Rabu, 14 September 2011

Yg Mana Mubtada pada Bismillahirrahmanirrahiim (Q 1: 1) ?


oleh Ahmad Fauzi Ihsan pada 19 Juli 2011 jam 11:03
Pertama harus dipahami bahwa Alqur’an memiliki bahasa tersendiri, yang dikatakan araby yaitu “serumpun dengan bahasa Arab” karena disitu ada huruf ”ya” nisbat yang menisbatkan dalam arti menggolongkan sesuatu jenis dengan jenis yang lain yang keduanya tidaklah SAMA. Sehingga apabila seorang dari kita melakukan SHOLAT maka kita tidak sedang berkata dalam bahasa ARAB melainkan sedang berkata dalam Bahasa ALQuranu Wa SunatuRasullu (AlQur’an Menurut Sunnah Rasul).

Apa sih perbedaanya?
Perbedaan paling terlihat adalah dalam pencarian arti atau makna dari suatu kata, seseorang yang menganggap AlQur’an berbahasa ARAB maka mencari arti katanya dalam KAMUS BAHASA ARAB.
Apa itu Bahasa AlQur’an?
Sebagai Bahasa tentu selalu memiliki TATA BAHASA yang terkenal dengan NAHWIYAH dan TATA PERUBAHAN KATA yang terkenal dengan SHARAFIYAH, kemudian perlu diperhatikan Seluk Beluk BAHASA atau SASTRA ALQUR’AN terkenal nama ilmu BALAGHAH dan MA’ANI. Tetapi perlu diperhatikan kaidah “TATA BAHASA adalah bola permainan MAKNA dalam arti maknalah yang menjadi pokok persoalan.

Apa terjemah AQMSR tidak memerlukan KAMUS ARAB?
Dipergunakan KAMUS BAHASA ARAB sebagai pendamping bukan menjadi pokok, karena mengingat adanya KATA ISTILAH yaitu kata yang menunjukkan kepada bangunan pengertian yang didalamnya ada ILMU. Sehingga setiap bentuk kata yang telah menjadi KATA ISTILAH maknanya jangan dikembalikanlagi kepada TIGA HURUF POKOK (Teori Sharfiyah dan Kamus). Singkatnya KATA yang makna dijelaskan Oleh ALQUR’AN atau diperoleh dari penjelasan RASULULLAH SAW maka menjadi KATA ISTILAH.

Baik kita mulai dengan melihat bentuk KALIMAT dan KATA-KATA dalam BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM.
BISMI = Bentuk JAR – MAJRUR membentuk kata MUDZAF (MD)
LLAHI = membentuk kata MUDZAF ILAIHI (MDI)
Dalam bahasa Indonesia ini merupakan bentuk Kata MAJEMUK / IDzafati (MD + MDI)
BISMILLAHI = Bentuk kata MAUSUF
ARRAHMANI = Menjadi Kata SIFAT 1
ARRAHIIM = Menjadi kata SIFAT 2
MAUSUF + KATA SIFAT 1 + Kata SIFAT 2 Membentuk KETERANGAN KALIMAT atau mungkin lebih dikenal sebagai KHABAR.
Kalau demikian ada KHABAR muncul pertanyaan mana MUBTADA-nya alias POKOK KALIMATNYA??
Kenapa Mesti begitu ? Karena ada Kaidah KALIMAT SEMPURNA (ALJUMLATULMUFIDAH atau ALJUMLATUL TAMMAT)
Bagaimana menghadirkan Mubtada, disini adalah ilmu I’rabul Qur’an harus dipakai, contoh bila kita pakai ilmu Asbabun Nuzul maka Surat AL FATIHAH ini turun setelah surat AL-ALAQ ayat 1 sampai dengan 5. Iqro Bismi Robbika, dibuka dengan perintah (bentuk Kalimat Perintah) pertanyaan Siapa yang memerintah dan siapa yang diperintah? Mudah Yang memerintah ALLAH (kata ganti orang Pertama) yang diperintah Rasulullah Muhammad bin Abdullah (kata ganti orang kedua). Maka Respon/tanggapan atas perintah inilah Kalimat BISMILLAHIRAHMANIRRAHIIM ini diajarkan oleh ALLAH. Maka sesuai kaidah kata ganti yang diperintah karena merupakan bentuk kalimat jawab tentu dari ANDA berubah menjadi SAYA (ANA).

Maka kita peroleh jawaban apa MUBTADA-nya? Yaitu SAYA(ANA)

Huruf  “BI” pada kata “BISMI” memiliki fungsi ada dua kemungkinan :
  1. LilIshooqi = Menjadi suatu ketetapan untuk si ANA terhadap ISMULLAH, karena ‘Bi” ini pindahan langsung dari kalimat Bismi Rabbika dengan proses Iqra(ANTA) Bismirobbika menjadi ketetapan mesti (ANA)bismiLLAHI
  2. LilIsti’aanati = Menjadi alat pertolongan yang menghubungkan ANAA kepada IsmuLLAHI, kata bi diganti dengan kalimat kerja (jumlatul Fi’liyah) menjadi (ANAA) Asta’inu IsmuLLAHI = Saya dalam hidup ini hanya memohon pertolongan kepada ILMU ALLAH.

Pengertian ISMI :
  1.  
    • NAMA
    • ILMU
Alternatifnya disini adalah ILMU

Kok ilmu? Dari buku bahasa ISMUN = ALLAFZHU ALMAUDHU’U ALA JAWHARI artinya Suatu sebutan yang menerangkan atas unsur pokok suatu persoalan atau Sesuatu yang menerangkan unsur pokok persoalan =ILMU

Dari ALQUR’AN surat Al Baqarah ayat 31 : wa'allama aadama al-asmaa-a kullahaa
Kata ‘ALLAMA adalah bentuk Ta’diyah dari pola tiga huruf pokok ‘Alama yang memiliki obyek yaitu Ilman yaitu Mengajarkan ILMU. Jadi ALLAH mengajarkan pada RasuluLLAH Adam suatu ILMU yang bernama AL ASMA

Apalagi disifati dengan kata ARRAHMAN yang dijelaskan sepenuhnya oleh ALLAH dalam satu surat dalam ALQUR’AN ayat 1 alrrahmaanu ayat 2 'allama alqur-aana

ARRAHMAN (1) DIA (ARRAHMAN) mengajarkan suatu ILMU bernama ALQUR”AN

Memahami ARRAHIM , ini kata sifat 2 yang berarti harus melalui dulu sifat 1 (tidak langsung) penjelasannya dalam HAdist : ..Anzala Alqadaro wa Qodho’ihi = Telah menurunkan/mengajarkan Rancang Bangun kehidupan dengan kepastianNYA jadi ARRAHMAN yang mengajarkan Rancang ALAM dan BUDAYA dan ARRAHIM yang memberi Kepastian atas RANCANG ALAM dan BUDAYA (dalam budaya manusia bergantung dari pilihannya bias Rancang Bangun KHAIR dengan Kepastian JANNAH atau Rancang Bangun SYAAR dengan Kepastian NAAR ).
Darimana datang kata “mudah-mudahan”??
Ini dari penjelasan RasuluLLAH tentang Al FATIHAH “Kulluhu Addi’u” seluruh isi surat alFAtihah adalah Do’a yang berarti harapan hidup yang biasanya orang Indonesia menambahkan kata semoga atau mudah-mudahan.
Sehingga Alih Bahasa Indonesia dari BismiLLAHIRRAHMANIRRAHIIM adalah:
“Semoga Saya mampu hidup menurut ILMU ALLAH yang diajarkan ARRAHMAN yaitu ALQURAN dengan pilihan Nur Menurut Sunnah RasulNYA suatu Rancang Bangun Tiada Tanding dengan Kepastian Hidup JANNAH”
· · Bagikan

    • Ki Udi sae tah, mung asa teu acan tammat ieu teh. Nembe ngulik tina etimologi, mangga dina leresan terminologi kedah aya simpulanna, Zie...
      19 Juli jam 11:23 ·
    • Ahmad Fauzi Ihsan Ki Udi sengaja biar mikir dulu nanti saya buka kesimpulannya
      19 Juli jam 11:26 ·
    • Ahmad Fauzi Ihsan Ki Udi Mangga atos diberi kesimpulan sementara
      19 Juli jam 11:41 ·
    • Ahmad Husein Saya berikan satu catatan saja dulu, yaitu: Beberapa hadis menegaskan bahwa bismillah... adalah ayat pertama dari S. Al-Fatihah. Bila kita berpegang pada sistematik (susunan) ayat, maka mubtada pada bismillah = mubtada pada S. Al-Fatihah. Dalam rangkaian S. Al-Fatihah, jelas kita temukan mubtadanya adalah "nahnu", bukan "ana".
      19 Juli jam 11:59 · · 1 orang
    • Ahmad Fauzi Ihsan Ahmad Husein khan saya cuma ngambil salah satu alternatif dari hubungan asbabun Nuzul dengan surat Al-ALAQ ayat 1, betul jika melihat ayat 5 dan ayat 6 memang Mubtadanya NAHNU. Anda ajukan Sistematika, saya ajukan Analitika AYAT 1 s/d 4 adalah Teori (phasa Rattil) sementara wujud dari AYAT 2 adalah ayat 5 dan Ayat 6 dalam Arti seorang Rasulullah pun tidak begitu saja menggapai hidup Madinah (Ayat 5 dan 6) tetapi memerlukan pendukung/ kawan seiring jadi saya tidak memandangnya bertentangan ini justru gambaran Proses Dakwah AQMSR yang selalu di mujlai dari inda binafsihi
      19 Juli jam 12:08 ·
    • Bruce Lee Panjaitan Sinaga ‎@ setahu saya ARRAHMAN - ARRAHIIM bukan kata sifat 1 dan 2

      tapi kata pelaku maha . terbukti bahwa Arrahman setara degan ' Allamal quran yg juga kata pelaku maha
      19 Juli jam 12:20 ·
    • Ahmad Fauzi Ihsan Sinaga Insan betul dilihat dari sudut ilmu sharfiyah ini khan dalam sorotan ilmu NAhwiyah
      19 Juli jam 12:21 ·
    • Ahmad Fauzi Ihsan ARRAHMAN dan ARRAHIM kata pelaku paling atau maha mensifati kata ISMULLAH yang juga kata PELAKU makin menajamkan makna bahwa dia adalah ILMU PILIH TANDING dalam BERBUDAYA
      19 Juli jam 12:23 ·
    • Bruce Lee Panjaitan Sinaga kalau dari nahwiyah apa tidak cukup kedudukan Ar - rahman - Ar - rahiim sebagai khabar ( keterangan ) yg mengkhabarkan ttg ilmu Allah ( ismullah ) ?
      19 Juli jam 12:24 ·
    • Ahmad Fauzi Ihsan Sinaga Insan boleh tapi ingat bentuk kalimat variasi, kalimat campuran dan kalimat mufrad. munculnya huruf "bi" khan ada mubtada yang tersembunti selain ismullah dipandang "mubtada" dari anak kalimat
      19 Juli jam 12:28 ·
    • Bruce Lee Panjaitan Sinaga Bismillahirrahmanirrahiim adalah ayat inti karena kedudukannya pada ayat pertama surat fatihah ( pembukaan ) sehingga harus bersifat menerangkan gambaran umum Alquran ( global ) dalam hal ini tentu saja bahwa Ar - rahman yaitu ismullah tidak mengajarkan Alternatif pincang ( terbatas pada pilihan NUR msr saja, akan tetapi harus ditampilkan pilihan utuhnya yaitu alternatif NUR msr dan atau zhulumad mssy ). begitu juga data dan fakta kepastian Ar - rahiim juga berlaku seimbang antara kepastian nur msr dan atau zhulumad mssy
      19 Juli jam 12:30 ·
    • Ahmad Fauzi Ihsan Sinaga Insan 100% setuju, tapi posisinya khan sedang dalam berdo'a jadi ya saya mengambil posisi yang saya harapkan, dalam tulisan lain dibuka lagi biar pada tenang dulu pada punya harapan nanti baru ancamannya
      19 Juli jam 12:35 ·
    • Bruce Lee Panjaitan Sinaga maksud saya tidak perlu lagi kata sifat kalau faktanya Arrahman - Ar- rahiim = khabar. ya betul bahwa setiap kalimat sempurna ada mubtada ( subyek ) dan ada khabar ( prediket ) tapi ketika masuk pada perwujudan hidup ( atha'na ) maka gak berlaku mubtada ana. itu sebabnya maa ana biqari-
      19 Juli jam 12:35 ·
    • Ahmad Fauzi Ihsan Sinaga Insan oke tapi ini biasanya yang suka muncul di pesantren sekitar saya dan kita khan juga sedang berhadapan orang yang betul awam dan orang yang telah dipasangi Ghiswatun jadi pelan-pelan saja
      19 Juli jam 12:37 ·
    • Bruce Lee Panjaitan Sinaga kalau harapan khusus sdh disediakan tuk ayat analitikanya yaitu iyyaa ka na'budu wa iyyaa ka nasyta'iin dst.jadi tetap saja fatihah itu bergerak dari umum ke khusus = deduktif methode
      19 Juli jam 12:38 ·
    • Bruce Lee Panjaitan Sinaga saya juga berasal dari org awam, dan tak akan bisa paham jika tak sepenuh hati. walaupun sekaliber rasul sekalipun yg mengajar. saya kira ada skala prioritas dalam mad-uu = sasaran dakwah
      19 Juli jam 12:41 ·
    • Ahmad Fauzi Ihsan He he jadi inget pas diskusi pas sholat khan harus paham apa yang dibaca ada rekan/ikhwan yang kebingungan karena ngapalin terjemah bismillahirahmannirrahim banyak banget jadi nggak konsen. jadi kita pakai prinsip tadi Bahasa Bola permainan MAkna jadi yang penting sudah dipahami dan dapat berbuat tepat sesuai pemahaman
      19 Juli jam 12:42 · · 1 orang
    • Bruce Lee Panjaitan Sinaga tentu sasaran pertama dan utama adalah diri saya sendiri seraya menuntut bagi yg mau juga dg AMSR
      19 Juli jam 12:44 · · 1 orang
    • Bruce Lee Panjaitan Sinaga ketika kita shalat apa bukan wawasan ayat2 yg menghidupkan shalat kita, atau terjemahan yg kaku tapi kosong visi - misi...?
      19 Juli jam 12:46 ·
    • Ahmad Husein Saya mengajukan sistemati ayat justru utk melakukan analitika dlm rangka memastikan apa mubtada pda bismillah... sesuai yg kita dapati dalam surat Al-Fatihah. Juga mengingat teori bahwa ayat 1 dijelaskan oleh ayat-ayat berikutnya. Saya kira ini langkah pertama dlm tafsir al-Quran bil-Quran; yaitu sblm melangkah pada sistematika umum, kita amati dulu sistematik ayat.
      19 Juli jam 14:12 ·
    • Ahmad Fauzi Ihsan ‎100% persen saya setuju jika pada ayat 5 dan ayat 6 mubtadanya NAHNU, dan tidak keberatan mubtada yang dimunculkan di ayat 1 pun NAHNU, hanya menarik dilihat hubungan surat AL ALAQ 1 sampai 5, yang kemudian muncul respon al FATIHAH yang kemudian diberi metoda perwujudannya di AL MUJAMILl proses rattil adalah pribadi yang kemudian meningkat menjadi WA LAdzina MA'AkA diayat 20 so saya tidak melihat perlu dipertentangkan secara luar biasa (ANAA adalah bagian dari NAHNU)
      19 Juli jam 14:19 ·
    • Ahmad Husein Di sini masalah pokoknya adalah konsistensi pada teori yg kita pelajari. Jadi bukan masalah pertentangan pendapat pribadi. Bahkan bila kita berpegang teguh pada suatu teori, unsur-pribadi (subjektifisme) itu justru akan punah. Kecuali bila yang bikin teorinya adalah kita sendiri.
      19 Juli jam 14:58 · · 1 orang
    • Bruce Lee Panjaitan Sinaga kalau dicermati justru mustahil proses rattil bisa benar dilakukan secara pribadi sendiri ( man fasaral qurana bira'yihi ) itu sebabnya kata muhammad maa ana bi qari = itu bukti bahwa bukan ana mubtada atas khabar qari-...( rattil ) artinya muhammad mentafsirkan / merattil alquran berdasarkan konsep nahnu ( yg melibatkan Allah melalui risalah malaikat yg dibukukan ke dalam berbagai kitab2 menurut sunnah rasul muhammad ) itulah konsep nahnu = tak bekerja individual ( pribadi 0 tapi terorganisir ( sistematis )
      19 Juli jam 15:13 · · 3 orang
    • Bruce Lee Panjaitan Sinaga bukan sistematik komplotan opini subyektif tapi sistematik ilmu Allah
      19 Juli jam 15:14 ·
    • Bruce Lee Panjaitan Sinaga faktanya sunnah rasul juga terkait erat dengan sunnah khulafaurrasydiin, sehingga menjadi satu kesatuan yg utuh yg tak terpisahkan
      19 Juli jam 15:17 ·
    • Bruce Lee Panjaitan Sinaga kalau dipaksakan secara bahasa apakah iqra ! ( dhamir anta ) atau iqra ! ( dhamir antum ) ?? ...tapi yg jelas tetap melibatkan konsep nahnu yaitu terbukti pada bismirabbilladzii khalaq, sehingga jawabannya kelak menjadi SAMI'NAA WA ATHA'NAA ( konsep nahnu dalam sistematik iman pendidikan dan sisitematik iman juang )
      19 Juli jam 15:34 ·
    • Bruce Lee Panjaitan Sinaga ketika rattil sendiri apakah persiapan ratil Alquranu wa sunnturrasul = nahnu gak terlibat ? darimana kita dapat persiapan ratil tsb ? secara jasad ya rattil mmg sendiri tapi secara konsep budaya rattil ? apa bisa kita ciptakan sendiri ? justru ada studi poerbandingan bukan dari sahabat2 rasul ? diskusi 2 / mimbar2 ilmu bukan ? itulah nahnu. bukan ana khairu minhu kan ..? bahkan rasul saja pernah minta dibacakan Alquran itu bagian konsep nahnu bukan..?
      19 Juli jam 15:42 ·
    • Bruce Lee Panjaitan Sinaga apakah konsep nahnu dalam rangka thalabul 'ilmi bukan = mimbar ilmu batu ujian. karena wawasan luas syarat membanding.
      19 Juli jam 15:45 ·
    • Haris Bahari ‎.
      Berbicara pokok-kalimat pada QS 1:1 adalah merupakan bagian yg tidak dapat dipisahkan dari si 7 ayat (Al-Fatihah).

      Al-Fatihah juga tidak dapat dipisahkan dg surat2 panjang sebagai penjelasan dari Al-Fatihah.

      Al-Fatihah dan surat2 panjang juga tidak dapat dipisahkan dg surat2 pendek sebagai kesimpulan dari Al-Fatihah dan surat2 panjang.

      Jadi dengan demikian maka, Al-Fatihah sebagai pandangan umum = pokok kalimat.
      Surat2 panjang = keterangan kalimat.
      Surat2 pendek = kesimpulan final dari pokok kalimat dan keterangan kalimat.

      Berangkat dari ulasan ini maka, Al-Fatihah sebagai pandangan umum merupakan miniatur al-quran.

      Sekarang kita bicara Al-Fatihah berarti bicara miniatur al-quran yg berisi 7 ayat = miniatur pokok kalimat, miniatur keterangan dan miniatur kesimpulan.

      Miniatur pokok kalimat = ayat 1,
      Miniatur keterangan kalimat = ayat 2 s/d ayat 6.
      Miniatur kesimpulan dari miniatur pokok kalimat dan miniatur keterangan kalimat = ayat 7.

      Jadi dg demikian maka miniatur al-fatihah terperinci menjadi ayat pertama yang berisi miniatur pokok kalimat yg tidak dapat dipisahkan dg miniatur keterangan kalimat dan miniatur kesimpulan kalimat

      Akhir kesimpulan dari ulasan ini adalah bahwa MINIATUR DARI AL-FATIHAH ADALAH AYAT PERTAMA yg berisi miniatur pokok kalimat, miniatur keterangan kalimat dan miniatur kesimpulan kalimat.

      Pertanyaannya ; realistiskah miniatur pokok kalimat dari (...?) bismillaahi arrahmaani arrahiimi adalah miniatur pokok kalimat berisi/bermakna tunggal (ana)...?
      19 Juli jam 17:01 ·
    • Haris Bahari ‎.
      PERHATIAN...!
      Seluruh komentar yang ada dari awal hingga komentar ini .., tidak akan dapat difahami jika membacanya secara sepintas saja, terimakasih.
      19 Juli jam 18:10 · · 1 orang
    • Demmit Alas Robban Bismillaahirrakhmaanirrakhiim... Atas-nama Allaah, alRakhmaan alRakhiim. KAMI (Muhammad, atas bimbingan Jibril / Shahabat, atas petunjuk Rasuul Muhammad.... terus ke bawah hingga sampai pada 'Ulamaa), dalam kapasitasnya selaku alRakhmaan alRakhiim...!!!
      20 Juli jam 0:11 ·
    • Demmit Alas Robban Iyyaa ka Na'budu wa iyyaa ka Nasta'iin.. Kepada-mu KAMI persembahkan (pandangan2 alQur'aan yang akan KAMI ajar-kan), dan kepada-mu pula KAMI berharap adanya kehidupan saling tolong menolong satu sama lain...
      20 Juli jam 0:16 ·
    • Demmit Alas Robban Fase awal, oleh Malaikaat Jibriil (didampingi oleh Malaaikaat Mikaail) kepada Nabi Muhammad: "Iyyaa ka Na'budu wa iyyaa ka Nasta'iin" Kepada-mu (wahai Muhammad) KAMI persembahkan (pandangan2 alQur'aan yang akan KAMI ajar-kan), dan kepada-mu pula (wahai Muhammad) KAMI berharap adanya kehidupan saling tolong menolong satu sama lain. Fase berikutnya, oleh Nabi Muhammad (didampingi oleh Malaaikaat Jibriil dan Malaaikaat Mikaail) kepada para calon Shahabat: "Iyyaa ka Na'budu wa iyyaa ka Nasta'iin" Kepada-mu (wahai calon Shahabat) KAMI persembahkan (pandangan2 alQur'aan yang akan KAMI ajar-kan), dan kepada-mu pula (wahai calon Shahabat) KAMI berharap adanya kehidupan saling tolong menolong satu sama lain. Fase berikutnya lagi, oleh Shahabat (berdasar rekomendasi dari Nabi Muhammad) kepada para calon Taabi'un: "Iyyaa ka Na'budu wa iyyaa ka Nasta'iin" Kepada-mu (wahai calon Taabi'un) KAMI persembahkan (pandangan2 alQur'aan yang akan KAMI ajar-kan), dan kepada-mu pula (wahai calon Taabi'un) KAMI berharap adanya kehidupan saling tolong menolong satu sama lain. Hari ini: "Iyyaa ka Na'budu wa iyyaa ka Nasta'iin" Kepada-mu (wahai pembaca) KAMI persembahkan (pandangan2 alQur'aan yang akan KAMI ajar-kan), dan kepada-mu pula (wahai pembaca) KAMI berharap adanya kehidupan saling tolong menolong satu sama lain.
      20 Juli jam 0:30 ·
    • Demmit Alas Robban Iyya ka Na'budu wa iyyaa ka Nasta'iin = Innaa Nakhnu Nazzalnaa 'alaika alQur'aana tanziilaa = Nakhnu Naqushshu 'alaika akhsana alQashashi bimaa aukhainaa ilaika haadzaa alQur'aan = Dzaalika min anbaa.i alghaibi, Nuukhiihi ilaika, = Tilka min anbaa,i alghaibi Nuukhiihi ilaika = Innaa a'thainaa ka alKautsar...!!!
      20 Juli jam 0:34 ·
    • Ahmad Fauzi Ihsan Haris Bahari,Sinaga Insan dan Ahmad Husein terima kasih telah memperlengkap pembahasan pada akhirnya harus membentuk sistem penataan khan yang memang tidak mungkin sendirian bahkan kapasitas seorang Rasulullah sekalipun
      20 Juli jam 11:39 · · 2 orang
    • Haris Bahari ‎.
      Saya sangat terharu.
      20 Juli jam 11:45 ·
    • Ahmad Fauzi Ihsan Wong Alas Robban Tirtakahuripan kenapa ayat 2,3 dan 4 kamu lewatkan bingung nyambunginnya ya? hebat juga pikiran anda KAMI (yang didalamnya ALLAH) harus mengujud pengabdian kepada ka (engkau = manusia) yang KAMI seru
      20 Juli jam 11:46 · · 1 orang
    • Demmit Alas Robban Iyya-ka Na'budu wa iyyaa-ka Nasta'iin. 'abada - ya'budu ' u'bud - laa ta'bud - 'aabidun - ma'buudun. Abdun / 'Abdan, bisa berarti delegasi. Maka: 'abada (telah menjadi delegasi / telah mendelegasikan) - ya'budu (sedang-akan menjadi delegasi / sedang-akan mendelegasikan) ' u'bud (jadilah delegasi / delegasikan) - laa ta'bud (jangan menjadi delegasi / jangan mendelegasikan) - 'aabidun (yang menjadi delegasi / yang mendelegasikan) - ma'buudun (yang didelegasikan/ yang ditunjuk meenjadi delegasi. 'ABDUN / 'ABDAN = Delegasi...!!! Dengan begitu, Iyya-ka Na'budu wa iyyaa-ka Nasta'iin bisa berarti "Kepada-mu (wahai Muhammad), KAMI delegasikan (pandangan2 alQur'aan yang akan KAMI ajarkan), dan kepada-mu (wahai Muhammad), KAMI berharap adanya kehidupan saling tolong menolong satu sama lain. >>>anda menulis, kenapa ayat 2,3 dan 4 kamu lewatkan bingung nyambunginnya ya? Intelektualis sekaliber anda, sekedar ngisi TTS saja, masih belum cukup dengan jawaban kunci...? Bingung.???
      21 Juli jam 21:31 ·
    • Demmit Alas Robban ayat 1: Bismillaahirrakhmaanirrakhiim = Atas nama Allaah, alRakhmaan alRakhiim. ayat 2,3 & 4, terjemahkan aja sendiri. alKhamdulillaah, hubungkan saja dengan surat2 panjang yang di depannya dimulai dengan kalimat alKhamdulillaah...! istilah2 lainnya, masih mau nanya juga...? ayat 5: Iyya-ka Na'budu wa iyyaa-ka Nasta'iin "Kepada-mu, KAMI delegasikan, dan kepada-mu pula, KAMI berharap adanya kehidupan saling tolong menolong satu sama lain. ayat 6 dan 7, terjemahkan saja sendiri...!
      21 Juli jam 21:35 ·
    • Demmit Alas Robban Katanya sudah mahir Methodologi. Dengan memahami siapa yang bicara, maka tergambar dengan jelas, siapa yang di ajak bicara. Kalau masih belum jelas juga, keterlaluan. Alqur'aan itu pembicaraan oleh siapa, kepada siapa, tema-nya. Kalau terjemahan yang ada, baik versi Depag maupun versi QMSR, itu terjemahan yang melambangkan perkataan oleh manusia, untuk ditujukan kepada Allaah secara langsung.? itupun perlu diperiksa kembali kalimatnya. Kepada Allaah secara langsung, manusia berkata: Dengan menyebut nama Allaah / Mudah2an saya menjadi hidup berbuat menurut Ilmu Allaah......dst. Kalau berbicara kepada Allah secara langsung, mestinya kalimat yang dipakai adalah: Dengan menyebut nama-MU / Mudah2an saya menjadi hidup berbuat menurut Ilmu-ANDA. ...., sebagaimana kalimat yang dipakai pada ayat 5 Kepada-MU... / Hanya menurut Ilmu ANDA...dst
      21 Juli jam 21:44 ·
    • Demmit Alas Robban Kalau surat alFaatikhah adalah teks tawaran kepada pembaca, agar pembaca berkata2 sesuai teks yang di-ajukan, mestinya surat alFaatikhah didahului dengan kata "QUL". Dimuka bumi ini, siapa berani menambahkan kata QUL didepan surat alFaatikhah...???
      21 Juli jam 22:08 ·
    • Demmit Alas Robban Kalimat "Bismillaah... bisa berarti "Atas-nama Allaah.? Bahwa Qur'aanan 'Arabiyyan adalah Khukman 'Arabiyyan yang menjadi walQur'aanilkhakiim. Secara Yuridis, kalimat Bismillaahirrakhmaanirrakhiim adalah Firman dari Allaah, melalui Malaikaat Jibril. Secara Formil, kalimat Bismillaahirrakhmaanirrakhiim adalah Sabda Nabi Muhammad atas bimbingan Malaikat Jibril. Secara Materiil, kalimat Bismillaahirrakhmaanirrakh iim adalah kalimat yang termaktub pada Kitaabullah, alQur'aan..! Kepada Nabi Muhammad, Malaikaat Jibril berkata: "Atas-nama Allaah alRakhmaan alRakhiim" Kepada para calon Shahabat, Nabi Muhammad bersabda; "Atas-nama Allaah alRakhmaan alRakhiim" Malaikaat Jibril mengucapkan kalimat: "Bismillaahirrakhmaanirrakhiim" kepada Nabi Muhammad. Dengan begitu, Malaikaat Jibril berposisi sebagai Mandataris yang bertindak atas nama Allaah, dalam rangka meng-ajar-kan alQur'aan kepada Nabi Muhammad. Kepada para calon Shahabat, Nabi Muhammad bersabda; "Atas-nama Allaah alRakhmaan alRakhiim" Dengan begitu, Nabi Muhammad berposisi sebagai Mandataris yang bertindak atas nama Allaah, dalam rangka meng-ajar-kan alQur'aan kepada para calon Shahabat. Kepada para calon Taabi'un, para Shahabat berkata: "Atas-nama Allaah alRakhmaan alRakhiim" Dengan begitu, para Shahabat berposisi sebagai Mandataris yang bertindak atas nama Allaah, dalam rangka meng-ajar-kan alQur'aan kepada para calon Taabi'un. Kepada para calon Taabi'uttaabi'un, para Taabi'un berkata: "Atas-nama Allaah alRakhmaan alRakhiim" Dengan begitu, para Taabi'un berposisi sebagai Mandataris yang bertindak atas nama Allaah, dalam rangka meng-ajar-kan alQur'aan kepada para calon Taabi'uttaabi'un. Kepada khalayak, para 'Ulamaa berfatwa: "Atas-nama Allaah alRakhmaan alRakhiim" Dengan begitu, para 'Ulamaa berposisi sebagai Mandataris yang bertindak atas nama Allaah, dalam rangka meng-ajar-kan alQur'aan kepada khalayak. Kepada para peserta study, Isa Bugis berkata "Bismillaahirrakhmaanirrakhiim" Dengan begitu, para Isa Bugis berposisi sebagai Mandataris yang bertindak atas nama Allaah, dalam rangka meng-ajar-kan alQur'aan kepada para peserta study. Kalimat "Bismillaah... artinya adalah "Atas-nama Allaah...! Gamblang kan...?
      22 Juli jam 2:06 ·
    • Demmit Alas Robban Tuntaskan dulu dalam hal Mengalih Bahasakan kalimat "Bismillahirrahmanirrahiim" ke dalam Bahasa Indonesia, baru masuk pada tema Mengalih Bahasakan kalimat "alKhamdulillaahi Rabbil'aalamiin - alRakhmaanirrakhiim - Maaliki Yaumiddiin" ke dalam Bahasa Indonesia.
      22 Juli jam 2:14 ·
    • Ahmad Fauzi Ihsan Wong Alas Robban Tirtakahuripan sekali lagi saya berharap anda menyimak pendapat-pendapat hasil kajian yang lain.perhatikan tulisan saya adalah sedang berbicara "bi" sebaGAI KATA GANDENG YANG MENGGANDENGKAN sesuatu dengan sesuatu yang lain. Alternatif yang muncul Adalah ANAA atau NAHNU sebagai mubtada digandeng dengan ISmuLLAH, saudara Ahmad Husein dan Sinaga Insan melihat NAHNU sebagai Mubtada dengan alasan Sistematika Surat (pandangan menyeluruh terhadap Al FAtihah) karena Ayat 5 dan 6 memang memunculkan mubtada NAHNU.
      22 Juli jam 10:56 · · 3 orang
    • Ahmad Fauzi Ihsan Wong Alas Robban Tirtakahuripan, jika anda hendak menyodorkan "Bi" sebaga "ATAS, bikinlah tulisan yang menjelaskan pendapat hasial kajian anda tersebut di ruangan "CATATAN" milik anda sendiri, Intektualitas saya memang payah kalau dipaksa untuk memahami pemikiran ORANG LAIN, Saya menjadi Pintar karena ada ILMU yang begitu komprehensif memberi Methodologi (POla Berpikir), Sistematika (POla menyusun teratur) Analitika (POla memilah) Objektif (POla mencapai kesimpulan/Tujuan)
      22 Juli jam 11:04 · · 2 orang
    • Bruce Lee Panjaitan Sinaga org yg sok pintar dan gak pernah bisa menjadi penyimak yg baik, gak usah diladeni, biar dia tersesat sendiri di jalan yg terang ( yg sdh diterangkan = qad tabayaana rusydu minal ghayyi ). perlu ditegaskan : " kami tak butuh ajaran aduk2an Alquran menurut wong alas " . jadi wong alas...berdakwalah hy kepada yg mau ditipu daya dg sampah olahan anda...jika anda memaksakan opini sampah anda, masih sebegitu perlukah pengakuan dari kami akan sampah olah fikir anda ?
      kalau anda minta jawaban jujur, maka kami jawab: LAKUM DIINUKUM WA LIYA DIIN
      22 Juli jam 12:42 · · 1 orang
    • Haris Bahari ‎.
      ...:)
      22 Juli jam 15:45 ·
    • Bruce Lee Panjaitan Sinaga Kesimpulannya: INNAA NAHNU NAJJALNAA ADZ- DZIKRAA WA INNAA LAHU LAHAFIDZUUN. terbukti baik dalam persiapan konsep kesadaran iman ( rattil ) maupun dalam pembinaan kesadaran iman ( shalat ) maka nahnu adalah yg mengajarkannya. oleh karena itu pula hendaknya nahnu pula sambutannya ( sami'naa wa atha'naa ). sehingga nyambung / konect antara konsep nahnu dengan realitas nahnu sebagaimana analitika ayat 4 dan 5 fatihah.

      kalau wong malas masih suka dg konsep ATAS NAMA, memang hobinya mengatasnamakan Allah hasil rekayasa tulisannya ( yaktubuunal kitab bi-aidihim tsumma yaquuluuna khaadza min 'indillah ) dalam kenyataannya org demikian suka catut2 nama kayak anggodo mencatut nama SBY ;D
      22 Juli jam 16:55 · · 1 orang
    • Haris Bahari ‎.
      ...:D bentuk berfikirnya A~>B ~>A :D
      22 Juli jam 17:04 · · 1 orang
    • Demmit Alas Robban ada kebenaran yang masih tersembunyi, dan selamanya tidak akan pernah terkuak selama dansa kebingungan masih berlanjut.
      22 Juli jam 20:15 ·
    • Demmit Alas Robban Teks surat alFaatikhah yang dimulai dengan kalimat BISMILLAAH..., itu teks yang melambangkan dialog oleh Allaah kepada manusia, atau teks yang melambangkan dialog oleh manusia kepada Allaah.?
      22 Juli jam 20:22 ·
    • Demmit Alas Robban Harta Sujarwo alias Sinaga Insan menulis:
      org yg sok pintar dan gak pernah bisa menjadi penyimak yg baik,. >>>kalau yang anda maksud adalah saya (Wonh Alas Robban), maka saya menjawab: Saya tidak dalam rangka sok pintar. Saya menyimak dengan teliti dan seksama tanpa tendensi apa2 perihal terjemahan surat alFaatikhah. Versi Depag / versi Isa Bugis, keduanya sama, walau beda rangkuman kosakata. Itu terjemahan, arah pembaca yang dimaksud siapa.? Allaah...??? atau Manusia...???
      22 Juli jam 20:52 ·
    • Bruce Lee Panjaitan Sinaga selalu ada kebenaran yg belum kita ketahui. jgn pernah merasa sudah tahu segala
      22 Juli jam 20:52 ·
    • Bruce Lee Panjaitan Sinaga arah ( sasaran alquran adalah hudan lin-naas ) baik manusia kafaru, munafiq maupun mukmin. anda termasuk manusia yg jadi sasaran apa ? yaa ayyuhal kaafiruun atau yaa ayyuhal munafiquun ? atau yaa ayyuhal muzzaammil...? !
      22 Juli jam 20:56 · · 2 orang
    • Demmit Alas Robban ga nyambung...!
      22 Juli jam 20:59 ·
    • Demmit Alas Robban Teks surat alFaatikhah yang dimulai dengan kalimat BISMILLAAH..., itu teks yang melambangkan dialog oleh Allaah kepada manusia, atau teks yang melambangkan dialog oleh manusia kepada Allaah.? Jika teks surat alFaatikhah yang dimulai dengan kalimat BISMILLAAH..., itu adalah teks yang melambangkan dialog oleh Allaah kepada manusia, maka arah panahnya ke bawah. Jika teks surat alFaatikhah yang dimulai dengan kalimat BISMILLAAH... itu adalah teks yang melambangkan dialog oleh Manusia kepada Allaah, maka arah panahnya ke atas.
      22 Juli jam 21:03 ·
    • Demmit Alas Robban Perhatikan baik2 terjemahan yang sudah disepakati kebenarannya oleh khalayak: 1. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, 2. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. 3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang 4. Yang menguasai di Hari Pembalasan 5. Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. 6. Tunjukilah kami jalan yang lurus,7. (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni'mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
      22 Juli jam 21:45 ·
    • Haris Bahari ‎.
      Kebenaran dengan ukuran kesepakatan...?
      22 Juli jam 22:02 ·
    • Demmit Alas Robban yang terjadi hari ini di belahan bumi manapun, memang begitu.
      22 Juli jam 22:03 · · 1 orang
    • Haris Bahari ‎.
      Tapi dapatkah yang demikian menjadi pegangan hidup manusia menuju kehidupan sesuai yg dimaui oleh allah...?
      22 Juli jam 22:08 · · 1 orang
    • Ahmad Husein Teori WART bisa benar, bila dihadapkan dg Al-Quran secara global, dan bila menggunakan metode deduktif saja. Tapi akan mentok bila dihadapkan dg Al-Quran secara rinci, ayat per ayat, kasus per kasus yg diungkap dlm matan (teks) Al-Quran, dg menggunakan metode induktif. Secara deduktif, memang betul Al-Quran mewakili sudut pandang Allah. Tapi secara induktif, begitu banyak ayat-ayat, dalam konteks kasus masing-masing, mewakili sudut pandang pembicara yang berbeda-beda. Dalam konteks Al-Fatihah sendiri, sungguh bagus ketika WART mengajukan pemikiran ttg penambahan QUL di awal surat. Tapi siapa yg berani, katanya. Sebenarnya ini bukan soal berani atau tidak, tapi soal logis atau tidak. Atau tepatnya: memenuhi syarat metosisnatif tidak. Bila menggunakan teori sastra yg masyhur - fashatul-kalam al-ma'lum mahdzufun, misalnya, maka keberadaan QUL itu adalah keniscayaan. Dia bisa jadi ada, walau tidak diucapkan dan tidak dituliskan. Tinggal kepastiannya nanti akan sangat tergantung pada analitika yang cermat dan ketat.
      23 Juli jam 6:44 · · 2 orang
    • Aura Raja Luar biasa ! Pembahasan ini menghantarkan kita menelusuri kembali materi basic dan memicu saya untuk mempelajari Bahasa Al Qur'an... Terima kasih.
      23 Juli jam 9:27 ·
    • Bruce Lee Panjaitan Sinaga Wong alas kagak ngerti kalau surat fatihah itu adalah bagian kalamullah yg menjadi ahsanu qaulan para rasul dan pendukungnya dalam rangka da'aa ilallah, sehingga walaupun kesannya manusia yg berkata2 pada surat fatihah, tetap saja ahsanu qaulan itu diwahyukan oleh Allah juga. jadi pertanyaan wong alas bukan dalam rangka ingin tahu tapi sekedar ingin mempertanyakan yg dia sendiri bingung karena berhati bengkok.
      23 Juli jam 13:10 ·
    • Bruce Lee Panjaitan Sinaga kebanaran dg ukuran kesepakatan,,,,,, kesepakatan subyektifisme manusia atau kesepakatan Alquran satu subyek studi ? metosisnatif bukan kesepakatan ilmiah dari Allah menurut sunnah rasulNYA..?
      23 Juli jam 13:12 ·
    • Bruce Lee Panjaitan Sinaga kesepakatan itu = harmoniusasi antara subyek dan wakil subyek = radhiyallahu 'anhu wa radhuu 'anhu
      23 Juli jam 13:13 · · 3 orang

2 komentar:

  1. Askum wr wb.
    Alhmd, stelah sya punya BB bekas seharga Rp. 150 ribu maka sya berkemampuan menyimak,menghimpun ( memilah dan memilih) berita dr para penstudi QMSR, di antaranya yg sya komentari ini.
    1.Apakah fi'il amr IQRA'itu hanya berasal dr kata kerja jadian? Bisakah ia dari kata kerja asli(dari sananya begitu memang begitu. Dan dari situ dibentuk kata yang lain. )?
    Ini penting sbb hal tsb menjadikan muatan resiko makna. Untuk itu mari mengulang2.
    2.Qs.alfatihah itu memuat fungsi kerja abdi secara individu dan jama'ah. Hakikatnya Qs.1 (1) adalah untuk individu maka (ana) bukan (nahnu). Hal inilah yg berakibat sbagian orang ada yg berpendapat bahwa QS.1(1) bukan bagian dr Qs.1 (1) sbb scara teori bahasa menyalahi ayat 5 dan 6 ( nahnu ). Padahal unt gamblangnya parsoalan tsb, kita harus mmengacu Qs.al'alaq: 2 yg dijabarkan Qs.Almu'minun: 11-14 dan Qs.Almaidah:1 yg mana penekanannya pada proses ungkapan individu dlm sami'na wa atha'na.Bila garis sami'na oky, bahasanya utuh ( bahasa QlQuran yg tdk versi basrah tdk pula versi kufah ttp ada ikatan pd batas2 tertentu thdp keduanya) dan teori ilmu serta qalbun salim, akhirnya menghasilkan atha'na. Nah saat seseorang memproklamarkan diri sbagai abdullah itu kan harus: Bismillahirrahmaanirrahimi bukan: laa ilaha illallah?jadi hadits Aisah tentang nuzul wahyu Al'Alaq: 1-5 harus dikomparasikan dgn hadits syahrabil yg diriwayakan oleh Imam AlB aihaki tentang turunnya Qs. AlFatihah.
    3. Baru setelah perindividu terus berproses menjadi " Alaq" maka peranan nahnu ada. Tetapi sesunggunya hakikat ana slalu ada di dlmnya.
    Tolong dikritik sbb masih kurang jitu ya. Trim's sbelum dan sesudahnya.
    Wass wr wb.

    BalasHapus
  2. Tambahan.
    1.Untuk sahabat wong alas roban ( sdr. Isa anshori)
    _ sya sependapat dengan antum bahwa penggal ayat Bismillah.. Pd Qs. 1 (1) muatan maknanya mengandung " Atas nama Allah.." sbb sbg fungsi abdullah, tetapi muatan makna " Mudah2an sya hidup mjd atas nama Allah, yakni dgn berpedoman QMSRasulullah Muhammad - Yang memberi kepastian hidup menurut pilihan masing2". Ini lebih jitu sbb fungsi Allah sbg Rabb/Pembimbing Pembina, (ingat Rabb dlm Qs.Al'Alaq: 2 dan 3 dll dlm ayat yg muatan maknanya senada) slalu dpt dirasakan oleh setiap abdullah, khususnya dalam setiap sholat. Akan lebih hebat lagi bila diluar sholat fungsi Rabb sbagai pembimbing slalu dapat dirasakan. Ambillah pelajaran dr kegagalan2 pada masa dakwah Rasulullah dlm menemukan tempat hijrah yg pd akhirnya baru pas ketika di Madinah. Di situ tampak peran Allah sbg penentu dlm membimbing sangat nyata sekali. Subyektifitas diri sbg manusia biasa yg dilandasi niat baik-pun tdklah masuk kriteria maunya Allah. Shg hanya Radhiyallahu 'anhum wa radhu 'anhu ( penggal Qs. AlBayyinah: 8 dll ayat yg senada )yg mempunyai kepastian paling pasti. Inilah yg sampai saat ini sulit diraih. Mengapa..?
    2. Unt sahabat2 smuanya para pecinta hidup hanya berpedoman QMSRasulullah Muhammad.
    - curhat dikit nih.Sya orang jawa asli yg bodoh. Sya ikut studi sejak th '86 di Jogja. Sya hanya bermodalkan kemampuan membunyikan ayat2 AlQuran. Maka sya getol belajar tata bahasa jilid 1. Terus ke jilid 2. Ketika tengah malam yg mentrarnsif contoh2 kata2 dlm tata bahasa jilid 2 tsb yg kemudian sya cocokkan dlm mushhaf yg tanpa terjemahan, akhirnya tulisan dlm mushhaf itu hilang dan tinggal lembaran kosong. Sya panik. Slanjutnya tambah panik setelah telinga kanan berdengung terus keluar cairan darah. Akhirnya malam itu juga sya diantar bp. Adib susila, bp.Anton dan almarhum bp.wafik ke RS. Muhammadiyah di jl. Kyai haji ahmad Dahlan. Sejak itu saya istirahat studi. Koreksi diri. Akhirnya sya menerima pencerahan bab tata bahasa dari bp. Moh. Fanani. Smoga Allah SWT smakin memberi kejernihan hati,akal,otak dan kesehatan shg Iman juang beliau tetap berkobar dalam rangka menjernihkan problem bahasa AlQuraan. Shg sya dpt santunan bab tata bahasa AlQuran tsb. Shg kesulitan sya dapat teratasi.
    - memang bahasa adalah alat makna. Namun bahasa berikut tata bahasanya yg tdk sesuai dgn maunya Allah hakikatnya hanyalah perusak Ajaran Allah yg meliputi bahasa berikut makna. Untuk itu mari kita dukung tanggung jawab bab bahasa ini agar slesai dan hasilnya sesuai dengan maunya Allah sbagaimana Sunnah Rasulullah. Ya, problemnya tinggal teori bahasa sbb bab teori ilmu sdh dituntaskan oleh bp. Muhammad Isa. Smoga Allah SWT menerima amal sholehnya. Amin

    BalasHapus