam ini, yakni kuantitatif dan kualitatif.
Jika kita melihat alam, kita tak dapat bertanya : “Apakah gejala yang saya lihat ini kualitatif atau kuantitatif” Ini bukanlah pertanyaan yang tepat.
Kita akan membatasi pengkajian kita terhadap konsep kuantitatif, karena konsep ini adalah merupakan konsep spesialisasi dari konsep Klasifikasi dan Komperatif.

KLASIFIKASI DAN SPESIALISASI

Mari kita kembali kepada pokok persoalan Sistematik Ilmu, yaitu Klasifikasi dan Spesialisasi.
Kita sudah mempelajari bahwa Klasifikasi adalah penggolongan sejenis sesuatu obyek menjadi satu klas, lalu bagaimana dengan penegertian Spesialisasi.

Untuk memberikan contoh yang lebih jelas, maka merilah kita ambil satu contoh dalam kehidupan sehari-hari kita yaitu Sarjana. Sarjana strata satu dalam bidang kedokteran diklasifikasi menjadi klas dokter. Jadi Klas dokter adalah spesialisasi dari klas Sarjana. Klas Sarjana ada banyak macamnya, ada Sarjana Komputer, ada Sarjana Hukum, ada Sarjana Pertanian dan sebagainya.

Dilihat dari Klas Sarjana, maka Dokter adalah spesialisasi dari klas Sarjana. Sarjana Hukum adalah spesialisasi dari klas sarjana dan sebagainya.
Jadi setiap Klasifikasi dapat dispesialisasi tetapi spesialisasi belum tentu bisa di spesialisasi. Jelasnya, jika disebut Klasifikasi, berarti terdiri dari beberapa spesialisasi, tapi kalau spesialisasi bisa menjadi klasifikasi tapi juga bisa tidak mungkin menjadi klasifikasi.

Contohnya begini : dokter sebagai spesialisasi dari klas Sarjana, bisa menjadi klasifikasi dokter yang spesialisasinya terdiri dari : dokter gigi, dokter hewan. dokter kandungan dan lain sebagainya..
Spesialisasi bisa menjadi klasifikasi, tapi pada akhirnya spesialisasi terakhir tidak bisa menjadi klasifikasi lagi.
Misalnya dokter gigi, bisa dispesialisasi menjadi dr gigi dan dr gusi umpamanya, tapi nanti sudah tidak mungkin lagi dispesialisasi jika tidak ada lagi memang yang harus dispesialisasi.

Demikianlah pengertian Klasifikasi dan Spesialisasi adalah sangat penting sekali terutama dala memahami Sistematik Ilmu yaitu sistematik Al-Qur’an, karena hanya Al-Qur’an saja yang pertama kali menggunakan istilah ilmu.
Bangsa Indonesia mengambil istilah Ilmu, tapi untuk memahami science sehingga pengertian ilmu menjadi kacau balau jika kita mengajukan bukti bahwa Ilmu itu berasal dari Al-Qur’an.

Ilmu itu adalah sebenarnya merupakan ajaran Allah, sedangkan Science itu merupakan usaha manusia untuk memahami alam ini. Methode science berbeda dengan metode Ilmu dari Al-Qur’an, begitu juga sistematiknya. Methode Al-Qur’an adalah methode Nur dan Sistematik Al-Qur’an juga Sistematik Nur menurut Sunnah Rasul.

Konsep dasar dalam dunia ilmiyah adalah jika sebuah karangan ilmiyah maka karangan atau buku tersebut wajib disusun secara sistematis. Dalam karang ilmiyah maupun makalah atau buku atau skripsi , tesis dan desertasi, uraian harus fokus pada :

Pandangan umum atau Introduction.
Dalam pandangan umum ini, dikemukakan hal-hal pokok yang menjadi dasar pembahasan suatu obyek yang dibicarakan secara umum.

Uraian atau chapter.
Uraian obyek yang dibicarakan harus jelas mulai diurai secara terperinci dalam bab demi bab yang diberi judul, guna menyampaikan pesan tentang uraian terhadap isi dari pandangan umum.
Lampiran kepustakaan juga dapat ditempatkan pada uraian bab demi bab sehingga uraian sesuai dengan methodology dalam bidangnya masing-masing.

Kesimpulan atau Summary
Dalam kesimpulan atau bab kesimpulan, disimpulkan oleh penulis atau peneliti, tentang obyek yang dibicarakan. Biasanya penulis akan memberi ruang kepada masyarakat umum untuk mengoreksi apa yang telah dia simpulkan tersebut, memberikan jalan keluar dan saran-saran dari penulis untuk kemajuan keilmuan dimaksud.

Demikianlah garis besar dari sebuah karya ilmiyah, untuk membedakan bahwa makalah atau karangan ilmiyah tersebut adalah termasuk non fiksi alias bukan dongeng.

Menjadi pertanyaan penting diabad ini, jikalau benar Al-Qur’an itu adalah satu Ilmu, apakah ada Sistematik yang seperti tersebut diatas ?
Selama ini banyak orang yang yang menganggap Al-Qur’an itu adalah satu kitab yang tidak perlu di ilmiyah-ilmiyahkan, karena memang isinya sudah benar semua, ini tentunya pandangan dari umat Islam.

Tapi tahukah kawan, bahwa rahasia ilmu yang sekarang ini seakan-akan hasil peradaban barat ternyata adalah hasil copy paste dengan menghilangkan sumber aslinya dari ajaran Allah semuanya? Tahukah kawan bahwa Allah jualah dengan melalui Al-Qur’an yang pertama kali mengajarkan sistematik kepada manusia hanya dengan istilah atau bahasa yang tidak dipahami manusia ialah dengan bahasa Nur yaitu Fashshala dan Sharrafa. Mari kita mulai membuka Sistematik Al-Qur’an menurut Sunnah Rasul atau Sistematik Nur..

SISTEMATIK AL-QUR’AN

Untuk memahami Sistematik Al-Qur’an, secara utuh, .kita ambil dari buku stensilan “Idul Fithri kembali hidup menurut Sistem Zakat” yang disusun oleh Muhammad Isa B. sebagai berikut :

Istilah Sistematika, asalnya “system” yang artinya “the arrangemen of the body of the problem” ialah : “susunan persoalan didalam satu keseluruhan”, menjadi kita maksudkan disini ialah susunan pengertian/keterangan didalam satu keseluruhan yang bulat. Berbeda dengan methode Al-Qur’an yang sasarannya bentuk berpikir Al-Qur’an, maka sistematik al-Qur’an sasarannya adalah kepada “susunan Ilmu” atau susunan Al-Qur’an seumumnya.

Oleh karena didalam bahasa Indonesia tidak ada istilahnya, maka kita pinjam dari bahasa asing yaitu system. Istilah “ka” adalah singkatan dari “logika” menjadi Sistematika” Al-Qur’an ialah klasifikasi dan spesialisasi ayat-ayat Al-Qur’an yang membicarakan susunan Al-Qur’an seumumnya di dalam satu keseluruhan yang bulat.

Persoalan pokok “sistematik” didalam kerja ilmiyah, ialah klasifikasi dan spesialisasi.
Klasifikasi ialah penggolongan bagian-bagian pengertian/keterangan menjadi satu ikatan sejenis, yakni sebagai terjemahan dari FASHSHALA.

Dalam surat Al-A’raf ayat 52 Allah mengajarkan Klasifikasi dengan istilah FASHSHALA sebagai berikut :

WALAQAD JI’NAA HUM BIKITAABIN FASHALNAAHU ‘ALAA ‘ILMIN HUDAN WA RAHMATAN LIQAUMIN YU’MINUUN
“Dan sungguh sebanarnya KAMI telah datangkan kepada mereka yang hidup Dzulumat menurut Sunnah Syayathin itu satu ajaran yang telah dibukukan menjadi satu kitab menurut Sunnah Rasul ini, yang KAMI klasifikasikan yang demikian atas berbagai cabang Ilmu, menjadi satu pedoman hidup yakni satu kehidupan saling memastikan kasih sayang bagi golongan yang hidup berpandangan dan bersikap demikian dalam keadaan apapun”.


Sebaliknya “spesialisasi” ialah pemecahan sesuatu menjadi jurusan atau bagian-bagian khusus, yakni sebagai terjemahan dari SHARRAFA
Dalam surat Kahfi ayat 54, Allah mengajarkan Spesialisasi dengan istilah SHARRAFA sebagai berikut :

WALAQAD SHARAFNAA FII HAADHAL QURAANA LIN-NAASI MIN KULLI MATSALIN, WAKAANAL INSAANU AKTSARA SYAI-IN JADALAA
“Dan sungguh sebenarnya KAMI (Allah) telah meng-spesialisasikan Al-Qur’an menurut Sunnah Rasul ini menjadi demikian menurut berbagai ungkapan guna kehidupan manusia, tapi sayang adalah manusia, atas permainan Dzulumat menurut Sunah Syayathin, dalam banyak hal adalah tukang seletuk belaka”

Waspada benar bahwa setiap klasifikasi adalah spesialisasi tetapi spesialisasi bukan klasifikasi.

SISTEMATIK SURAT

Yang dimaksud Sistematik Surat ialah klasifikasi dan spesialisasi ayat-ayat Al-Qur’an menjadi satu ikatan dalam setiap surat.
Surat Nur ayat 1 menerangkan sistematik surat demikian:

SURATUN ANZALNAAHAA WA FARADHNAAHAA WA ANZALNAA FIIHAA AAYAATIN BAYYINAATIN LA’AL-LAKUM TAZHAKKARUUN
“Klasifikasi dan spesialisasi Al-Qur’an menurut Sunnah Rasul ini menjadi satu kitab adalah KAMI yang menurunkan menjadi demikian yaitu KAMI (Allah) yang menetapkan menjadi sistematik ayat (susunan ayat dalam satu rangkaian yang saling menjelaskan sesamanya), semoga kalian sudi menyadarkan diri mnjadi satu kehidupan agung”.

Kumpulan surat-surat dalam Al-Qur’an yang berjumlah 114 surat pada akhirnya menjadi sebuah buku atau kitab, maka dinamakan sistematik buku. Sedangkan surat itu sendiri masing-masingnya terlepas dari satu buku, merupakan susunan ayat yang saling menjelaskan dinamakan sistematik ayat.

SISTEMATIK AYAT

Selanjutnya, oleh karena turunnya Al-Qur’an dimulai dengan sistematik Nuzul, maka sudah dapat dipastikan bahwa yang pertama sekali Allah mengajarkan adalah Sistematik ayat.

Dimaksud dengan Sistematik ayat, ialah klsaifikasi dan spesialisasi ayat-ayat Al-Qur’an dalam satu Surat yang terdiri dari ayat inti, ayat penjelasan dan ayat kesimpulan dalam surat tersebut.

Sistematik ayat ialah klasifikasi dan spesialisasi ayat-ayat Al-Qur’an dalam satu ikatan surat yang terdiri dari :

Ayat inti
Ayat-ayat penjelasan
Ayat kesimpulan

Kita ambil contoh yang mudah untuk dipahami misalnya surat Al-Qaariah.

1. ALQAARIAH
Istilah Al-Qaariah

Ini adalah ayat 1 merupakan ayat inti dari surat Al-Qaariah, yaitu satu istilah Alqaariah. Apakah sudah bisa diterjemahkan? Belum bisa, kecuali kalau diangap Al-Qur’an ini bahasa Arab maka lalu dilihat didalam kamus bahasa Arab apa artinya Al-Qaariah diterjemahkan sama dengan : Hari Kiyamat ? Sedangkan pengertian hari Kiamat, yaitu hari dihancurkannya alam ini oleh Allah…sehingga memberikan pengertian yang tidak jelas dimana fungsi Al-Qur’an ini sebagai petunjuk. Oleh karena itu ayat 1 dialih bahasakan dengan : tidak diterjemahkan arti kata al-Qaariah .

2. MAL QAARIAH
Apa gerangan dengan istilah Alqaariah ?

Allah membuka pewrtanyaan apa yang dimaksud dengan Al-Qaariah ? Kalau untuk yang gatal mulutnya langsung sok tau dengan memberi jawaban tentang Al-Qaariah artinya : Hari Qiamat !

3. WAMAA ADRAAKA MAL QAARIAH
Tahukah kamu apa gerangan istilah Al-Qaariah?

Diulang pertanyaan ini untuk mangajar manusia agar jangan menjawab kecuali mengikuti saja jawaban dari Allah. Jika ada yang menjawab maka batallah posisinya sebagai abdi Allah, yang menjawab, berbicara menurut yang diajarkan Allah adalah Nur menurut Sunnah Rasul dan bukan subyektifnya sendiri.

4. YAUMA YAKUUNUN NAASU KAL FARAASYIL MABTSUTS
Peredaran hidup kedalam satu kesudahan dimana manusia bagaikan anai-anai yang mengitari sinar lampu.

5. WATAKUUNUL JIBAALU KAL ‘IHNIL MANFUUSY
Yaitu ujud kehidupan dimana gunung demi gunung hancur berhambur seperti debu.

6. FA AMMAA MAN TSAQULAT MAWAAZIINUHU
Maka bagi mereka-mereka yang hidup tepat dengan tanggapan Nur menurut Sunnah Rasul,

7. FA HUWA FII ‘IISYATIR RAADHIYAH
Maka ujud kehidupannya itu akan berkesudahan kedalam satu kehidupan yang serba kepuasan.

8. WA AMMA MAN KHAFFAT MAWAAZIINUHUU
Dan untuk mereka-mereka yang hidup timpang yaitu Dzulumat dan atau aduk-adukan menurut Sunnah Syaithan

9. FA UMMUHUU HAAWIYAH
Maka ujud kehidupannya itu akan berkesudahan kedalam Hawiyah

10. WA MAA ADRAAKA MA HIYA
Dan tahukah kamu apa gerangan istilah “Haawiyah”?

11. NAARUN HAAMIYAH
Laknat Allah yakni Dzulumat menurut Sunnah Syayathin yang memusnah !

Jadi apa itu Al-Qaariah ? Semua keterangan mulai dari ayat 2 sampai ayat 11 Surat itu memberikan makna apa itu Al-Qaariah. Sedangkan jika diterjemahkan dengan kiamat, maka dua nilai yang mau ditekankan yaitu Nur dan Dzulumat, dengan istilah : RAADHIYAH untuk Nur dan HAAWIYAH untuk Dzulumat tidak tergambar, yang tergambar hanyalah kehancuran alam semesta saja.

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa surat yang terpendek dalam Al-Qur’an adalah tiga ayat, ini membuktikan kebenaran bahwa semua surat dalam Al-Qur’an itu adalah sistematis.
Kita ambil contoh surat terpendek yang berisi tiga ayat yaitu : AL -KAUTSAR

Surat AL-KAUTSAR

1. INNAA A’THAINAA KAL-KAUTSAR
Sesungguhnya Kami.Allah, telah telah memberikan kepada kamu (Muhammad) ini Nur yakni Al-Qur’an menurut Sunnah Rasul yang dapat mengujudkan kehidupan Hasanah.

Ini adalah ayat inti.

2. FASHALLI LIRABBIKA WAN HAR
Maka lakukanlah Shalat (satu pembinaan iman), dan berkorbanlah ( Jiwa dan Hartamu menjadi milik Allah)

Ini adalah ayat penjelasan atau uraian

INNAA SYAANIAKA HUWAL ABTAR
Sesungguhnya yang menantang Nur menurut Sunnah Rasul adalah orang yang hidup pecah belah.

Dan ini adalah ayat kesimpulan.

Jadi setiap Allah menguraikan yang Nur menurut Sunnah Rasul maka tergambarlah dalam surat itu juga ayat tentang Dzulumat menurut Sunnah Syayatin. Selalu Najdain, selalu dua pangan konsep kehidupan yaitu Nur dan Dzulumat, Nur menurut Sunnah Rasul akan berakibat kehidupan menjadi mulia di dunia maupun akhirat nanti tapi jika memilih Dzulumat menurut Sunnah Syayathin maka akibatnya huru-hara di dunia dan akan mendapatkan kebangkitan Nar di akhirat nanti.


SISTEMATIK BUKU

Dimaksud dengan sistematik buku ialah klasifikasi dan spesialisasi surat yang tersusun secara teratur menjadi sebuah buku.
Sistematik Buku ini ada setelah seluruh ayat Al-Qur’an diturunkan dan disusun berdasar perintah Allah, sehingga susunannya seperti yang ada sekarang ini.

Surat Al-Fatihah adalah Pandangan Umum.
Menetapkan Al-Fatihah sebagai Pandangan umum bukan bisanya kita sendiri, tetapi berdasarkan hadits Nabi yang mengatakan bahwa Al-Fatihah adalah Ummul kitab atau induk dari Al-Kitab sama dengan Pandangan Umum. Sebenarnya isi Al-Qur’an itu hanyalah 7 ayat yang ada di surat Al-Fatihah, tapi itu secara umum, diperlukan uraian dan pembuktiannya sehingga semuanya itu ada pada surat-surat panjang.

Surat-surat panjang adalah Uraian.
Dimaksud dengan surat-surat panjang disini memang tidak ada batasan yang jelas tentang isi ayat-ayatnya, tetapi semua surat yang bukan surat kesimpulan maka dia termasuk surat panjang. Semua surat yang isinya terdapat Sunnah Rasul atau pembuktian dari berbagai Sunnah Rasul maupun Sunnah Syayathin maka dia masuk surat panjang.

Surat-surat pendek adalah kesimpulan.
Untuk surat kesimpulan ini dengan tegas Nabi mengatakan : Kul-Yaa ayyuhal Kaafirun mengimbangi seperempat isi Al-Qur’an sedangkan Qul Huwallaahu ahad mengimbangi sepertiga isi Al-Qur’an.
Dalam satu riwayat Nabi memerintahkan kepada Isteri beliau Aisyah untuk membaca Al-Qur’an ketika akan tidur, Aisyah mengatakan terlalu panjang Ya Rasulullah, maka Nabi memintanya membaca Qul-Huwallahu Ahad tiga kali yang nilainya sama dengan satu Al-Qur’an.

Dengan demikian jelaslah sudah bahwa Al-Qur’an ini adalah sebuah Kitab yang sangat sistematik.
Selanjutnya bagaimana dengan arti yang diambil dari Kamus Arab, padahal Al-Qur’an turun dari Allah, mana mungkin artinya diambil dari manusia.

Berdasarkan petunjuk Aayatin bayyinaat yaitu ayat yang saling menjelaskan maknanya maka disusunlah Sistematik umum.

SISTEMATIK UMUM

Dimaksud dengan sistematik umum, ialah klasifikasi dan spesialisasi ayat-ayat Al-Qur’an yang saling menjelaskan satu terhadap yang lainnya, yang tidak terikat dalam satu ikatan surat.
Cara kerja sistematik umum ini adalah berdasarkan kepada nilai Nur atau nilai Dzulumat, artinya ayat-ayat Nur dijelaskan dengan ayat-ayat Nur, dan ayat-ayat Dzulumat juga dijelaskan dengan ayat-ayat Dzulumat.

Sistematik umum ini dapat kita lihat penjelasannya dalam Al-Qur’an diantara lain surat Ankabut ayat 49 :

BAL HUWA AAYAATUN BAYYINAATUN FII SHUDUURIL LAZHIINA UUTUL ‘ILMA WA MAA YAJHADUU BI AAYAATINAA ILLAADH DZAALIMUUN
“Bahkan yang demikian, Al-Qur’an menurut Sunnah rasul ini, satu klasifikasi dan spesialisasi ayat-ayat dalam ikatan (AlQur’an) yang saling menjelaskan sesamanya adalah menjadi isi hati mereka yang telah pernah mendapat satu ilmu menurut Sunnah Rasul-Rasul terdahulu, maka tidak ada yang membangkang terhadap pembuktian-pembuktian Kami menurut Sunnah Rasul ini kecuali pendukung Dzulumat menurut Sunnah Syayathin apapun !”.

Demikianlah diterjemahkan “ayaatin bayyinatin” menjadi berarti sistematik umum ialah berdasar hadits yang menegaskan demikian :

AL-QURAANU YUFASIRU BA’DHUHU BA’DHAN
“Al-Qur’an menurut Sunnah Rasul saling menjelaskan dari sebagian oleh bagian lainnya”.

Sistematik umum ini terbagi menjadi : Kamus Umum Al-Qur’an, Insiklopedi Al-Qur’an dan Penafsiran Umum Al-Qur'an.

KAMUS UMUM AL-QUR’AN

Dimaksud dengan Kamus umum Al-Qur’an yaitu setiap kata yang ada dalam Al-Qur’an disusun menjadi kamus yang bernilai ganda yaitu Nur dan atau Dzulumat.
Parsamaan dengan kamus Arab boleh jadi pada sebutan sama, tapi mempunyai makna dan sudut memandang yang berbeda.

Contoh : dalam kamus Arab dikatakan ANAA artinya saya. (mutakallim wahdah)
Apakah didalam Al-Qur’an mempunyai arti yang sama dengan kamus Arab ? Kelihatannya sama tapi sebenarnya berbeda dalam sudut memandangnya.

ANAA mempunyai arti yang berbeda-beda tergantung dari siapa yang berbicara. Jika ANAA adalah ucapan Iblis, Misalnya :

ANAA KHAIRUN MINHU
Saya lebih baik dari dia (Adam)

maka artinya sama dengan kamus Arab yang berarti saya ( sebagai subyek).
Tetapi jika yang berbicara itu adalah Mukmin : misalnya dalam shalat :

WA ANAA MINAL MUSLIMIIN
Dan saya dengan Al-Qur’an menurut Sunnah Rasul ini adalah orang yang berharap hidup dengan Islam satu-satunya penataan agung.

Disini ANAA sebagai abdi Allah, bukan sebagai Subyek.
Jika demikian maka semua kata di dalam Al-Qur’an harus dilihat dari sudut memandang yang berbicara, yaitu dalam jalur Nur ataukah jalur Dzulumat, sehingga dalam kata yang sama mempunyai arti dan wawasan yang berbeda.

INSIKLOPEDI AL-QUR’AN

Dimaksud dengan insiklopedi Al-Qur’an ialah klasifikasi dan spesialisasi ayat-ayat Al-Qur’an untuk memecahkan istilah khusus menurut Al-Qur’an yang artinya hanya kalangan terbatas saja yang memahami dan berbeda dengan arti secara umum.
Tiap-tiap cabang ilmu dalam Al-Qur’an tentunya mempunyai istilah khusus tesendiri yang harus disusun dalam insiklopedi Al-Qur’an.

Contoh yang pupuler adalah pengertian DARAJAT, yang oleh umum diartikan sama dengan tingkat.
Misalnya seorang yang baru naik pangkat, maka masyarakat akan mengatakan derajatnya naik setingkat.

Para ulama juga mengajarkan bahwa Surga itu bertingkat-tingkat, gambarannya seperti Hotel bintang lima, kalau yang klas para Nabi di tingkat paling atas, kemudian klas para sahabat Nabi, terus klas para Ulama dan yang terakhir klas orang biasa yang telah diampuni kesalahannya dan mendapat syafaat Nabi.

Jannah yang kata Allah tidak ada satu manusiapun yang dapat menggambarkan kehidupan dalam Jannah itu, ternyata sekarang ini sudah diajarkan Jannah atau diterjemahkan Surga itu seperti Hotel bintang lima.

Ternyata istilah yang sama juga dipergunakan dalam lingkungan Pasti Alam yang artinya DARAJAT ialah : Jari-jari yang tergantung pada lingkaran 360 derajat.
Sehingga kemanapun posisi, maka hasilnya sama dan bukan dalam pengertian Tingkat seperti pengertian umum itu.

PENAFSIRAN UMUM AL-QUR’AN

Yang dimaksud dengan Penafsiran Umum Al-Qur’an ialah klasifikasi dan spesialisasi ayat-ayat Al-Qur’an yang terlepas dari susunan surat dan disusun menurut satu judul.

Kita mengetahui bahwa Nabi Muhammad SAW, setiap Jum’at menyusun khutbah Jum’at dengan mengambil ayat-ayat Al-Qur’an yang terlepas dari surat dan disusun sesuai judul yang akan disampaikan.

Olah karena ada contohnya, maka Penafsiran secara umum Al-Qur’an ini dapat disusun menjadi berbagai judul sesuai dengan petunjuk Allah dalam Al-Qur’an.
Misalnya masalah Iman, maka dapat disusun Sistematik Iman, yaitu klasifikasi dan spesialisasi ayat-ayat Al-Qur’an yang membicarakan Iman, baik sebagai teori maupun sebagai pembuktian dari para Rasul terdahulu sejak Nabi Adam sampai dengan Nabi Muahmad SAW.

Bagi yang mau menysusun tantang jalannya kesadaran manusia, maka dapat pula disusun Psicologi Al-Qur’an yaitu klasifikasi dan spesialisasi Al-Qur’an yang membicarakan jalannya kesadaran manusia seumumnya, baik yang Mukmin maupun yang Kufur atau yang Jahiliyah.

Untuk yang ingin mengetahui keterangan Allah terhadap Pasti Alam, dapat pula disusun satu cabang ilmu yang diberi judul : Al-Qur’an satu Pasti Alam, yaitu klasifikasi dan spesialisasi ayat-ayat Al-Qur’an tentang kenyataan alam semesta ini yang tergantung dari kepastiannya Allah dan sebagainya.

Tentang Kebudayaan, tantang Hukum, tentang Ekonomi, tentang ilmu-ilmu social lainnya maka semuanya harus disusun berdasar Klasifikasi dan Spesialisasi ayat-ayat Al-Qur’an tentang bidang studi yang dimaksud.

KESIMPULAN

Setelah pembahasan Sistematik Al-Qur’an ini kita baca kembali, maka tentunya masih ada persoalan yang tersisa dalam hati sanubari kita ialah : “Jikalau benar Al-Qur’an ini satu ilmu, kenapa ummat Islam tidak mampu membuat pesawat-pesawat ruang angkasa, kenapa teknologi justru dikuasai oleh yang bukan umat Islam?”.

Pertanyaan yang bagus, disini ada dua masalah besar tentang teknologi ini, :

1. Doa Nabi Sulaiman agar ummat setelah beliau hendaknya jangan lagi diberi kemampuan teknologi yang seperti ini, mereka akan membuat kerusakan dimuka bumi. Oleh karena ini adalah do’a Nabi Sulaiman, maka Nabi Muhammad tidak mau mengembangkan teknologi dan menyerahkan kepada ummat Islam bahwa mereka lebih tahu masalah dunia ini, dan teknologinya.

2. Nabi diutus untuk menyempurnakan ahlak manusia, sebagaimana kita ketahui akhlak manusia itu terletak pada manusianya dan bukan pada alat peralatannya,.
Nabi membawa perbaikan dalam bidang Ekonomi, dalam bidang Hukum, dalam bidang kesejahteraan ummat.

Disinilah rahasia sebenarnya kenapa sampai di abad duapuluh satu ini, Ilmu-ilmu Pasti Alam atau Teknologi berkembang begitu pesat sedangkan ahli-ahli dibidang ilmu Social berjalan bagaikan kura-kura dalam satu kubangan, yang tidak pernah mampu mengujudkan satu keadilan social bagi seluruh ummat manusia sebagaimana yang mereka cita-citakan sendiri… ?

Sebagai penutup dari uraian ini marilah kita petik ucapan Albert Einstein (yang saya kutip dari buku “Ilmu Dalam Persfektif” karya Yuyun S Susilasumantri) dalam pesannya kepada Mahasiswa California Intitut of Technology yang berjudul :

HAKEKAT NILAI DARI ILMU

Rekan-rekan yang muda belia :

Saya merasa sangat bahagia melihat anda semua dihadapan saya, sekumpulan orang muda yang sedang mekar yang telah memilih bidang keilmuan sebagai profesi.

Saya berhasrat untuk menyanyikan hymne yang penuh puji, dengan refrain kemajuan pesat di bidang keilmuan yang telah kita capai, dan kemajuan yang lebih pesat lagi yang akan anda bawakan. Sesungguhnya kita berada dalam kurun dan tanah air keilmuan. Tetapi hal ini jauh dari apa yang sebenarnya ingin saya sampaikan.

Lebih lanjut, saya teringat dalam hubungan ini kepada seorang muda yang baru saja menikah dengan seorang isteri yang tidak terlalu menarik dan orang muda itu ditanya apakah dia merasa bahagia atau tidak. Dia lalu menjawab “Jika saya ingin mengatakan yang sebenarnya, maka saya harus berdusta.”

Begitu juga dengan saya. Marilah kita perhatikan seorang Indian yang mungkin tidak beradab, untuk menyimak apakah pengalaman dia memang kurang kaya ataukah kurang bahagia dibandingkan dengan rata-rata manusia yang beradab. Terdapat arti yang sangat maknawi dalam kenyataan bahwa anak-anak dari seluruh penjuru dunia yang beradab senang sekali bermain meniru-niru Indian.

Mengapa Ilmu yang sangat indah ini, yang menghemat kerja dan membikin hidup lebih mudah, hanya membawa kebahagiaan yang sedikit kepada kita ? Jawaban yang sederhana adalah ; karena kita belum lagi belajar bagaimana menggunakannya secara wajar.

Dalam peperangan, Ilmu menyebabkan kita saling meracun dan saling menjagal. Dalam perdamaian dia membikin hidup kita dikejar waktu setiap saat. Ilmu yang seharusnya membebaskan kita dari pekerjaan yang melelahkan spiritual malah menjadikan manusia budak-budak mesin, di mana setelah hari-hari yang panjang dan menonton kebanyakan dari mereka pulang dengan rasa mual, dan harus terus gemetar untuk memperoleh ransum penghasilan yang tak seberapa.

Kamu akan mengingat tentang seorang tua yang menyanyikan sebuah lagu yang jelek. Sayalah yang menyanyikan lagu itu, walaupun begitu, dengan sebuah itikad, untuk memperlihatkan sebuah akibat. Adalah tidak cukup bahwa kamu memahami ilmu agar pekerjaanmu akan meningkatkan berkah manusia.

Perhatian kepada manusia itu sendiri dan nasibnya harus selalu merupakan minat utama dari semua ikhtisar teknis, perhatian kepada masalah besar yang tak kunjung terpecahkan dari pertarungan kerja dan pemerataan benda – agar buah ciptaan dari pemikiran kita akan merupakan berkah dan bukan keburukan terhadap kemanusiaan. Janganlah kau lupakan hal ini di tengah tumpukan diagram dan persamaan.

1938


Dari ungkapan hati seorang ilmuan sekaliber Albert Einstein, dapatlah kita temukan jawabannya didalam Al-Qur’an Surat Shaffat ayat 60 – 68 :

60. INNA HAAZHAA LAHUWAL FAUZUL ‘ADZHIIM
“Sesungguhnya yang begini (alternative Nur menurut Sunnah Rasul lawan Dzulumat menurut Sunnah Syayathin) adalah Pembina kehidupan menang lagi agung”

61. LIMITSLI HAAZHAA FAL-YA’MALIL ‘AAMILUUN
“Menurut model beginilah (Nur menurut Sunnah Rasul atau Dzulumat menurut Sunnah Syayathin) maka semua pelaku mengerjakan satu kehidupan”

62. A ZHAALIKA KHAIRUN NUZULAN AM SYAJARATUZ ZAQUUM
“Apakah mau dengan Nur (Khair) menurut Sunnah Rasul yang dapat mengujudkan bahagia, ataukah Dzulumat menurut Sunnah Syayathin yang mengakibatkan kehidupan buah simalakama”

63. INNAA JA’ALNAAHAA FITHNATAN LIL-DZAALIMIIN
“Sesungguhnya KAMI (Allah) membikin yang demikian (kehidupan Dzulumat menurut Sunnah Syayathin) menjadi satu kehidupan fithnah (arang habis besi binasa) bagi pendukung-pendukung Dzulumat menurut Sunnah Syayathin”.

64. INNAHAA SYAJARATUN TAKHRUJU FII ASHLIL JAHIIM
“Sebenarnya yang demikian itu adalah ibarat sejenis pohon yang berakar tunggang kedalam jahannam”

65. THAL’UHAA KA-ANNAHUU RUUSYUSY SYAYAATHIIN
“Peradaban yang mereka pentaskan (Dzulumat menurut Sunah Syayathin) adalah bagaikan pameran tengkorak dari badan syaithan yang tidak pernah kelihatan”

66. FA INNAHUM LAAKILUUNA MINHAA FAMAALIUUNA MINHAL BUTHUUN
“Maka sebenarnya kenyataan (pendukung Dzulumat menurut Sunnah Syayathin itu) ibarat memakan sejenis makanan yang kian dimakan kian bertambah lapar”

67. TSUMMA INNA LAHUM ‘ALAIHAA LASYAUBAN MIN HAMIIM
“Selanjutnya sungguhnya yang demikian itu (pendukung peradaban Dzulumat menurut Sunnah Syayathin) atas hal yang demikian, bagaikan buih di air mendidih dari rebusan Dzulumat menurut Sunnah Syayathin”.

68. TSUMMA INNA MARJI’UHUM LAILAL JAHIIM
“Akhirnya kesudahan mereka itu (Pendukung Dzulumat menurut Sunnah Syayathin) adalah benar-benar satu kehidupan jahannam yang demikian perih tiada tanding”

Dua nilai yang bergilir bagaikan siang dan malam adalah satu kepastian dari Ajaran Allah menurut Sunnah Rasul ini. Dia Allah yang memulai peradaban ini secara ilmiyah, tapi manusialah yang melacurkan menjadi penemuan dia, maka malapetakanpun datang silih berganti.

Sekalipun sudah kita buktikan bahwa Al-Qur’an ini adalah satu ajaran Allah yang maha Sistematik, dimana kalian manusia tidak akan sanggup untuk membuat satu surat semodel Al-Qur’an ini, tapi sayang, dasar kepala batu akhirnya peradaban Syaithan jualah yang menipu manusia keluar dari jalur Nur menurut Sunnah Rasul mengujudkan Dzulumat dan atau aduk-adukan Nur=Dzulumat menurut Sunnah Syayathin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar