Selasa, 13 September 2011

POLA STUDI SYAITHAN DALAM PEMBUKTIAN PUJANGGA HARUT DAN MARUT

Sepeninggalan Nabi Daud dan nabi Sulaiman, Bani Israil dan Yahudi, pecah belah, wilayah utara menjadi Yudea dan didominir oleh Yahudi , bagian selatan menjadi Israilia dan didominir oleh Bani Israil.


Raja Asyria, Sargon II, dalam tahun 722 SM menaklukan wilayah Israilia, Bani Israil ditawan dan diangkut ke Babilon.


Akhirnya setelah bangsa Asyria ditaklukan oleh bangsa Babilon maka Bani Israil bagaikan piala bergilir pindah tangan menjadi tawanan bangsa Babilonia, maka Nebukadnezar menaklukan Yudea dalam tahun 597 SM dan Yahudi di tawan dan diangkut ke Babilon pula.


Dari pembuktian surat Bani Israil ayat 2 - 8 diatas, terutama ayat 7, membuktikan bahwa "hidup aduk-adukan nur dz ms sy adalah makanan empuk dari kekuatan dz ms sy, sebaliknya dzulumat ms sy hanyalah bayangan yang berhadapan dengan kenyataan Nur ms Rasul".


Dari itu maka Taabuut yang berisi ketentuan-ketentuan dari sisa-sisa peninggalan sunnah Musa dan Harun yang hampir semodel dengan ajaran fikih, tauhid, akhlaq dan tasauf, tidak mungkin menang terhadap Jalut, hanya Zabur ms Daud-lah yang mampu mengalahkan Jalut.


Setelah wilayah Israil dicaplok oleh Sargon II, demi kepentingan politik dan guna menyesuaikan diri dengan penguasa yang sekufur-kufurnya, maka raja Josiah dari Yudea mereformasikan "Sisa-sisa peninggalan nabi Musa dan Harun", terdiri dari dokumen J (Jenoyah) dam dokumen E (Elohim), menjadi satu dokumen D (lima kitab yang memberi hukum = Pautateuh), yaitu lima kitab bagian permulaan, menjadi satu kitab suci yang terkenal kitab perjanjian lama.


Pada tahun 560 SM bangsa Babilonia dikalahkan oleh bangsa Persia lama dibawah pimpinan raja Cyrus yang dilanjutkan oleh Cambyses, Bani Israil dan Yahudi dibebaskan dari tawanan di Babilonia dan diperbolehkan pulang untuk membangun kembali Palestina.


Sebagai hasil studi selama 100 tahun lebih di Babilonia surat al Baqarah ayat 102 menjelaskan demikian :

 

 

 

 

 

 


 


Wat taba'uu maa tatlusy syayaathiinu 'alaa mulki sulaimaana wa maa kafara sulaimaanu walaakinnasy syayaathiina kafaruu yu'allimuunan naasas sihra wa maa unzila 'alal malakaini bi baabila haaruta wa maaruuta wa maa yu'allimaani min ahadin hatta yaquulaa innamaa nahnu fitnatun fa laa takfur fa yata'allamuuna minhumaa maayufarriquuna bihii bainal mar-i wa zaujuhii wa maa hum bi idznillahi wa yata'allamuuna maa yadhuruhum wa laa yanfa'uhum wa laqad 'alimuu la manisy taraahu maa lahuu fil aakhirati min khalaaqiw wa la bi'sa maa syarau bihii anfusahum lau kaanuu ya'lamuun.

A
rtinya :


102. "yakni mereka mengikuti motivasi studi syayathin (yang menumpang tindihkan Nur dz) atas kekuasaan sunah Sulaiman ( yang bernilai Nur dan dz dari Zabur ms Daud). Bukanlah sunnah Sulaiman yang merusak kehidupan tetapi sunnah Syayathinlah yang merusak kehidupan, mereka mengajar manusia satu sulap aduk – adukan Nur – Dz ms sy, yaitu apa yang telah diturunkan atas hasil karya pujangga Babilon berupa Harut dan Marut, keduanya tidak mengajar seseorang hingga memberikan satu komentar : "Sebenarnya kita ini adalah pendukung ajaran yang tidak berujung tidak berpangkal (fitnah). Maka kalian jangan mengengkarinya !". Selanjutnya dari keduanya itulah mereka mempelajari apa yang dengannya mereka memecah belah kehidupan sesama manusia dan setiap kesatuan hidupnya. Yaitu dengan mana mereka bukanlah yang memelaratkan seseorang kecuali dengan perkenan Allah menurut pembuktian sunnah Rasul-Nya. Yakni mereka mempelajari apa yang memelaratkan hidupnya, yaitu yang tidak dapat mengantarkan hidupnya mencapai satu tujuan terakhir. Padahal sungguh mereka sudah mengetahui, siapa sebenarnya yang membongkar pasang ajaran Allah ms Rasul-Nya menjadi rongsokan aduk-adukan Nur dz ms sy, bagi yang demikian bukanlah perancang kehidupan yang bisa mencapai satu tujuan terakhir. Maka sungguh sejahat-jahat sesuatu adalah dirinya yang cenderung membongkar pasang pembuktian-pembuktian Allah ms Rasul-Nya (menjadi rongsokan aduk-adukan Nur dz ms sy), andaikata mereka memiliki ilmu yang demikian bernilai agung".



Bani Israil dan Yahudi yang pulang kembali ke Palestina dibawah pimpinan Ezra dan Nehemiah adalah golongan yang fanatik membabi buta ingin membangun satu masyarakat Yahudi secara konsekuen menurut kitab Perjanjian Lama.


Dari golongan inilah kelak lahir gerakan Zionisme, yaitu gerakan yang fanatik dan ingin membangun satu masyarakat Yahudi menurut wahyu yang diterima di bukit Zion.


Untuk itulah Ezra dan Nehemiah melakukan satu fusi atau unifikasi terakhir (tahun 444 SM) dengan menambahkan dokumen P (kumpulan catatan yang dibuat dan bersudut subyektif pendeta) kedalam dokumen D ( Deutoronomy / Peutateuh) menjadi 5 kitab bagian pertama Perjanjian Lama (kitab kejadian, kitab keluaran, kitab Imamat orang lewi, kitab ulangan, dan kitab bilangan) yang dipopulerkan sebagai buah tangan nabi Musa sendiri.


Sebaliknya Bani Israil dan Yahudi yang sudah mengenyam alam pikiran Yunani, mereka menganggap bahwa Kitab Perjanjian Lama harus di tafsirkan memenuhi kepentingan masyarakat yang sudah berubah, hasilnya lahirlah Ilmu Pengetahuan Barat yang Naturalisme dan Idealisme.


Perguruan-perguruan tinggi seperti Sarbone, Oxford, Havard, dsb adalah kelanjutan dari Talamudisme.

Golongan Bani Israil dan Yahudi yang demikian tidak mau pulang ke Palestina dan menyelinap didalam berbagai bangsa sehingga mewarnai kebudayaan dan kehidupan bangsa-bangsa di dunia ini.


Dari itu maka mereka disebut Diaspora, semakna dengan Hoakiauu / Cina perantauan, mereka kelak menjadi Amerika Serikat, British, Jerman, Perancis, Belanda, Belgi, Spanyol, Portugis, Swiss, Rusia, Polandia, Norwegia, Yugoslavia, Bulgaria, dsb.


Fusi / Unifikasi terakhir dibawah pimpinan Ezra dan Nehemiah sepulangnya dari Babilonia, menjadi kitab Perjanjian Lama adalah merupakan aduk-adukan dari unsur-unsur Fir'unisme, Asyria, Namruz-isme dari Babilonia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar