Sabtu, 03 September 2011

KUTHBAH IDUL FITRI: DOMINASI ILMU DAL;AM KEHIDUPAN

الله أكبر, الله أكبر, الله أكبر, الله أكبر, الله أكبر, الله أكبر, الله أكبر,
الله أكبر – لا اله إلاّ الله و الله أكبر, الله أكبر ولله الحمد. الحمد لله على ما أوحب حمْدَه. أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له الملك الجبّار, وأشهد أنّ محمدا عبده و رسوله. اللهمّ صلّ وسلّم و بارك على محمد و على آله وأصحابه. أمّا بعد:
فيا عباد اللهِ أوصيكن وإيّاي بتقوى اللهِ. فقد فاز المتقون.
1. Tiga periode Ramadhan
Saudara-saudara sekalian, yang berharap menjadi Ahlul-Jannah, penghuni sorga!
Ibnu Khuzaimah, dalam salah satu hadis shahihnya, mencatat bahwa Salman ra menceritakan sebuah khutbah Rasulullah di hari terakhir bulan Sya’ban.
Pada hari yang mulia ini kita hanya akan menggaris-bawahi sebagian kecil saja dari pidato beliau itu; yaitu bagian yang mengatakan bahwa Ramadhan adalah satu bulan yang sepuluh hari pertamanya adalah rahmat, sepuluh hari pertengahannya adalah maghfirah, dan sepuluh hari terakhirnya adalah itqun minan-nãr(i).
Dalam kesempatan ini, saya ingin membahas serba sedikit tentang pengertian istilah rahmat, maghfirah, dan itqun minan-nãr(i).
Rahmat sering diartikan pemberian atau anugerah, sering pula diartikan kasih-sayang. Sedangkan maghfirah sering diartikan sebagai pengampunan, dan itqun menan-nãr(i) diartikan pembebasan dari neraka.
Saudara-saudara sekalian!
Terlebih dahulu saya ingin bertanya, dan saya minta anda semua menyuarakan jawaban.
Apakah anda yakin bahwa, setelah melewati sepuluh hari pertama Ramadhan, anda mendapatkan rahmat Allah?
Apakah anda yakin mendapatkan anugerah Allah?
Apakah anda yakin mendapatkan kasih-sayang Allah?
Kemudian, setelah melewati sepuluh hari kedua, apakah anda yakin mendapatkan ampunan Allah untuk semua dosa yang anda lakukan?
Akhirnya, setelah melampaui sepuluh (atau sembilan)[1] hari terakhir, apakah anda yakin  sudah dibebaskan Allah dari siksa neraka?
Saudara-saudara sekalian!  Saya mendengar sebagian dari anda mengatakan “yakin” dengan keras. Sebagian hanya pelan-pelan. Sebagian mungkin hanya dalam hati. Dan sebagian lagi mungkin tidak mendengar atau tidak memahami kata-kata saya. Namun bagaimana pun sikap anda pada hari ini; saya sendiri, secara pribadi dan untuk pribadi, saya tegaskan di hadapan saudara-saudara bahwa saya tidak, atau belum meyakini bahwa saya mendapatkan anugerah atau kasih sayang. Saya belum yakin bahwa saya mendapatkan ampunan Allah. Saya belum yakin bahwa saya mendapat jaminan pembebasan diri saya dari siksa neraka!
2. Dominasi ilmu
Anda kaget?
Saya memang ingin membuat anda kaget!
Tapi bila anda tidak kaget, saya tidak tahu mengapa. Mungkin anda memang tidak pernah mendengar hadis itu. Mungkin juga anda tidak atau kurang peduli. Mungkin karena anda datang ke tempat ini hanya karena ikut-ikutan. Dan bila anda datang ke tempat ini hanya karena ikut-ikutan, maka shaum anda, juga ibadah-ibadah anda yang lain, mungkin semua hanya ikut-ikutan!
Saudara-saudara sekalian! Saya bukan sedang mengejek anda yang ikut-ikutan. Perbuatan ikut-ikutan belum tentu merupakan kesalahan. Bukankah manusia adalah makhluk tukang tiru? Bukankah meniru itu adalah ikut-ikutan? Bukankah kita makan apa pun, minum apa pun, bicara apa pun, dalam bahasa apa pun, berbuat apa pun, dengan cara bagaimana pun… Bukankah semua hanya ikut-ikutan?
Yang menjadi masalah, yang saya ingin mengajak anda sekalian untuk memikirkannya adalah bahwa apa pun yang kita lakukan secara ikut-ikutan itu, secara tiru-tiruan itu… Semua berakar pada suatu ilmu.
Tepat seperti yang dikatakan Rasulullah saw: al-‘ilmu imãmul-‘amal wal-‘amalu tãbi’uh(u). Ilmu adalah imam amal dan amal adalah pengikutnya. Pengikut ilmu. Ilmu adalah pendorong, adalah penuntun, adalah pengarah bagi apa pun amal kita, tindakan kita, perilaku kita. Tidak ada amal apa pun, tidak ada tindakan apa pun, tidak ada perilaku apa pun, tidak ada gerak apa pun, yang tidak dipengaruhi ilmu.
Saudara-saudara sekalian! Dalam pertemuan kita yang pertama kali ini – yang mungkin akan merupakan pertemuan terakhir pula – saya ingin mengingatkan kepada diri saya dan anda sekalian, bahwa inti dari kehidupan manusia adalah ilmu. Karena itulah wahyu yang pertama disampaikan Allah kepada Nabi Muhammad adalah:
اقرأ باسم ربك الذى خلق – خلق الإنسان من علق – اقرأ و ربك الأقرم – الذى علم بالقلم – علم الإنسان ما لم يعلم
Saya ingin mengajak anda untuk memperhatikan ayat yang ke-5: ‘alamal-insãna mã lam ya’lam.  Dia (Allah) mengajarkan kepada manusia  segala apa pun yang tidak akan pernah diketahui oleh manusia (bila tidak diajarkan Allah).
Perhatikan wahai saudaraku! Ayat ini menegaskan bahwa nara sumber segala ilmu yang ada pada manusia adalah Allah. Bila Allah tidak pernah hadir, tidak pernah eksis sebagai nara sumber ilmu, maka manusia tidak akan mengetahui apa-apa.
Saudara perhatikan ayat ini:
والله أخرجكم من بطون أمهاتكم لا تعلمون شيئا وجعل لكم السمع والأبصار والأفئدة لعلكم تشكرون – ألم يروا إلى الطير مسخارات فى جوّ السماء ما يمسكهن إلا الله إن فى ذلك لأيات لقوم يؤمنون
Sungguh Allah melahirkan kalian dari rahim ibu kalian dalam keadaan tidak tahu sesuatu apa pun. Namun (seiring dengan kelahiran itu) Dia (Allah) mengadakan alat pendengaran, alat penglihatan, dan alat pemahaman, dengan harapan agar kalian semua bersyukur (memfung-sikan semua alat itu secara tepat sesuai petunjuk Allah).
Tidakkah mereka (wahai Rasul) memperhatikan burung yang dibuat nyaman terbang di angkasa raya? Tidak ada siapa pun yang menahan mereka (sehingga tidak jatuh) selain Allah (melalui ilmuNya). Sesungguhnya di balik (kenyataan alam yang kasat mata itu) terdapat bukti-bukti (kehadiran Allah dan segala ilmuNya) bagi kaum yang beriman. (An-Nahl ayat 78-79)
Saudara-saudara sekalian!
Bila anda mengenal komputer, dan merupakan pengguna yang aktif, anda pasti tahu bahwa salah satu unsur dari komputer yang membuat anda bisa melihat segala  file komputer – melalui layar monitor – adalah seperangkat alat bernama memory.
Secara harfiah, memory itu berarti ingatan.
Memory komputer hanya bekerja ketika komputer hidup. Dan begitu juga halnya ingatan manusia. Ingatan manusia tidak akan bekerja ketika manusia tidur. Apalagi bila dia mati. Ingatan manusia hanya bekerja ketika manusia bangun dan sadar diri.
Tahukah anda bagaimana cara kerja memory komputer? Dia mengangkut sedidkit demi sedikit segala file yang kita kehendaki untuk tampil di layar monitor. Karena itu, semakin kecil daya angkut memory, semakin lamban file-file ditampilan. Sebaliknya, semakin besar daya angkutnya, semakin cepat file-file ditampilkan.
Tahukah anda bahwa cara kerja komputer itu adalah tiruan dari cara kerja otak manusia? Tahukah anda bahwa memory dalam otak manusia itu amat sangat jauh lebih hebat dari memory komputer?
Tapi, sehebat apa pun otak manusia, bila di dalam otaknya tidak ada ilmu, dia tidak akan bisa mengingat apa-apa!
Karena itulah Allah menginformasikan dalam sebuah ayat Al-Qurãn:
هل أتى على الإنسان حين من الدهر لم يكن شيئا مذكورا
Bukankah pernah muncul dalam kehidupan manusia sepenggal waktu, yang di dalamnya tidak ada sesuatu (ilmu) apa pun yang (bisa) diingat (= mengisi ingatan)? (Surat Al-Insãn ayat 1).

Ayat ini menegaskan tentang adanya suatu hîn(un), yakni penggalan waktu atau periode, yang di dalamnya Allah belum mengajarkan ilmu, belum mengajarkan konsep peradaban, sehingga manusia hidup sebagai makhluk biadab. Namun sebiadab apa pun mereka pada waktu itu, Allah tidak mengazab mereka. Mengapa?
Allah menegaskan dalam ayat berikut ini:
… وما كنّا معذبين حتى نبعث رسولا
Sesungguhnya Kami (Allah) tidak akan bertindak sebagai pengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul. (Al-Isra ayat 15).
Melalui informasi ayat-ayat inilah kita bisa memahami mengapa Malaikat membantah Allah ketika Allah hendak menobatkan Adam sebagai khaîfah:

قالوا أتجعل فيها من يفسد فيها ويسفك الدماء ونحن نسبح بحمدك ونقدس لك….
Mereka membantah, “Apakah Anda hendak menjadikan di sana (bumi) seorang (sebagai khalifah, dari)  yang  melakukan perusakan dan pertumpahan darah? Sedangkan kami selalu giat beraktifitas dalam rangka menyanjung Anda, dan membersihkan diri sesuai ajaran Anda?

Kita tahu, melalui informasi Allah dalam Al-Qurãn, bahwa Adam menjadi khalifah dengan dibekali ilmu. Dan itulah awal dari kehadiran manusia sebagai makhluk beradab. Tegasnya, sejak Allah mengajarkan ilmuNya kepada Adam, maka dimulailah sejarah peradaban.
3. Ilmu yang dominan sekarang
Saudara-saudara sekalian!
Saya ingin menegaskan sekali lagi bahwa berbicara tentang hidup manusia adalah bicara tentang keberadaan (eksistensi) ilmu. Dan ketika kita meningkat lebih jauh bicara tentang hidup manusia, yaitu bicara tentang peradabannya, maka pada titik ini kita bukan hanya bicara tentang keberadaan ilmu, tapi sudah bicara tentang kuatnya ‘cengkeraman’ atau dominasi ilmu dalam kehidupan manusia.
Maka sekarang, di saat kita sedang merasa bahwa kita hidup di abad cemerlangnya peradaban, dengan ciri utama hadirnya teknologi tingkat tinggi, mari kita bertanya, “Ilmu apakah gerangan yang dominan dalam peradaban dunia sekarang?”
Adakah kesamaan ilmu kita sekarang dengan ilmu yang pernah diajarkan Allah kepada Nabi Adam?
Bila ilmu yang diajarkan Allah kepada Nabi Adam diajarkanNya dalam rangka melumpuhkan naluri manusia untuk merusak segala, dan memadamkan nafsu untuk  saling membunuh, apakah ilmu yang dominan sekarang juga berfungsi demikian?
Tidak.
Sama sekali tidak.
Tidak perlu saya urai panjang-lebar. Saudara melihat sendiri apa yang terjadi di Timur Tengah sekarang. Saudara menyaksikan kerusuhan liar di Inggris, di sebuah negeri yang mungkin dianggap jantung peradaban modern. Kita menyaksikan bahkan di negeri kita sendiri, di saat sudah memasuki bulan suci, orang-orang bertawuran, saling bantai, saling bakar.
Ilmu apa yang sedang dominan sekarang?
Ilmu apa yang sedang dominan di istana negara? Di gedung DPR? Di tempat-tempat pengadilan? Di instansi-instansi negara kita? Ilmu apa?
Ilmu yang diajarkan Allah kepada para nabi kah? Atau … ilmu racikan syetan?
Saudara-saudara sekalian!
Mari kembali kepada pernyataan Rasulullah saw bahwa sepuluh hari pertama dari Ramadhan adalah periode rahmat, sepuluh hari yang kedua adalah maghfirah, dan sepuluh hari yang ketiga adalah pembebasan dari neraka.
Sadarkah kita semua bahwa semua yang kita terima dalam kehidupan di dunia ini adalah rahmat Allah?
Sadarkah kita semua bahwa rahmat Allah yang hakiki dan paling istimewa adalah wahyuNya?
Sadarkah kita semua bahwa wahyu Allah yang masih hadir secara utuh di hadapan kita adalah Al-Qurãn?
Saudara-saudara sekalian, apakah anda yakin bahwa anda mendapatkan rahmat Allah, bila anda menolak atau cuek terhadap Al-Qurãn?
Selanjutnya, tentang maghfirah, saudaraku! Bila anda membuka kamus, anda akan tahu bahwa kata kerja dari maghfirah adalah ghafara, dan ghafara itu bisa berarti menutup (ghatha), dan bisa juga berarti memperbaiki (ashlaha).
Bila kita menolak Al-Qurãn, bisakah kita menutup (mengakhiri) sejarah kebiadaban? Bila kita menentang Al-Qurãn, bisakah kita memperbaiki sisi-sisi kehidupan pribadi dan sosial kita yang rusak seperti sekarang?
Tidak bisa!
Terakhir, saudaraku!
Tentang istilah neraka, yang kita gunakan untuk menerjemahkan an-nãr(u), secara bahasa adalah kebalikan dari sorga (al-jannah). Tapi, bila kita mengacu pada  Al-Baqarah ayat 201 – ربنا ءاتنا فى الدنيا حسنة و فى الآخرة حسنة و قنا عذاب النار maka kita dapati bahwa kebalikan dari an-nãr(u) adalah al-hasanah.
Secara harfiah, hasanah berarti kebaikan. Tapi, dalam kaitan dengan kebudayaan atau peradaban, hasanah itu berarti kehidupan yang baik, dalam arti kebudayaan yang baik, atau peradaban yang baik.
Kebudayaan atau peradaban yang baik, hanya bisa dihasilkan oleh ilmu yang baik, oleh ajaran yang baik.
Bagi kita yang hari ini berkumpul di sini merayakan yang disebut “hari kemenangan”, adakah ilmu yang baik selain dari ilmu Allah? Adakah ajaran yang baik selain dari ajaran Allah?
Tidak ada.
Penutup, saudaraku!
Bila hasanah berarti kehidupan yang baik, dalam arti kebudayaan yang baik, atau peradaban yang baik, maka sebaliknya an-nãr(u) adalah  kehidupan neraka, alias kehidupan yang buruk, di dunia ini, maupun di akhirat kelak.
Bila mau lebih ditegaskan tentang kehidupan neraka di dunia ini, misalnya, maka yang dimaksud adalah masalah-masalah sosial secara umum, yang membebani kehidupan kita sehari-hari di berbagai bidang; termasuk bidang politik, hukum, ekonomi, dan seterusnya. Di antaranya yang paling terasa oleh masyarakat luas, khususnya rakyat jelata, adalah masalah ekonomi; yaitu masalah sandang, pangan, dan papan. Anehnya, masalah-masalah ini semakin berat dan mencekik rakyat jelata justru pada saat mereka menghadapi ‘Idul-Fithri.
Jadi, apakah anda yakin bahwa anda sudah mempunyai jaminan untuk bebas dari azab neraka?
Saya tidak yakin; karena kenyataannya kita masih belum bisa bebas dari masalah-masalah sosial tersebut.
Hanya Allah, dengan Al-QurãnNya, yang memberikan jaminan kebebasan itu.
Tapi bila kita tidak sudi, tidak kunjung peduli terhadapnya, maka neraka itu akan terus berjalin berkelindan dengan setiap gerak kehidupan kita di bumi ini. Dan akhirnya, neraka akhirat pun menunggu kita.
Terserah anda.
Terserah kita.
Mau hidup dengan ajaran Allah atau tidak.
Man syã’a fal-yu’min wa man syã’a fal-yakfur.
Siapa yang mau beriman, silakan beriman.
Siapa yang mau kafir, silakan kafir. ∆
بارك الله لى ولكم فى القرآن العظيم, ونفعنى وإيّاكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم, و تقبّل منّى و منكم تلاوتَه, إنّه هو السميع العليم.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar