Jumat, 09 September 2011

TANTANGAN DA'WAH


oleh Bruce Lee Panjaitan Sinaga pada 07 Februari 2011 jam 18:19
Dimulai sejak Nabi Adam sampai dengan Nabi Muhammad SAW, Da’wah yang benar selalu mendapat tantangan dan rintangan terutama dari orang-orang yang merasa Ahli dalam penguasaan Kitab maupun Penguasa saat itu yang merasa wewenangnya akan terganggu apabila mengikuti Da’wah para Nabi tersebut..
Secara prinsip di dalam Al-Qur’an tersurat bahwa kegiatan da’wah untuk mengajak manusia kembali hidup dengan ajaran Tuhannya selalu akan terulang sikap sinis dari mereka-mereka yang merasa lebih hebat dibandingkan dengan si Penda’wah tersebut, baik secara materi maupun pangkat atau status social dalam masyarakat.
Hanya ada sebagian kecil manusia yang akan mengikuti seruan itu yakni hidup mengabdi dengan satu ajaran Allah yang dapat menyelamatkan manusia dari laknatullah dan kebanyakan mereka yang tertarik itu dari kalangan rakyat biasa dan jarang ada Penguasa apalagi Pengusaha. Baru apabila kemenangan da’wah sudah didapat, existensi Nur menurut Sunnah Rasul sudah tegak maka berbondong-bondonglah orang memasuki Dinullah itu.

PENGALAMAN Da’wah yang dialami oleh Nabi Adam, yaitu ketika Nabi Adam telah diajarkan Ilmu oleh Allah maka diadakan debat dalam sebuah forum Ilmiyah dimana para Malaikat meragukan kemampuan Adam sebagai Bapak sekalian manusia, Padahal Malaikat belum pernah diajar oleh Allah tentang konsep hidup Budaya Mulia tersebut.
Setelah Adam menjelaskan sampai dengan existensi Ilmu kedalam kehidupan, barulah para Malikat itu mengakui tentang kemampuan Adam sebagai Khalifah di muka Bumi.
Tantangan datang dari Iblis yang tidak mau menerima pengangkatan Adam sebagai Khalifah di Bumi Allah karena dia merasa bahwa dia mempunyai kemampuan lebih dibanding dengan Nabi Adam.
Akhirnya Iblis diusir oleh Allah dari Taman Kehidupan Jannah, akan tetapi Iblis mengajukan permohonan agar diberi izin oleh Allah untuk menjerumuskan Adam dan keturunanya kedalam kehidupan Laknatullah. Permohonan Iblis dikabulkan oleh Allah, maka mulai saat itu manusia mempunyai musuh abadi yaitu Iblis dengan pengaruhnya Syaitan yang terus menerus menggoda manusia agar melenceng dari kebenaran yang telah diajarkan oleh Allah.

Pengalaman Nabi Nuh, yang berda’wah kepada Penguasa saat itu agar mereka mau menerima konsep hidup Kaljasadil-wahid jika mereka ingin selamat dari murka Allah ternyata ditanggapi dengan melecehkan Nabih Nuh dan Pengikutnya.
Keangkuhan manusia pada saat itu yang lebih percaya kemampuan sendiri di banding Konsepsi dari Allah menurut Sunnah Nuh, mereka melecehkan Nuh dengan memperolok-olokkannya sebagai suatu permainan.
Da’wah diberikan secara terang-terangan kepada Penguasa saat itu, tapi hasilnya mereka buang muka dengan sombongnya.
Dalam da’wahnya Nabi Nuh menyampaikan ancaman Allah, bahwa jika mereka tetap hidup dengan ajaran nenek moyang mereka maka Azab yang Maha besar akan menimpa mereka, sebaliknya jika mereka mau mengikuti Ajaran Allah menurut Sunnah Nabi Nuh, maka mereka akan diselamatkan di Dunia ini maupun di Akhirat nanti.
Ancaman yang disampaikan Nabi Nuh ternyata datang juga setelah ummat manusia pada saat itu dengan bangganya bertahan dengan prinsip hidup mereka, azab datang berupa air bah yang menenggelamkan semua kota di masa itu.
Nabi Nuh akhirnya berhasil memenangkan perjuangan hidup Nur menurut Sunnah Rasul Nuh dengan bantuan langsung dari Allah.

Pengalaman Da’wah Nabi Yusuf, dalam mengajak umat untuk hidup dengan ajaran Allah menurut Sunnah Rasul ternyata ditanggapi oleh Penguasa setempat sehingga kemenangan berhasil tanpa pertumpahan darah
Jikalau dalam berda’wah yang diikuti sikap tanpa paksaan dan Penguasa mau menanggapi sehingga rakyat banyakpun ikut berpandangan dan bersikap dengan ajaran Allah tersebut, maka Allah akan melimpahkan keberkahan pada negeri itu sebagaimana yang telah dibuktikan oleh Nabi Yusuf.

Pengalaman Da’wah dari Nabi Musa, juga menjadi pelajaran bagi Nabi Muhammad, bahwa menhadapi Penguasa di bumi ini kapan sajapun mereka selalu menolak konsepsi Al-Qur’an menurut Sunnah Rasul dan lebih suka bermain-main dengan Konsep hidup nenek moyang mereka yang tidak akan pernah berhasil dalam mencapai tujuan hidup adil makmur seperti yang dicita-citakan.
Dalam menghadapi Penguasa Firaun, Nabi Musa akhirnya harus melakukan Jihad dengan Fir’aun karena jumlah pendukung Nur menurut Sunnah Rasul berimbang dengan jumlah manusia yang menjadi Pendukung Dzulumat menurut Sunnah Firaun. Dalam peperangan itu akhirnya Allah menolong Nabi Musa sehingga berhasil menyelamatkan umatnya mencapai kehidupan yang bebas dari tekanan Firaun.
Penderitaan Nabi Musa sebenarnya sudah dimulai sejak beliau lahir, dengan petunjuk Allah akhirnya Musa berhasil diangkat anak oleh Raja Firaun, Sehingga Musa besar dalam didikan kerajaan Mesir. Namun perebutan kekuasaan dengan Anak dari Raja Firaun, akhirnya terbongkarlah siapa Musa sebenarnya, maka Musa diusir dari Kerajaan Mesir. Dalam perjalanan itulah sebagai seorang Pengembara Musa diajarkan Taurat oleh Allah dan mengangkatnya sebagai Rasul. Tantangan dan rintangan Da'wah Nabi Musa dalam menghadapi Firaun menjadi catatan tersendiri bagi kita di abad duapuluh satu ini, bahwa semua Nabi-Nabi selalu mendapat pertolongan Allah dalam perjuangan mereka, begitu juga Mu'min sebagai penerus para Nabi-Nabi tersebut.

Pengalaman Da’wah Nabi Muhammad qurun pertama, kurang lebih hampir sama dengan Perjuangan Nabi Musa dalam menegakkan kalimat Allah di negeri Mesir.
Setelah Nabi Muhammad mendapat perintah da’wah kepada karib kerabatnya, maka tindakan beliau yang pertama adalah beliau mengundang karib kerabat dekatnya di kaki bukit Shafa untuk menyampaikan da’wah beliau. Pada pertemuan pertama itu inilah pidato Nabi dihadapan Karib-kerabatnya :

"Bagaimana menurut pendapat kalian, jikalau saya memberitahukan kepada kalian, bahwasanya ada seekor unta keluar dari dalam gunung ini lalu ia hendak merobah kalian semua, apakah kamu membenarkan cerita saya ini?"

Yang hadir menjawab : “Ya kami percaya, selama ini kami tidak pernah mengetahui bahwa engkau (Muhammad) itu adalah pendusta”

Nabi Muhammad kemudian bersabda :
“Bahwa sesungguhnya saya ini pemberi ancaman kepada kalian, dihadapan azab Tuhanmu yang amat keras”

Baru sekian pidato Nabi, tiba-tiba berdirilah Abdul ‘Uzza (Abu Lahab) dan dengan suara keras dia menegur Nabi :

“Binasalah kamu Muhammad ! Apakah hanya untuk ini saja kamu kumpulkan kami semua ?
Sama sekali belum pernah ada orang yang datang kepada keturunan orang tuanya dan kaumnya yang lebih keji dari pada apa yang kamu bawa itu”

Nabi kemudian terdiam, maka turunlah wahyu surat Al-Lahab sebagai berikut :

Tabbat yadaa abii lahabin wa tabb.
Sia-sia jualah ujudnya tipu daya penghasut perang dan pasti sia-sia

Abu Lahab masih terbakar emosinya dan terus mengucapkan kata-kata ancaman kepada Nabi :
"Jika apa yang dikatakan Muhammad itu benar, maka saya akan tebus dari padanya itu dengan harta dan anakku".

Maka Allah menurunkan wahyu selanjutnya :

Maa agnaa ‘anhu maaluhuu wa maa kasab
Tidak akan ada gunanya mereka mengeluarkan segenap dana dan daya

Sayashlaa naaran zaata lahab
Hanya akan membakar diri dengan api perang semesta

Wam-ra-atu-huu hammaa latal hatab
Dan juga kaum wanitanya yang turut serta

Fii jiidihaa hablunm mimmasad
Ikut terjerat oleh akibat perang angkara.

Demikianlah selanjutnya Nabi Muhammad menghadapi tantangan yang amat berat dari kaum Quraisy yang dalam sejarah dikatakan ada tiga factor kenapa kaum Quraisy pada mulanya menolak da’wah Nabi tersebut adalah sebagai berikut :

Yang pertama karena adanya taklid kepada ajaran Nenek Moyang mereka, baik mengenai aturan hukum maupun aturan peribadatan yang banyak menggunakan simbol-simbol patung disekitar Ka’bah.

Yang kedua adalah Da’wah Nabi Muhammad membawakan ajaran persamaan hak dan derajat, sementara Bangsa Arab merasa lebih tingga dari pada budak-budak mereka sehingga apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad mereka tolak dengan kesiapan untuk perang sampai titik darah yang penghabisan.

Yang ketiga adanya persaingan perebutan kekuasaan untuk menjadi Penguasa di Kota Mekah, khususnya dalam pengurusan Ka’bah.

Dari semua pengalaman Nabi-Nabi itu, mereka selalu memenangkan perjuangan melawan kebathilan sehingga memang amat sulit jika kita bandingkan dengan Da’wah masa kini, yang berfungsi hanya untuk menghibur orang dan bukan menyatakan yang benar itu benar dan yang salah itu salah walalupun pahit bagi dirinya.

Menjadi pertanyaan besar bagi kita bagaimana tantangan Da’wah abad kedua-puluh satu ini, jika ada seruan dari Allah agar meninggalkan ajaran Nakek-Moyang kalian dan kembalilah kepada Ajaran Allah yang dapat menjamin satu kehidupan saling memakmurkan, saling memuliakan, saling mensejahterakan diantara penduduk negeri ini.
Jawabannya adalah, selama masih ada syetan yang membawakan pengaruh dari Iblis terlaknat kepada anak Adam, maka apa yang dilarang dalam ajaran Allah akan menjadi baik dalam pandangan hidup pendukung Dzulumat menurut Sunnah Syayatin, sebaliknya apa yang disuruh menurut Ajaran Allah akan menjadi jelek dalam pandangan pendukung Dzulumat menurut Sunnah Syayatin.
Semuanya terpulang kepada kita Umat Islam, apakah kenyataan ini sebagai hasil dari suatu Kemerdekaan, akan terus dipertahankan, ataukah kita perlu mereformasi Ajaran Nakek-Moyang dengan Ajaran Allah yang Maha Mulia itu.
Hidup memang terlalu singkat pada waktu yang telah dilalui, tapi terlalu lama untuk masa yang akan datang, Ingat saudara : “Allah tidak akan merobah nasib suatu bangsa kecuali Bangsa itu mau merobahnya dengan Qalam Allah menurut Sunnah Rasul-Nya”.
Berda’walah seakan-akan Allah yang berda’wah, dan terimalah bentuk olok-olokan mereka atau bahkan penghinaan mereka sebagai satu shadaqah sambil berdo’a semoga Allah memaafkan mereka, karena mereka belum tahu apa itu ajaran Allah menurut Sunnah Rasul-Nya.
Selanjutnya serahkan kepada Janji Allah, bahwa apabila Da’wah telah disampaikan, dan manusia masih saja menolak sambil bermain-main dalam hidup dan kehidupan ini, maka Sunatullah yang telah berlaku pada masa terdahulu akan berulang kembali berupa azab yang amat pedih, Azab itu datang bisa siang bisa di malam hari ketika manusia sedang tertidur lelap, bisa berupa angin putting beliung selama tuju hari tuju malam, atau dalam bentuk Gempa dahsyat sehingga permukaan bumi ini dibalik yang dibawah menjadi diatas dan Kota maupun Desa tertimbun sudah, bisa juga dengan Banjir besar karena Es di Kutub mencair disertai badai selama berhari-hari, bisa dengan berbagai penyakit menular dan sebagainya. Sunatullah ini masih berlaku karena ini semua merupakan janji Allah kepada para Nabi dan Orang-orang Beriman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar