Jumat, 09 September 2011

ILMU PENENTU AMAL


oleh Bruce Lee Panjaitan Sinaga pada 06 Februari 2011 jam 14:35
Ilmu Menentukan AmaL

Ilmu menentukan amal. العلم إمام العمل Begitulah salah satu sabda Rasulullah saw. Dan, harap diingat bahwa yang disebut Ilmu di sini adalah “segala isi otak”; sedangkan amal adalah “segala tindakan yang digerakkan oleh ilmu tersebut”.

Segala yang ada dalam otak kita, selanjutnya – oleh mekanisme otak – dibentuk menjadi “sistem pengetahuan” kita. Lebih lanjut, karena otak menjadi pengendali segala sistem dalam tubuh, maka – ibarat komputer – sistem pengetahuan kita itu selanjutnya menjadi “sistem operasi”, yang menentukan segala gerak-gerik kita, baik yang tersadari maupun yang bersifat refleks. Dengan kata lain – pada hakikatnya – kita ini adalah robot dari segala isi otak (= ‘ilmu’).

Ilmu menentukan tindakan. Tindakan membuahkan hasil karya (produk), dan juga citra (image), yang menjadi identitas kita. Identitas (tanda pengenal) ini, terlepas dari identitas fisik yang dibentuk Sang Pencipta, adalah sesuatu yang benar-benar merupakan ‘ciptaan’ kita, tepatnya merupakan ciptaan sistem pengetahuan itu. Dalam bahasa psikologi (ilmu jiwa), identitas itu disebut kepribadian (personality). Dalam istilah orang Islam, namanya akhlak (akhlāq). Istilah ini sangat tepat. Akhlāq, jamak dari khuluq, berpangkal pada kata khalaqa, yang berarti menciptakan. Siapa yang menciptakan akhlak kita? Kita, dengan ilmu kita.

Dalam setiap sistem pasti ada pangkal atau pusat kendali sistem. Dalam tubuh kita, pangkalan kendali sistem (tubuh) itu adalah otak. Dalam komputer, namanya harddisk. Tapi, dalam komputer, harddisk itu adalah perangkat keras (hardware). Ia sangat penting, tapi bukan penentu gerak (operasi) komputer. Yang menjadi penentu gerak bagi komputer adalah perangkat halus (software) yang disebut program. Program ini, hakikatnya, adalah kumpulan dari puluhan sampai ratusan rumus matematis yang disediakan untuk ‘dibaca’ oleh perangkat keras komputer.

Bagaimana dengan sistem dalam diri kita? Sistem dalam komputer sebenarnya hanya meniru sistem dalam diri kita. Kita punya perangkat keras, yaitu tubuh. Kita juga punya perangkat halus, yaitu jiwa. Tapi apakah jiwa kita sama dengan program pada komputer? Tidak. Jiwa hanya ibarat listrik, yang membuat komputer menyala, tapi tidak bisa mengerjakan apa-apa. Komputer baru menjadi ‘cerdas’ setelah diisi program. Begitu juga dengan manusia. Manusia baru menjadi cerdas, siap kerja, setelah badan dan jiwanya diisi … ilmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar