Sabtu, 10 September 2011

RUH = ENERGY ?


Matahari, sumber enerji?
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, karya WJS. Poerwadarminta dikatakan bahwa ruh sama dengan roh atau rohani, yang artinya: (1) Sesuatu yang hidup yang tidak berbadan jasmani, yang berakal budi dan berperasaan (seperti malaikat, setan dsb); (2) Jiwa; badan halus; (3) Semangat.
Dalam bahasa Inggris ruh disebut spirit, atau soul, atau `mind. Sedangkan kata mental digunakan untuk menyebut sesuatu yang berkaitan dengan ruh (= jiwa).
Kamus saku terbitan Oxford mendefinisikan soul sebagai non material part of a person, believed to exist forever – bagian dari manusia yang tidak bersifat benda, yang dipercayai sebagai sesuatu yang abadi). Definisi seperti ini juga diberikan kamus Longman Laguage Activator, untuk kata spirit.
Dengan demikian dapat kita katakan bahwa ruh adalah “makhluk yang mandiri, dalam arti tidak membutuhkan badan.” Contoh makhluk demikain antara lain adalah malikat, jin, syetan (hantu). Namun ketika ada di dalam tubuh ia membuat tubuh yang semula mati menjadi hidup.
Ruh sama dengan Energi (?)
Setiap makhluk hidup membutuhkan energi (energy) untuk dapat bergerak dan bekerja. Segala kegiatan organ tubuh mulai dari otak, jantung, dan lain-lain, semua bekerja karena ada energi.
Energi berasal dari kata en (dalam) dan ergon (kerja).[1] Jadi secara harfiah, energi berarti: (Sesuatu yang) bekerja (di) dalam. Maksud di dalam ini adalah “di dalam benda/materi.”  Bila demikian, apakah enerji itu sama dengan ruh?
Para ahli biologi (ilmu hayat) mengatakan bahwa manusia tidak bisa menciptakan energi. Tetapi di dalam alam terdapat banyak macam energi. Makhluk hidup mendapat-kan energi dengan cara mudah, yaitu melalui makanan, yang juga tidak bisa diciptakan olehnya.
Energi dalam bentuk yang satu dapat dirubah menjadi energi dalam bentuk yang lain. Kayu bakar, arang dan bensin mengandung energi potensial (latin: petis, mampu dan  esse, menjadi). Kita katakan bahwa zat itu terdiri atas atom-atom yang berikatan satu sama lain secara kimia dalam persenyawaan-persenyawaan molekul. Di dalam ikatan-ikatan kimia inilah terdapat energi potensial yang disebut energi kimia. Dengan pembakaran, energi potensial itu dapat dibebaskan, dan diubah menjadi bentuk lain. Misalnya, dalam satu mesin mobil, pembakaran dari bensin dapat mengubah energi kimia menjadi energi mekanik. Mesin itu dapat menggerakkan mobil, sehingga energi mekanik itu diubah menjadi energi kinetik. Bentuk lain dari energi adalah energi panas. Demikian sebagaimana diuraikan di dalam buku Biologi Umum.
Masih di dalam buku itu dikatakan bahwa nasi, daging, dan lain-lain bahan manakan mengandung energi kimia, yang di dalam tubuh kita disimpan dan dibebaskan (diubah ke bentuk energi lain), sehingga dapat digunakan dalam hidup kita. Tetapi dari mana asal energi itu?
Manusia mendapat energi, misalnya, karena makan daging hewan. Hewan mendapat energi karena makan tumbuhan. Tumbuhan juga hanya bisa hidup jika mendapatkan energi. Lalu dari mana tumbuhan mendapatkan energi? Dari sinar matahari.
Ketika pembicaraan tentang energi berakhir pada matahari, para ahli biologi menyimpulkan bahwa matahari adalah sumber energi. Tetapi apakah gerangan yang menjadi sumber dari energi matahari itu? Para ahli biologi angkat tangan.
Agama memberikan jawaban bahwa alam semesta, termasuk matahari, adalah ciptaan Tuhan. Dengan demikian energi yang terdapat pada matahari juga ciptaan Tuhan. Dengan demikian energi yang terdapat pada matahari juga ciptaan Tuhan. Tetapi apabila energi berasal dari matahari, apakah ruh yang terdapat dalam badan manusia juga berasal dari matahari, alias sejenis “hawa panas” atau “cahaya”?
Apakah ruh manusia itu hanya sesuatu yang bermula dari energi kimia, lalu berubah menjadi energi mekanik, dan kemudian berubah lagi menjadi energi kinetik yang  menggerakkan tubuh? Lalu, bila energi kinetik pada mobil menghilang seiring dengan matinya mesin, apakah ruh manusia juga lenyap seiring dengan matinya jasad?
Dalam kenyataan mobil tidak bisa bergerak hanya karena energi kinetik, tetapi masih membutuhkan peran pengemudi. Pengemudi lah yang pada hakikatnya merupakan “ruh” bagi mobil. Bila jasad manusia diibaratkan mobil, siapakah pengemudinya? Jawabannya tidak bisa tidak, dia adalah “sang ruh” yang diciptakan oleh Allah secara tersendiri, atau berbdeda dengan jenis-jenis energi tersebut.
Ruh Budaya
Dengan tubuh yang sehat dan ruh biologis, manusia dapat hidup dalam arti bergerak. Namun hanya bergerak tanpa arah, tidak memiliki tujuan. Ruh biologis belum cukup untuk membuat manusia menjadi manusiawi. Ia masih membutuhkan ruh budaya untuk membuat setiap geraknya terarah, memiliki tujuan, punya arti, dan berkualitas.
Surat Al-‘Alaq 96:5 dan Surat al-Israa 17:85, antara lain mengissyaratkan bahwa ruh budaya ini adalah ilmu, Surat asy-Syuraa 42:52, menyebutnya sebagai wahyu, ruh, dan kitab. Sedangkan Surat al-Israa’ 17:88, menegaskan bahwa ruh budaya itu adalah Al-Qur’an!
Jadi ruh budaya adalah ilmu atau wahyu yang diajarkan Allah melalui Malikat. Inilah ruh budaya yang haq, yang menjadi efektif bila dipraktikkan oleh manusia yang memelajarainya sesuai dengan petunjuk Allah, yakni melalui Sunnah Rasul.
Tetapi bila kita memelajarinya dengan cara lain, yakni dengan mengikuti sunnah setan, maka jadilah dia ruh budaya bathil.

[1] Biologi Umum, hal. 6, PT. Gramedia, 1973.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar